The last paragraph will be written but a new chapter is sure to follow - a very good good friend that I miss the most
Kursi goyang yang sudah mulai menua itu mengayun pelan. Seorang perempuan duduk di atasnya sambil menyeruput teh kotak favoritnya. Matanya hanya memandang kosong ke depan. Ia lebih melihat memori-memori yang silih berganti di otaknya. Ada yang baik dan ada yang buruk. Semuanya berhujung kepada 1 tujuan yaitu membangun identitasnya. Ia percaya bahwa orang-orang yang ada di dalam kehidupannya bukan suatu kebetulan. Ia tumbuh dalam berinteraksi. Menjadi kaya karena berbagai macam emosi yang keluar dari interaksi itu. Di situ ia pun paham betul mengenai teori relativitas. Semuanya relativ. Mata manusia mempunyai lensa dan otak manusia mempunyai program tersendiri dalam mengamati tindak-tanduk dinamika kehidupan. Tidak adil jika kita mengkalim sekenanya soal baik dan buruk.
Ah...relativitas. Betul-betul teori yang membenarkan segala bentuk kecaman. Namun, itulah manusia. ada banyak komponen dan software yang terekam sehingga membentuk suatu program di kepala manusia yang komplex.
Sambil kembali menyeruput teh kotaknya, ia memindahkan pandangannya sejenak. Masih menatap kosong. Kali ini, program di kepalanya membawanya ke masa-masa yang akan datang. Jadi apa ia nanti? Orang yang penuh dengan hujatan atau pujaan? Orang yang lebih banyak mengundang senyum? atau tangis? Tak bisa ia tebak. Ia hanya tahu 1 hal. Tangan dan kakinya kecil dan masing-masing cuma 2. Tidak banyak hal yang bisa ia kendalikan. Dunia boleh memegang andil dalam kehidupannya namun ia sendiri yang memegang kontrol penuh atas dirinya. Tombol kebahagiaannya ada pada dirinya. Memikirkan itu bibirnya sedikit tersenyum.
Sambil menghabiskan sisa teh kotaknya, ia masuk ke dalam rumah. Dilihatnya seorang anak kecil tertidur pulas terlentang di pelukan seorang laki-laki yang juga tertidur. Televisi masih menyala dipenuhi oleh Tom si kucing dan Jerry si tikus sedang kejar-kejaran di dapur.
Perempuan itu lalu mengecup kening si anak. Diperhatikannya matanya yang tertutup sambil bertanya "kamu akan melihat dunia dengan pandangan seperti apa? Negatifkah? Positifkah?" Kemudian matanya mulai memperhatikan mulut si anak yang setengah terbuka "Akan kau gunakan untuk apa mulutmu ini? Mengeluarkan kutukan atau berkat?" Dengan lembut ia mengelus dada si anak "Akan kuatkah hatimu dan melakukan segalanya dengan tulus? Ataukah dipenuhi kepura-puraan?" Ia kembali mengecup kening si anak dan mengelus kepalanya, "Dunia boleh pegang andil untuk membentuk siapa dirimu nanti" Perempuan itu lalu menggenggam tangan anak itu. Kecil dan lembut. "Tapi ... kamu yang memegang kendali atas dirimu sendiri. Tombol kebahagiaanmu itu ada dalam dirimu dan bukan orang lain. Bijaksanalah, tidak perlu takut dalam bertindak"
Digendongnya anak itu dengan perlahan. Pelukannya erat sehingga ia bisa mendengar detak jantungnya. "bijaksanalah. dunia bisa jadi indah...Jika kau terjatuh masih ada dua orang yang akan tua ini yang selalu siap di sini"
Lalu pintu tertutup. Membiarkan semua doa itu meresap masuk melewati jalan-jalan tak terlihat. Bergelung-gelung di udara dan menembusi batas kulit, daging, dan batas sadar manusia. Bersemayam tanpa kelihatan...
Tinggal menghitung hari dan tahun 2011 akan tinggal menjadi sejarah. Ibarat sedang membaca buku, kita sekarang berada di akhir chapter yang terakhir, dan berada di awal chapter buku yang baru. Rasa-rasanya seperti sedang berada di puncak gunung dan melihat ke belakang, ke bawah, ke perjalanan yang telah kita lewati. Kadang kita nggak nyangka kita bisa sampai di situ. Kita jadi geleng-geleng kepala ketika mengingat kita tadi baru aja ngeloncatin jurang, menyebrangi sungai, merangkak, jatuh, lalu bangkit lagi. Tahu-tahu kita sudah berada di puncak.
Tentu hampir semua blogger bakal menulis evaluasi tahunan atau resolusi tahun baru, jangankan blogger, anak sekolah hingga pekerja pun rela menyisihkan waktu untuk menuliskan daftar panjang, entah yang disyukuri atau dikutuki, atau harapan-harapan baru. Saya juga termasuk orang-orang yang terdorong untuk melihat kembali chapter-chapter lama yang terlewati di kehidupan saya.
Ini bukan sebuah resolusi atau evaluasi. Ini hanya sebuah epilog dan mungkin sekaligus sebuah prolog untuk chapter yang berikutnya.
Epilog
Kami tinggal di sini sudah cukup lama, kira-kira sudah hampir 13 tahun. Dimulai semenjak daun kami masih kecil dan tinggi kami tak lebih dari tembok rumah ini. Sebagai pohon bambu, kami cukup senang bisa tinggal di rumah ini walaupun akar-akar kami lebih banyak dikencingi anjing, tetapi toh kami tumbuh subur sehingga tinggi kami sudah melewati rumah bertingkat dua ini. Ada banyak kisah yang dibawa angin sehingga kami tahu apa yang sedang terjadi di dalam rumah itu. Keluarga ini hanya memiliki seorang putri. Dulu aku ingat ia itu orangnya gempal dan selalu berambut panjang. 4 tahun belakangan ini ia tidak pernah lagi sering kelihatan, kata burung perkutut yang selalu ngapel pagi-pagi mengatakan bahwa si putri itu bersekolah di negeri orang. Di Amerika kalau tidak salah, betul Bumbi?
Iya betul Bim
Ah baiklah. Ngomong-ngomong aku Bimbo, cabang yang paling tinggi dan sudah hampir melewati atap rumah, sedangkan Bumbi temanku itu tepat di bawahku. Dulu panjang kami berdua setara jendela si anak sehingga kami sering melihat gerak-geriknya. Sewaktu anaknya masih di sini, kami biasa suka sebal melihat tindak tanduk si anak. Suka sombong dan tergesa-gesa sehingga kalau tidak salah ada masa-masa di mana ia benar-benar jatuh. Teman-teman satu kelasnya nggak ada yang suka dia. Laki-laki yang sempat dekat dengannya malahan jadian sama sepupunya. Benar-benar kacau, padahal si anak itu penyayang. Terkadang ia berbicara kepada kami, walaupun tentu saja tidak bisa kami jawab begitu saja.
Ya Bim, si anak itu juga manjaa sekali. Apalagi jika sama bapaknya. Masih kekanak-kanakan
Betul Bumbi.
Hanya sekarang ia terlihat lain. Ia bukan lagi cewek gempal yang kita kenal. Kata angin malam bulan Desember tahun lalu, si putri itu turun hampir 12 kg. Bukan hanya penampilannya yang berubah derastis, tapi juga identitasnya sebagai manusia semakin jelas. Ia sudah tidak ragu-ragu lagi. Menurutku, ada pelajaran hidup yang membuatnya menjadi sadar bahwa kekuatannya tidak bisa menguasai waktu dan situasi. Ia sudah lebih banyak berserah. Dulu dia seperti ingin mengendalikan semuanya sehingga tak jarang ia disebut-sebut 'bossy'. Betul kan itu istilahnya Bim?
Yep yep...
Terakhir kami menelihatnya Desember tahun lalu yan Bum?
Yoi Bim, tepat setahun yang lalu.
Ketika itu kami sudah melihat perubahannya. Nampaknya ia lagi jatuh cinta saat itu, terlihat dari wajahnya yang makin berbinar. Kabar yang terakhir kami dengar dari percakapan bapak-ibunya bahwa putrinya itu akan segera wisudah. Sarjana psikologi. Mereka bersiap-siap untuk ke sana menghadiri acara wisudahnya, padahal si ibu itu sakitnya sudah parah sekali. Jarang kami melihat beliau jalan-jalan mengunjungi beranda lagi.
Kalau sekarang, aku pernah mendengar beberapa kali percakapan si anak di telepon jika jendelanya kebetulan terbuka bahwa ia sempat merasa tidak ingin lulus cepat-cepat. Ia menyukai tempat kuliahnya itu. Ia sayang teman-temannya, dan merasa sangat dicintai. Apalagi ketika ia sedang melewati masa-masa sulit di awal tahun ini. Ketika itu, salah satu sahabat terbaiknya mengacuhkan dia, tidak ngomong dengannya hingga berbulan-bulan, dan di saat yang bersamaan jiwanya sedang tercabik antara nggak mau lulus dan harus menyelesaikan studinya. Alasannya karena ia merasa belum siap. Namun, lihat saja sekarang, ia mendapatkan diplomanya dan pernah kulihat ia sedang asyik chatting dengan temannya itu. Ia berhasil bertahan dan belajar dari pengalaman hidup.
Menurutku mimpinya memang ada di sini, apalagi ia berada di rumahnya. Dekat dengan ibunya. Sekarang ibunya sudah bisa tidur malam lagi dan pelan-pelan bisa kudengar suara mereka tertawa-tawa.
Bumbi: Ya menurutku, si anak itu sudah berubah. Bukan lagi anak yang semuanya ingin cepat-cepat selesai. Ia lebih melihat kondisi. Ia tetap menjadi anak yang tidak kenal takut. Walaupun masih sedikit kekanak-kanakan dan manja, kubilang ia termasuk yang bijak. Lebih sering terdengar kata syukur darinya sekarang ini
Bimbo: Setuju Bumbi. Namun, kuharap ia lebih rendah hati lagi daripada sekarang. Sifat arogansinya kadang-kadang masih kelihatan.
Bumbi: Tetapi sudah lebih ia tekan sekarang.
Dan pohon-pohon bambu itu mengayun ke atas dan ke bawah, entah karena angin atau anggukan setuju.
Selama ini sosok sederhana ini hanya kita kenal lewat cerita natal. Ia adalah tunangan Bunda Maria yang kemudian menjadi bapak dari Yesus. Itu saja tidak lebih. Setelah itu ceritanya terkubur di tengah kesibukan kita.
Beliau yang sederhana ini sebenarnya perlu diberikan ruang yang lebih besar, waktu yang lebih khusus, untuk mengenang segala jasanya dan juga meneladani imannya. Bayangkan saja, apa yang ada di pikirannya ketika tahu bahwa tunangannya sudah mengandung sebelum pernikahan. Kandung anaknya pun tidak. Namun, ia tetap menerima Bunda Maria. Menerima Yesus sebagai anaknya. Mendidiknya. Hingga kita mengenal Yesus sebagai anak tukang kayu dari Nazaret.
Untuk hari yang berbahagia ini, sekiranya kita sejenak meluangkan waktu untuk mengucap doa syukur kepada Tuhan dan menghormati Santo Yosep sebagai ayah dari Yesus di dunia. Perwakilan Allah untuk merawat dan membesarkan Tuhan kita. Teladannya yang mengikuti amanat Tuhan juga perlu kita resapi.
Terima kasih Santo Yosep... :)
Nah... untuk kesempatan ini juga, saya ingin memberi ruang khusus untuk makhluk gila yang satu ini...
papo = papa pongoro (gila) hehehe
Saya nggak tahu kenapa laki-laki yang satu ini bisa jadi bapak saya, suami dari ibu saya. Saya juga nggak ngerti kok bisanya ibu saya mau dengan laki-laki ini. Padahal wujudnya dulu benar-benar menyedihkan (hahaha peace papo)
yah bapak saya itu yang di gondrong di sebelah kanan
Tapi oh tapi... tanpa kontribusi kegilaan, kreativitas, optimisme, kesabaran, dan kecerdasan, saya dan mama nggak mungkin bertahan seperti sekarang. Seperti yang mungkin sudah yang Anda-anda ketahui, ibu saya mengidap penyakit kronik selama 19 tahun sekarang. Bapak saya ini hanya beranak 1, perempuan pula. Istrinya kena penyakit baru setelah 4 tahun mereka menikah. Namun, sampai sekarang, ayah paling ganteng (sekarang) ini rela nggak tidur untuk mijetin ibu saya ketika saya lagi bersekolah di negeri orang. Ayah yang gantengnya gila-gilaan (sekarang) ini selalu menghibur mama kalau lagi sakit. Ayah yang emang paling ganteng (sekarang) ini selalu menjadi penyejuk di tengah keluarga mungil kami...
Ia bukan saja hanya sebagai ayah tapi my Best Friend Forever. Kita bisa obrolin hal apa saja dari perang Mahabharata, Legenda Thio Samhong, Gereja Katolik, politik demokrasi, Soe Hok Gie, musik keroncong, dangdut, hantu-hantu, dewa Zeus, si A, si B, hipnosis, mantra, Harry Potter, intinya dia itu enslikopedi pribadi saya. Enslikopedi paling canggih yang juga mempunyai fungsi sebagai motivator terbaik. Sepertinya dari berjuta2 sel di dalam tubuhnya, sebagian besar didominasi oleh sel Positiv. Bapak saya ini saya nobatkan sebagai Bapak Optimis sedunia. Semua yang negatif bisa ia rubah menjadi positif. Kata-katanya, cara pandangnya, pemikirannya semuanya mengandung semangat optimis. Kadang saya sampai geleng-geleng. Soalnya saya punya juga contoh hidup yang hampir seluruh selnya didominasi sel Negatif (ibu saya). hahahaha Jadilah saya kadang terkekeh-kekeh mendengar percakapan mereka berdua. Langsung bagaikan dapat kuliah geratis seumur hidup. Langsung bisa lihat dua perspektif sekaligus.
Orang boleh berpendapat bapak saya ini orangnya kalem (ehm ehm...eng... beneran?) Memang, pembawaannya bener-bener tenang. Nyamuk pun nggak tahu kalau dia udah mati waktu ditepok sama ayahanda ini. Hanya saja, dia nggak kalem-kalem banget kok... makanya anaknya juga sedikit hyper kadang hehe...
His positive force gives me strength to fly high even though at the same time we are surrounded by negative forces. His deep voice calms my stormy day. His craziness keeps my sanity. His love opens my eyes and heart to see the world, the universe. His kindness is beyond the words... Papo nomor 1 di dunia.
Johannes Budhi, yang dari dulu hingga sekarang tetap menjadi papa paling ganteng....
Laki-laki sederhana ini hanya perlu sepiring gado-gado dan setusuk sate untuk membuat hari dan perutnya senang. Laki-laki sederhana ini hanya perlu tinju untuk menghiburnya. Laki-laki sederhana ini hanya perlu meditasi untuk membasuh jiwanya...
Dan aku dengan senang hati memberikan ruang untuknya di postingan ini. Begitu juga untuk Santo Yosep.
Kata ibuku sendiri kasih ibu kepada anaknya itu bagaikan Air Terjun. Mengalir turun begitu saja. Deras. Tidak perlu kekuatan apa-apa. Seakan-akan kita, anak-anak, mempunyai daya gravitasi yang tinggi. Mau menangis tengah malam selama 40 hari, ia tetap bangun dan menemani sambil menggendong. Mungkin satu-dua kali ingin tertidur, tetapi terbangun lagi karena anaknya ngambek. Atau jika si anak malas latihan piano, ia akan menemani walaupun hanya diterangi cahaya lilin. Ia biarkan urusan lain. Anaknya dulu. Atau, jika hari pertama sekolah, anaknya menangis meminta mamanya temani, alhasil si mama duduk di bawah pohon dekat kelas si anak dan mengerjakan pekerjaannya.
google
Sedangkan menurutku kasih anak kepada ibunya itu bagaikan Air Mancur. Membutuhkan tenaga yang lebih besar. Listrik yang lebih besar, dan segala rumusan fisika. Butuh kerja extra keras. Butuh pembuktian yang seharusnya tidak perlu. Itulah anak. Egois. Jiwa muda yang labil. Penuh dengan pencarian jati diri hingga melupakan arti ibu sendiri.
Air di sekelilingnya membuatnya merasa nyaman, dia sekali-kali muncul jika ada colokan listrik.
Kehadiran ibu itu ada ketika kita semua sadar bahwa Air terjun itu mengalir keras. Sedangkan Air mancur itu hanya kadang saja meluap tinggi namun kadang tidak.
ibu...
sebuah profesi termulia
Note: a dedication to my mambo
Ada banyak yang ingin saya bagi. namun, kata-kata itu seperti
terhambat. Tersumbat. Kata-kata itu seperti mengambang di got. Ada di
sana, hanya tidak bisa terangkaikan dengan baik.
Apa ini???
ya,
saya sadar bahwa ada banyak hal yang ingin saya lakukan, namun
lagi-lagi terhambat, termasuk menulis. Siapa tahu, itu bukan terhambat
namun diarahkan ke arah yang lebih benar. Saya tidak sepenuhnya
bisa yakin.
Sama seperti hidup saya. Masa depan saya. Tidak bisa
sepenuhnya yakin mau ke mana. Mau melangkahkan kaki yang kanan atau
kiri? Mau naik gunung dulu, atau menyelam di laut. Tujuannya ada di sana,
hanya terasa terlalu banyak 'gangguan' yang lain.
Apa ini??
Aku
merasa tidak begitu terilhami lagi. Inspirasi dalam teoriku hanya
datang ketika aku terbebat oleh kemelut. Ini bukan kemelut, namun ini
realita yang tidak bisa terjelaskan. Terlalu menghimpit. Akhirnya hanya
bisa terendap dan efeknya membuat dinding hati bertalu-talu ingin
bergerak-gerak. Lari jika bisa.
Boleh lari. Asalkan ke arah yang
tepat. Lari untuk secepatnya menyelesaikan perkara ini. Bukan lari
menghindari. Lari. Bergerak cepat untuk semuanya selesai. Bergerak.
Cepat.
Bulan Desember diawali dengan perasaan yang tak keruan. Hari pertama di bulan Desember, suasana hati saya jatuh sejatuh-jatuhnya. Seperti ingin berontak. Yang lucunya akhirnya membawa saya kepada keinginan untuk diam. Mengatupkan bibir dan membiarkan pikiran saya melantur dalam keheningan. Ya, saya hanya ingin diam. Sendirian. Biarkan pikiran saya ditranslasi ke dalam tulisan dalam diam. Tidak terganggu. Untungnya, tanggal 2,3,dan 4 itu saya sudah dijadwalkan untuk mengikuti ret-ret Adorasi yang kerjanya hanya... hening, makan, tidur, hening.
Peringatan: Postingan kali ini berisi banyak istilah-istilah dan intisari mengenai Katolik. Tidak ada maksud untuk mempengaruhi, ini hanya murni kebutuhan untuk melengkapi postingan in
Korelasi antara keinginan-saya-untuk-hening dan Adorasi yang memang intinya tentang KEHENINGAN ini murni sebuah 'kebetulan.' Tidak ada rencana saya untuk sedih dulu, atau pengen mengasingkan diri baru mengikuti ret-ret ini. Saya ikut ret-ret ini karena memang ada ketertarikan kepada yang namanya Adorasi. Ketertarikan ini muncul semenjak saya rutin mengikuti Salve di Minneapolis dulu. Oke... Oke... ada baiknya saya menjelaskan istilah-istilah yang belum tentu orang Katolik sendiri kenal. (heheheh) Kadang malah saya dulu masih tertukar pengertian antara Salve dan Adorasi.
Baiklah untuk mengawali kesemuanya ini, saya sebutkan dulu apa yang Pastor pembimbing ret-ret katakan - Pastor Willem.
Devosi Ekaristis adalah sebuah penghormatan terunggul, karena merupakan penghormatan kepada Yesus sendiri. Ekaristis adalah kehadiran Allah secara nyata.
Begitu kata Pastor Willem Daia, pimpinan Seminari Menengah Santo Petrus Claver Makassar. Perlu diketahui terlebih dahulu, istilah devosi bagi umat Katolik adalah penghormatan secara khusus kepada Santo-Santa, Bunda Maria, atau Yesus sendiri. Adalah lazim bagi orang Katolik juga meminta bantuan doa kepada Santo-Santa serta Bunda Maria. Nah, karena ini merupakan devosi Ekaristis, yang tertuju langsung kepada Yesus sendirilah maka afdol jika dikatakan bahwa ini adalah devosi terunggul.
Tidak perlu muluk-muluk dalam melakukan devosi ini. Tidak ada jam khusus untuk berdoa atau jangka waktu tertentu. Hanya ada 1 peraturan - H.E.N.I.N.G. Kami percaya bahwa dengan keheningan ini, kami bisa merasakan secara spiritual kehadiran Yang Maha Kudus, Yesus itu sendiri. Ada 3 bentuk dari devosi ekaristis ini: Visitase, Salve, dan Adorasi.
Visitase:
Diambil dari bahasa Latin yang berarti kunjungan. Dan seperti artinya, kita melakukan kunjungan barang 10 atau 15 menit di depan tabernakel*. Visitase bersifat pribadi. Kita secara bebas boleh melakukannya kapan saja. Paling pas dilakukan ketika sedang tidak tahu sebab dari beban yang sedang dirasakan. Keheningan sangat efektif dalam membiarkan alam bawa sadar kita bereaksi. Ada bentuk-bentuk doa yang disarankan dalam melakukan visitase.
1. Hening
2. Curhat
3. Doa yang sudah kita hafal; Bapa Kami atau Salam Maria
Salve:
Kata Salve sebenarnya dikutip dari Salve Regina, Salam ya Maria. Dulunya digunakan untuk menghormati Bunda Maria. Namun, pada akhirnya dijadikan ibadat terpimpin untuk menghormati Sakramen Maha Kudus. Ada 4 unsur dari Salve ini.
1. Pengambilan
2. Puji-pujian
3. Penghormatan
4. Penyimpanan.
ada dua hal yang tidak bisa tidak dilakukan dalam Salve ini. Yaitu pujian kepada Maria dan Sakramen Mahakudus. Biasanya Gereja Katolik menetapkan untuk merayakan Salve di Jumat pertama tiap bulannya.
Adorasi:
Adorasi dilakukan secara bersama-sama namun tetap kita ber'cakap-cakap' dengan Tuhan secara pribadi dengan durasi yang lebih panjang. Inti dari Adorasi adalah Hening.
Inti dari devosi Ekaristis ini adalah 'bercakap-cakap' dengan Tuhan. Lalu, apa bedanya dengan doa?
Pastor Willem menjawab dengan tenang cocok dengan pembawaannya yang kalem.
Di dalam doa: kehadiran Tuhan secara spiritual dalam iman
Dalam Devosi Ekaristis atau Ekrasiti: kehadiran Monstran* atau Tubuh dan Darah Kristus adalah bentuk kehadiran Tuhan secara nyata.Jadi pada intinya, kita dan Tuhan 'ada' bersama-sama di dalam ruangan.
Sebaiknya saya sudahi sampai di sini, jika saya menuturkan lebih panjang, akan banyak pertanyaan yang ditanyakan kepada saya, bahkan mungkin tudingan. Toh, maksud saya membuat postingan ini bukan mengenai Adorasi, namun mengenai H.E.N.I.N.G itu sendiri. Hanya, jika kalian ada pertanyaan seputar Adorasi dan Ke-Katolikan, bisa langsung bertanya melalui email atau jika dibutuhkan saya bisa membuat satu postingan khusus mengenai itu. Namun, diingat lagi, saya membuat blog ini bukan untuk mempromosikan Katolik. Katolik hanya bagian dari identitas saya.
Baiklah, kembali ke pokok permasalahan. H.E.N.I.N.G. Itulah yang saya butuhkan beberapa hari lalu. Dengan huruf kapital. Besar-besar. Tidak tanggung-tanggung. Rasanya sudah capek mental dan raga ini. Terlalu bising. Hingga rasa-rasanya ingin mengasingkan diri dan hanya merenung. Memberi waktu kepada diri sendiri. Ini juga yang membawa saya kepada pemikiran, apakah saya ini lemah? Bisa saja. Karena memang dikatakan (dan didoktrinasikan) bahwa "Manusia itu lemah."
Di saat-saat ret-ret itu saya mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya untuk diam. Biarkan pikiran saya berjalan-jalan semaunya dia. Memeriksa sudut-sudut hati. Bertanya-tanya "Mau kamu apa?" Di dalam hening itu, jawaban ada. Secara teori iman, Tuhan yang menjawab. Ada benarnya, walaupun secara biologis maupun psikis saya juga mempunyai argumen. Hanya, ya... sebagai orang Katolik, saya percaya 'Segala sesuatunya' berasal dari yang Maha Kuasa. Bahkan sistem biologis dan psikis manusia. Sistem yang dirancang oleh Yang Maha Kuasa.
Kalaupun saya belum mau menuliskan apa pertanyaan saya dan apa jawaban yang saya dapatkan, ini hanya permasalahan waktu. Jika saya sudah yakin seyakin-yakinnya, maka akan lugas saya paparkan. Paling penting untuk diingat, bahwa ini menyangkut keinginan terdalam.
Satu lagi yang membuat saya menikmati ret-ret ini. Saya diberi kesempatan untuk berdoa. Mendoakan segala intensi dan juga orang lain. Luar biasa rasanya. Sepertinya memang hari-hari kita tidak meluangkan waktu yang cukup untuk berdoa. Situasi hening sangat membantu.
Nah... proses penyembuhan saya nggak hanya selesai dengan masalah hening tadi. Pulang walaupun dengan keadaan sedikit ter-charge, saya kembali 'lumpuh' ketika di rumah. Hati saya tidak pernah tenang. Puncaknya, 2 hari yang lalu. Bangun pagi, hati saya terasa lelah. Air mata saya tiba-tiba jatuh. Ya tiba-tiba. Tiap kali saya mengingat 'sesuatu', air mata itu kontan ada di pelupuk mata. Heran sungguh heran.
Kali ini, bukan hening lagi terapinya, tapi N.G.O.M.O.N.G. Dengan huruf Kapital. Besar-besar. Syukurnya di dalam skenario kehidupan saya, saya dipertemukan dengan orang-orang baik. Tidak peduli perbedaan umur, waktu, dan tempat... mereka ada. :)
Sehabis bicara dengan sedikit air mata keluar, saya merasa betul-betul aman. Hati saya enteng.
hahaha...
dan sekarang... hati saya menikmati 'hening'. Bebas dari amukan emosi. Walaupun masih ada 'energi-energi negaitf' di sekitar...Hati saya diam. Acuh.
*Tabernakel: tempat untuk menaruh/menyimpan tubuh dan darah Kristus
*Monstran: tempat khusus untuk menaruh tubuh Kristus yang biasanya dipakai untuk pentaktahan
Ingat-ingat dulu ketika sedang di Amerika, minggu terakhir di bulan November adalah pekan perayaan "Thanksgiving." Semua orang bersorak. Pertama, perayaan Thanksgiving itu berarti besar untuk warga di sana. Hari raya itu selalu jatuh pada hari Kamis di minggu terakhir bulan November. Mereka akan berkumpul bersama keluarga dan mengucap syukur atas setahun itu. Kedua, perayaan Thanksgiving berarti feast atau makan besar. Turkey, stuffing, mash potatoes, salad, and big portion of pumpkin pie are a must!! hahahah. Ketiga, Thanksgiving berarti Big SALE. Di hari Jumatnya seluruh toko-toko di Amerika akan memberikan SALE besar-besaran. Hari jumat keramat itu dimulai dari tengah malam hingga hari Minggu itu. Hari itu sendiri dinamakan Black Friday. Keempat, perayaan Thankgiving boleh dikata liburan weekend panjang. baik anak sekolah maupun orang kantoran super happy ketika Thanksgiving datang mendekat.
Saya boleh tidak tinggal lagi di Amerika, but I can still celebrate thanksgiving with my own way... hehehehhe...
Perhaps, this is not a "thanksgiving" weekend. However, the plan to go out of city was planned on 25th-28th of November, so it is so called thanksgiving getaway. And my Thanksgiving getaway destination is Amboina!! And I am thankful of that... :)
Ambon from the sky
Beta ada mengunjungi Ambon, ibu kota kepulauan Maluku.
Beta dipanggil.
Ya dengan sedikit sisa darah Maluku dari pihak ibuku, saya boleh dibilang anak Maluku.
Ayah-ibu ibuku berasal dari pulau kecil di Maluku sana bernama Dobo. Kata "beta" (saya), "tarada" (tidak ada), akrab di telinga.
Ayahku yang bukan berdarah Maluku fasih berdialek Maluku. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Ternate. Jadilah saya mengerti dan berbicara bahasa Ambon.
Singkat cerita, Ambon itu seperti dekat. Walaupun tidak ada hubungan secara langsung.
Suara hati memanggil tuk kembali
Kembali bersama-sama denganmu
Senyum manismuSurga di bumi
Membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly
Kira-kira lebih dari 10 tahun lalu, saya pernah mengunjungi Ambon. Diboyong oleh karyawan ibuku yang memang sudah kami anggap keluarga sendiri. Kali ini, ia juga yang men'culik' saya hehehe.
Kami tiba sore. Mungkin karena sudah lebih dewasa, saya jadi lebih menikmati. Perjalanan dari airport saja sudah merupakan pengalaman sendiri. Lihat kanan ada laut, lihat kiri ada gunung. Jalanan naik turun dengan memberikan view yang luar biasaaa.... Belum lagi kami berhimpit-himpitan di Hot Red Hartop.
Mereka itu semua famili dari karyawan yang saya sebut-sebut tadi. Well, sebenarnya lebih tepat jika beliau disebut-sebut sebagai inang pengasuh saya hahaha... (nanny). She has been working with us for 21 years now.
Lanjut.
Malamnya, saya dan inang saya itu diajak makan malam di salah satu rumah kawannya Kawan si inang. Rumahnya Buaguuuuus. Ternyata di salah satu bukit kota Ambon ada juga kawasan rumah elit nan modern. Menunya pun tak kalah sedap daripada Turkey. Kobe Steak, Tuna Sashimi, Grilled Tuna, Fruit Salad, and Udang Mayonaise... hehehehe maaf ya jika membuat kalian ngiler...
Maka dari itu demi meringankan beban Anda-anda sekalian, saya tidak mengikut-sertakan gambar-gambar makanan tersebut. Toh gambar-gambarnya bisa jadi tidak membuat Anda bereselera, bahkan lebih mungkin jika gambar dalam pikiran Anda lebih sedap ketimbang gambar yang saya ambil. Sebab gambar yang saya ambil itu pada saat saya tengah makan, jadi sudah kurang appealing.
Anyway, Malam pertama kami di kota Ambon, hanya diisi oleh makan malam extravagant itu. GRATIS pula! hehe
Muria, ular kali, waii Ambon
Nah di hari berikutnyalah baru petualangan dimulai! Perjalanan kami mengarah ke Utara kota Ambon. Tempat perhentian kami yang pertama adalah daerah yang bernama Waii. Sebuah kawasan pertemuan muara Sungai dan Laut. Makhluk yang kami kunjungi adalah Muria atau ular kali.
Ular kali ini jinak dan lebih menariknya lagi mereka itu 'dengar-dengaran' sama si Om.
Si om hanya masuk ke air dan mendekati si muria yang daritadi diam saja tak bergeming. Lalu tiba-tiba si muria bergerak mendekati si om, seakan-akan si om itu "bapak"nya.
Si muria ini hobi makan telur. Jadinya si om tadi sekalian membawa telur untuk memberi makan dia.
Di Waii ini airnya bersih sekali. Jadinya ada bagian dari muara pertemuan antara air laut dan tawar ini dijadikan tempat mencuci baju oleh warga setempat. Dan banyak muria yang berseliweran di situ. Baik warga manusia dan warga muria saling hidup berdampingan haha.
Di titik ini pula bisa ditemukan kehidupan bertenggang rasa antar ikan penghuni air tawar (ikan mas) dan air laut (ikan titang). Jadi, seharusnya orang Ambon atau orang-orang luar mencontohi ikan-ikan ini. Biar asal boleh berbeda tapi Waii jadi tempat hunian bersama, biar agama boleh berbeda tapi Ambon jadi tempat hunian bersama...
ikan yang lebih kecil ikan titang (air laut), ikan yang lebih besar ikan mas (air tawar), dan yang paling panjang si muria
Berikutnya, tidak afdol kalau ke Ambon tanpa mengunjungi pantainya. Jadi, kami terus ke utara menuju pantai Liang.
Deburan ombak dan butiran pasir putih Bagaikan mutiara yang menari-nari Senyum manismu Surga di bumi Membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly
Pantai Liang, Ambon
Namun sayang sungguh sayang, I got my period on that day!!!
Padahal air jernih bukan main...
However, somehow I manage to "celup-celup" sedikit... hehehe (mind my mixed language here hehe)
Malam itu ditutup dengan memanjakan otot-otot kaki dan tangan di permandian air panas.
Hari itu selesai dengan tidur lelap di hotel Amaris yang juga GRATIS!! Maklum, ada orang penting datang berkunjung hahahaha...
Hari ketiga di sana, saya teler. Tepar. Tak bisa bergerak. Rasa ngantuk luar biasa menyerang di Siang bolong. Sungguh menyebalkan. Tetapi, rencana tidak boleh tertunda. Jadilah saya duduk terlunta-lunta di dalam mobil 'ranger' (pick up tetapi memuat lebih dari 4 orang, semacam mini truck kata orang Amerika). Apalagi medan yang kami tempuh untuk sampai ke teluk tempat berenang itu seperti naik roller coaster. Naik turun, tikungan tajam. Hanya, semuanya terbalaskan. Pemandangannya tidak bisa kita dapatkan di roller coaster manapun. Apalagi kecepatannya bisa kita atur. hahaha...
Dan dalam 40 menit, kami sudah sampai di pantai Huku~~~~ waka-waka. Kita sebut saja dengan waka-waka, karena namanya agak ruwet untuk diingat hahaha...
Tidak ada pasir melainkan pecahan-pecahan karang-karang halus. Airnya jernih luar biasa. Jika kita berenang agak menjauh dari perahu yang tertambat, kita bisa melihat-lihat kehidupan di air laut dengan bebas. Sayang, hari itu saya putuskan untuk tidur. Raga saya tidak kuat. (payah :( )
Sebelum pergi menempuh medan naik turun gunung untuk sampai ke tempat indah itu, kami sebagai warga Gereja Katolik yang baik dan budiman mengunjungi Gereja termegah di Ambon. Katedral. Hari Minggu itu adalah hari pertama memasuki pekan Advent. Kami duduk tepat di barisan belakang bagian dari Koor. Dan OMG!! Orang-orang Ambon pung suara pung baguuuuus laiiii!!!! hahahahah They sounded REALLY GOOD... apalagi om-omnya hahaha... bass dan tenor... gaaaah
Ikuti iramaku berdendanglah bersamaku menarilah denganku aku di sini engkau di sana ayo kembali ke timur
Paduan suara tifa dan tarianmu alunan irama tropikal memanggilku senyum manismu surga di bumi membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly
Timur. Sebuah kawasan yang mungkin asing bagi orang Indonesia sendiri. Semakin ke timur, image orang negeri sendiri adalah orang timur adalah bangsa primitif. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa di pedalaman Irian sana, masih banyak mereka yang tidak memakai baju, makan masih dari berburu, dan tidur di atas pasir. Namun, untukku timur itu Rumah...
Sulawesi Selatan bukan bagian dari timur, tapi kami di sini adalah gerbang pintu timur. Apa-apa yang mau disadurkan ke kawasan Timur harus mampir di perairan kami. Jadilah orang-orang dan segala logatnya ikut masuk ke dalam kehidupan saya. Logat Flores, Ambon, Manado, Irian itu sudah akrab di telinga saya. Tidak heran jika saya bertemu orang dari Timur (Irian, Ambon, Manado) di Amerika, saya sudah merasa ketemu keluarga sendiri. Segala logat saya keluarkan, tidak perlu basa-basi berlogat tanah ibu kota. hahahaha..
Ya timur itu rumah.
Lidah ibu.
Apalagi ibu saya orang Dobo dan ayah saya besar di ternate, perlu ditambahkan jika saya diasuh oleh seorang yang dari Ambon, jadilah bahasa itu sudah seperti bahasa ibu saya sendiri.
Selain itu,Pantai-pantai di Timur itu adalah harta.
Pengalaman ke Ambon ini betul merupakan sebuah perjalanan penuh syukur. So... that was my 'thanksgiving' getaway... that made me feel so grateful.
Ambon Maniseee......
PS: penggalan lirik di atas itu karya bung Fredly yang berjudul Timur...
Hari ini tepat seminggu saya "kembali ke sekolah." Rasa-rasanya saya di sana sudah tahunan. Sudah mulai beradaptasi. Sudah mulai rindu anak-anak saya ketika akhir pekan. Sudah mulai mengenal gelagat tiap anak. Sudah merasa menyayangi dan disayangi.
Di kelas ada 4 pengajar dan kelas itu dibagi dua - perempuan dan laki-laki. Mereka akan mengawali hari dengan bersama-sama, hanya saat ke WC untuk cuci tangan atau mengerjakan tugas adalah saat di mana laki-laki dan perempuan dibagi dua. SAya kebetulan mendapatkan bagian untuk mengawasi anak laki2. Memang lebih sibuk ke sana ke mari, namun terasa lebih enak. Makin ramai makin meriah.
Ada saat-saat di mana anak-anak saya berlomba ingin saya pangku ketika menonton video. Ada yang bercerita tentang kenapa dia terlambat, tentang ayahnya yang selalu capek ketika malam tiba. Ada yang ingin saya yang temani ketika datang masuk ke kelas. Semuanya itu membuat saya mulai sayang kepada mereka.
Kalian yang membaca postingan ini pasti merasa bahwa hidup saya sudah senang, bahwa keputusan saya untuk pulang itu tepat. Saya dengan entengnya bisa menyetujuinya, tapi lagi-lagi saya masuk ke dalam permainan perasaan. Senang sudah pasti, tapi rasa takut masih terus menghantui. Entah apa. Trauma mungkin. Saya belum berani bilang sepenuhnya kalau keputusan saya tepat. Tapi di saat yang bersamaan, rasa syukur itu benar-benar tidak terucapkan. Dan berbuah rasa tenang... Damai jika saya bisa tambahkan.Bisa saja ini kusebut sebagai awal sebuah yang baik, walaupun tidak menjanjikan absennya "kesusahan" di depan nanti yang tetap membuat saya merasa takut.
Lalu, yang paling membuat saya merasa dipermainkan perasaan adalah perasaan sesak karena rindu yang herannya selalu datang tiba-tiba. Tidak ada aba-aba. Rindu yang tidak menyimpan penjelasan. Tangis yang seperti terprogram setiap kali nama-nama itu singgah di kepala. Nama-nama itu seperti mantra...
Tidak cukup sampai di situ, tiap hari Minggu adalah jadwal saya untuk lebih merasakan rindu ini. Misa di sini berbeda sekali dengan di Minneapolis, sehingga membuat saya merasa seperti berada jauh dari mereka. Apalagi didukung oleh tingkat kekhusyukan yang berbeda. Saya merasa risih menjadi sedikit dari mereka yang masih berlutut ketika sebelum dan sesudah komuni. Saya rindu mendengar deruan bunyi tempat berlutut. Saya rindu menggenggam tangan-tangan hangat ketika mengumandakan doa Bapa Kami. Saya rindu menit-menit itu...
Ujung-ujugnnyaa saya hanya bisa mengetik...
T.erima kasih...
sebuah ungkapan sederhana. Hasil dari kepasrahan dan apresiasi atas apa yang saya terima.
Dan saya tidak menyesal atas keputusan saya ...
Hm... May I say that my decision to go home is right?
There's ahesitation to state it out loud though, to be honest. Based on my past experience, I logically thought that I was in the right place when I was in Seattle. Well... almost everything that I had thought of was happened before. However, things did not work out properly. Perhaps, because I "thought" not "felt"
At present situation, I slightly feel that I am in the right place and at the right time. Firstly, I feel free. Free to pursue my dream. There's a lot of chances are opened. I got my article on the magazine, and I am on my way to earn my own money. My driving lesson is almost finished as well.
Let me give you a short update.
I got one month trial at a National Plus School at my hometown. Originally, I applied for the "Special Needs School." Nevertheless, the owner asked me to try at the 'regular' school, and see if I am capable. Today is my first day back to school. hahaha... Teaching K2. 4 years old students. It's not a new thing for me to teach children. I have seen worst hahaha. Today was fun, despite some things that I found could have been better, I enjoyed in the class. The fellow teachers were very friendly and welcoming. The children as well. However, is it funny to hear English with a Makassarian dialect? hahaha that's what I felt about a national plus or international school in Indonesia. Well, this will enrich my experience and yes I have plans to earn more money. I have been thinking to really back to school, 2 or 3 years later. About the major, I haven't decided yet. Perhaps, I will go to professional school for psychology or change my major to journalism/communication. hahaha. Still, I love writing.
When I got this offering,I automatically said to myself that I would not stop. Especially, I would not stop writing. I had no reason or explanation of why my brain generated such a sentence when I shook hand with the owner. LOL. A sign, that this will not be my 'last' stop. There are more to come.
I have jotted down what I want to do for the next 4 years. Including earning money, going to South Korea - learning Korean, working while going to school, and getting married hahahaha... Hopefully, the plan is matched with His will.
Anyway... I am getting accustomed to here. That's a good sign, though, it's just been a month. Nothing much that I can tell...
Judulnya harus dipanjang-panjangin karena update yang ingin saya paparkan di sini juga mungkin PUANJAAAANG! Masih mungkin sih hehehe...
Alrighty. it's all about what I have been doing, getting, and experiencing while I am in Indonesia. Noted, it's been a month and a week since I arrived in Makassar - home sweet home... or so called that...
Following the logic, I should be doing fine when I am here in terms of the lifestyle, society, and norms. I should have no problem to interact with those aspects. Nonetheless, how funny! I found almost everything is foreign yet familiar... hmmm... what do I mean by that?
Meaning, I just realize ity bity things that I have never realized when I lived in Indonesia before leaving for the U.S.
The first few weeks I only saw the "Bad(s)" including the traffic jams, garbages, law disoriented, absence of professionalism in MANY Professional firms.
The traffic jam is unavoidable if you are on the street around lunch time and unfortunately that's the time when I would be around on the street. Usually, I went out to buy lunch for my mom. Her appetite is tricky, we need to do our best to support her appetite. Therefore, almost every time, I would be trapped in the traffic jam to fulfill her will... grrrr sucks. Don't ever try to imagine what the traffic jam here in Indonesia looks like. You will be amazed. Motor cycles, big trucks, disfunction traffic light, and crazy people who wants to cut your way all the time are "regulars." They are easy to find in the traffic jam.
It is definitely not a new thing for me at all. I mean, I had lived in this madness for 18 years, but yes, the 4 years in the U.S. made me spoiled. Keteraturan dan saling respek betul-betul kerasa. Udah ada peraturan nggak tertulis bahwa manusia itu sama derajat dan kita harus saling menghormati.
Writing this doesn't mean that I have no respect to collectivism, there are good things about it too...
Anyway.. I become aware of something else. Something that I have never realized before. Things like:
1. Indonesians are "uncivilized (?)"
2. Toko Kelontongan is JJANG (translated: Mini market is great)
Uncivilized
Hm... It is true that we (Indonesian) still have tribes that perform a primitive lifestyle. It's a very extreme example. Indonesia is a developing country anyway; thus, there are many-many aspects that need to be "fixed" Let me simplify my words in pictures.
If you go to public places in Indonesia, you will find 'signs' or 'announcements' on their walls.
Sorry for inconvenience, It is out of service
Attention, please do not throw toilet paper or sanitary napkins into the toilet. Thank you
These signs are normally displayed in anywhere including the United States.
However... there were signs which blew my mind. I feel like got a lightning attack.
It is forbidden to dissemble, Dissembling meaning buying.
These pictures did not shock me. I have seen this quiet often before. The difference is based on my consciousness. I just consciously realize that most Indonesians are not really "civilized". It is necessary to put up signs like this to let them know what to do and not to do.
Sorry, it's forbidden to bring food and drink from outside
Then, these next couple pictures are those which shock me even more...I found these in Dunkin Donuts outlet.
Attention! please don't put feet on the sofa and table. Thank you
We hope you to be polite and keep the etiquette
!!!!
Hm... perhaps I should not make a comparison. I theorized that in the States, there will be no sign like those because it is NORMAL to see people put their feet on the sofa while sitting at the cafe. In other words, they don't really care. Here in Indonesia, there is a certain degree of norms that we need to obey. The culture is already different, so there is no use to compare. Nevertheless, I still find this 'unique' hahaha.
Funnier...
I found this sign yesterday. I just conclude that Indonesian love signs. They communicate with signs!! hahaha. Actually I don't have a good solid explanation. Ideas about it still floating in my mind.
It is forbidden to throw away garbage, strangers - this is for private use
Capturing these pictures motivate me to do some more "research" about Indonesian behavior. hahahaha There is something unique, odd, a little bit unusual about this kind of behavior. ah I feel so much like a social scientist. LOL...
I will not make a deeper explanation in this post. I don't want to be too serious in this post hehehe...
Next... Traditional Minimarket is great!!!
It is still accessible to find a small house with a small shop in the front part of their house. We call it "Toko Kelontong" They sell almost anything. From diapers to chili peppers. From local product to imported products. Nowadays, I enjoy buy things from these kind of shops...
It was used to be a small toko kelontongan, but now you can tell that this is a mini market
a Traditional Toko Kelontong. Manually calculate and the hand written bill
Yes, I admit that I was too arrogant. I was annoyed when the service was not good and complained about it all the time. Well, now, I am enjoying almost everything about Indonesia, my home land. I have seen it in three different ways. Firstly, I was so accustomed, so I did not really care. Then, I already knew "a better" way, so I was disappointed. Now, I enjoy it even more. I found little things are interesting and laugh at their "stupidity" hahaha. Believe me, people here can do things that are unbelievebly ridiculous.
Moreover, how come I am not enjoy my living here. I live closed with my beloved family and friends... :)
my papo, mambo, and indok (a nickname that I give to my nanny - on the right :P)
my mambo enjoy "sion", her 4th generation ipod
dinner at the bedroom :P
Lastly, finally!! I can have a meal under $4!!!!! hahahaha
avocado, coconut
we call it "es putar": jackfruit, avocado, cocoa powder, crushed peanuts, and many good things
Omongan "kalau
jodoh bakal ketemu lagi" itu bukan bualan sama sekali.
Pasalnya, malam minggu kemarin, saya ketemu dengan dua orang sahabat dari SMP. Hitung-hitung kami sudah
bersahabat selama hampir 10 tahun.
Memang, dalam kurun waktu tersebut ada saat-saat di mana komunikasi kami tidak
begitu lancar. Tapi kevakuman itu diisi oleh pengalaman dengan orang-orang lain
yang uniknya membawa kami ke satu titik temu. Kami mengalami hal yang sama
dengan proses yang berbeda-beda. Untuk itu, ketika kami dipertemukan setelah 1
setengah tahun, tidak ada 'gap' sama sekali. Yang ada malah makin klop. Saling
mengiyakan dan menyetujui pendapat dan perspektif masing-masing. Di situ
menjadi titik 'start' untuk jenjang berikutnya.
Kisah kami dimulai
dari SMP. Kami bertiga tidak sekelas ketika kelas satu SMP. Namun, kami kenal
satu sama lain. Kelas sahabat saya yang laki-laki itu adalah kelas tetangga,
jadi dari situ kami kenalan karena saya sering melewati kelasnya jika ingin ke
kelas saya. Sedangkan sahabat saya yang wanita itu sekelas dengan kedua sepupu
saya. Jadinya, saya sering bertemu dengannya ketika mengunjungi sepupu saya.
Ketika kelas dua, saya dan sahabat wanita sekelas. Saya bahkan lupa kelas mana
sahabat laki-laki saya.
Kelas tiga SMP, kami
akhirnya sekelas. Di situ kami makin akrab.
Masuk SMA, kami
melanjutkan ke SMA yang sama dan kami bertiga sekelas lagi. Di situ juga kami
duduk berdekatan, jadilah kami membentuk "kelompok belajar." Bukan
kelompok belajar yang keren itu yang belajar bersama-sama. Maksud saya dengan "kelompok belajar" ala kami adalah jika
ada praktikum, kami akan melakukannya bersama-sama. Jika ada tugas membuat
drama, kami akan secara naluriah membentuk kelompok, dan juga tugas-tugas
kelompok yang lain. Kelas dua, sayangnya kami harus berpisah dengan sahabat
laki-laki kami. Tapi, nasib membawa saya tetap bersama sahabat wanita. Dan
akhirnya kelas tiga, kami bareng-bareng lagi. Nah, pertemanan kami dengan
sahabat laki-laki sama sekali tidak putus. Si sahabat laki-laki pindah berserta
keluarganya ke Bali. Namun, tiap kali ibunya pulang ke Makassar, saya diberi
oleh-oleh. Kacang Rahayu, keripik kulit babi, bahkan diary. Singkat cerita,
kami masih berhubungan.
Kami akhrinya
dipertemukan kembali ketika kami lulus SMA. Si sahabat laki-laki akan berkuliah
di Makassar, Unhas jurusan kedokteran. Sebelum keberangkatan saya ke Amerika, kami bertiga dan sahabat-sahabat lain berkumpul. Lalu, tiap kali saya pulang libur, kami pasti menyempatkan diri untuk bertemu. Begitulah hingga hanya kami bertiga berkumpul lagi semalam.
Taken in 2004 hahaha
Saya merasa senang bahwa kami nyambung padahal sudah tidak berhubungan selama setahun lebih. Ternyata, begitu kami ketemu, ada 'angin' yang sama. Situasi tidak berubah. Si Bayu (sahabat laki2 saya) masih tetap saja cerewet dan penuh dengan cerita-cerita menarik tentang pengalamannya sebagai mahasiswa kedokteran.
Chiu (si sahabat wanita) masih saja sama dipenuhi dengan perkembangan terbaru teman-teman almamater...
Ketika mendengar cerita-cerita masing-masing, kami secara tidak terlisan merasa sepakat bahwa kami berada di titik yang sama. Di titik awal jalan kami masing-masing sebagai pribadi. Di titik di mana kami merasa tanggung jawab menunggu kami. Masa depan bukan lagi ditentukan orang tua, melainkan di tangan kami. Logika, emosi, dan intuisi diuji.
Sungguh menarik...
Taken in 2005 or 2006
Kembali ke perkataan "kalau jodoh pasti bertemu kembali." Alasan saya mengikutsertakan perkataan tersebut, karena menurut saya, Bayu, Chiu, dan saya itu berjodoh. "Kelompok Belajar" kami itu nggak cuma beranggotakan kami bertiga. Kami juga dari dulu nggak selalu lengket kayak perangko. Apalagi, Bayu sempat ke Bali selama 2 tahun, dan Bayu nggak punya Facebook ataupun Friendster account. Jadi, ada kemungkinan besar kalau kita bakal nggak ketemu lagi atau nggak nyambung lagi akibat adanya kesenjangan komunikasi.
Eh... yang terjadi, ketika kami ketemu, level persahabatan kami boleh dikata meningkat satu level. Pemikiran-pemikiran kami terarah ke arah yang sama. Perspektif kami pun begitu.
Jadinya, buat kalian... sahabat-sahabat saya di manapun Anda berada... "kalau jodoh pasti ketemu lagi..."
:)... and thanks for being the "helper" for me in my growth... :)
I love you ...
Sebuah video untuk Sahabat-sahabat saya Di Seluruh DUnia
Before I jump into the main point of this post, I would like to welcome 2 new members of my "family" :)
After 3 weeks without a certainty, I finally got my own USB modem for me to get connected with the 'whole' world...
Please welcome, Albert Yossie Huwi Budhi
Rasa-rasanya legaa banget dan bebas banget. Selama ini tanpa internet, saya merasa pincang, nggak bebas. haha...
Don't ask me why I came out with such a name haha... nggak tahu kenapa, begitu mendapatkan "bayi" baru ini, langsung muncul nama Yossie di kepala. hahahaha... maklumi saja isi kepala saya ini...
yang kedua, let me introduce you Stroberi, my pink flexy (CDMA)
Baiklah, seturut dengan judulnya, saya ingin berbagi rahasia sedikit. Sebenarnya apa sih obsesi dari seorang Chendani ini...
nomor 1 yang paling utama - DANCING
Seperti mbak yang satu ini...
diculik dari tumblr.com
Om Shanti Om - picture from Google (forget where;... hahaha)
Tari-menari bukan hal baru. Dari umur 5 tahun saya dikursuskan menari balet oleh ibu saya hingga SMP dan jangan kira badan saya ramping-aduhai-bahenol gara-gara menari balet. Dari kecil badan saya sudah terbilang besar dan gempal. Namun, walaupun begitu, saya tetap menari dan sampai diangkat jadi asisten loh. SMA, saya dipercayai untuk menjadi instruktur. Itu yang membuat saya mencintai tari-menari. Bukan hanya balet saja, tarian tradisional pun menangkap perhatian saya, tapi sayangnya, saya tidak sempat mendapatkan pendidikan formal soal tarian tradisional. Untuk itu, saya niat, sebelum saya melepaskan kelajangan saya (baca: menikah), saya ingin belajar tarian jawa di Yogya, tarian Bali, dan Bollywood!! hahaha... seriously, I want to know how to dance like Sharukh Khan. Untuk sekarang, saya mau membekali diri saya dengan flexibilitas (physically), e.g. split, kayang, roll depan, de el el. Itu yang menjadi obsesi saya saat ini...
Oh satu lagi... my next goal
Yup, I want to learn how to dance this cute dance haha
Obsesi nomor 2 adalah - GOOD BrEAKFAST
As always been said, "The most important meal of the day is breakfast."
Smiliey Pancake - tumblr
Strawberry oatmeal - tumblr
Breakfast itu selalu menarik. Apalagi waktu selagi di Amerika. Orang-orang negeri itu sangat menggemari Breakfast, sampai saya pun ikut-ikutan senang dengan breakfast.Pisang, pancake, peanut butter, Hot Chocolate, omelette, hmmmm
Bayangkan, segelas kopi susu mengepul dari balik cangkir putih itu. hmm... aromanya meremajakan seluruh indra. Lidah dimanja dengan rasa segar dari buah tropis. Belum cukup sampai di situ, perut dihangatkan dengan semangkuk bubur ayam dari gerobak keliling... Ahh... hari itu akan menjadi hari yang indah- iming-iming sebelum tidur
Ini yang namanya cinta... :P
Obsesi nomor 3 adalah - Nice Working Place...
Tempat kerja itu adalah dapur kreativitas. Jadi, penting hukumnya untuk mempunyai tempat bekerja yang rapi, menarik, dan efficient.
dipinjam dari Tumblr.com
Ingin rasanya saya menulis membiarkan ide saya mengalir di tempat seperti itu ... :P
Obsesi nomor 4 - BathTub Inside the Bed room!!
Seperti ini...
Bathtub inside the bed room - tumblr.com
Alasannya absurd, seabsurd jawaban teman saya ketika ditanya ingin kamar tidur seperti apa. Dengan mata berbinar-binar dan tanpa ba-bi-bu, dia langsung menjawab mau punya 2 tempat tidur di dalam kamar dan menghadap ke kebun luas yang ada sapinya.... hahahaha
Yah, kadang-kadang absurditas lahir dari kreativitas (tanda tanya.....)
Obsesi nomor 5 - Seoul, Yogya, dan Amsterdam!!!
3 kota ini adalah kota tujuan teratas yang ingin saya kunjungi, tak segan-segan untuk menetap juga jika ada kesempatan. Mengapa?
Lagi-lagi alasan sepele...
Sebenarnya, obsesi saya kepada Seoul adalah lebih bertitik berat pada jajanannyaaaa...
picture from here, Korean street food DdukBokKi, goreng-gorengan, dan makanan tusuk.Memang dari dulu punya obsesi kecil untuk jalan-jalan sambil comot mencomot jajanan bersama teman alih-alih makan di restoran... ;)
Lalu mengapa Yogya ..
Selain karena ingin belajar menari, ada sesuatu yang memang istimewa dari kota Yogya. Yogya bagi saya adalah kota yang mencerminkan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Yogya adalah rumah bagi candi yang berumur ratusan tahun. Banyak tradisi yang masih dijaga dan dibudidayakan. Itu sebabnya Yogya menjadi gambar projeksi masa lalu.
Yogya sebagai projeksi dari masa sekarang direpresentasi oleh kehadiran Sultan Hamengkubowono X. Beliau sebagai sultan dan juga politisi berusaha mempertahankan tradisi sekaligus mengikuti dinamika globalisasi. Ini membuat Yogya menjadi kota yang menyimpan seribu tradisi tetapi tetap menjadi kota yang tidak ketinggalan jaman.
"Yogya Kota Pelajar" sudah sangat akrab di telinga kita. Mahasiswa-mahasiswa inilah yang menjadi projeksi masa depan dari kota Yogya. Pelajar di perguruan tinggi ini adalah harapan bangsa. Jadilah mereka melengkapi Yogyakarta.
Dan Amsterdam...
Sebenarnya, kota yang ingin saya kunjungi itu Zoetermeer, tapi karena Amsterdam lebih dikenal, jadilah Amsterdam menjadi tumbal. hahaha. Tapi, pada intinya, saya memang sangat ingin mengunjungi negeri bekas penjajah Indonesia itu. Sebabnya adalah karena di situ saya bisa ketemu dengan makhluk2 lucuu iniiiiii