Saturday, December 31, 2011

Sebuah Prolog

The last paragraph will be written but a new chapter is sure to follow - a very good good friend that I miss the most
Kursi goyang yang sudah mulai menua itu mengayun pelan. Seorang perempuan duduk di atasnya sambil menyeruput teh kotak favoritnya. Matanya hanya memandang kosong ke depan. Ia lebih melihat memori-memori yang silih berganti di otaknya. Ada yang baik dan ada yang buruk. Semuanya berhujung kepada 1 tujuan yaitu membangun identitasnya. Ia percaya bahwa orang-orang yang ada di dalam kehidupannya bukan suatu kebetulan. Ia tumbuh dalam berinteraksi. Menjadi kaya karena berbagai macam emosi yang keluar dari interaksi itu. Di situ ia pun paham betul mengenai teori relativitas. Semuanya relativ. Mata manusia mempunyai lensa dan otak manusia mempunyai program tersendiri dalam mengamati tindak-tanduk dinamika kehidupan. Tidak adil jika kita mengkalim sekenanya soal baik dan buruk.
Ah...relativitas. Betul-betul teori yang membenarkan segala bentuk kecaman. Namun, itulah manusia. ada banyak komponen dan software yang terekam sehingga membentuk suatu program di kepala manusia yang komplex.
Sambil kembali menyeruput teh kotaknya, ia memindahkan pandangannya sejenak. Masih menatap kosong. Kali ini, program di kepalanya membawanya ke masa-masa yang akan datang. Jadi apa ia nanti? Orang yang penuh dengan hujatan atau pujaan? Orang yang lebih banyak mengundang senyum? atau tangis? Tak bisa ia tebak. Ia hanya tahu 1 hal. Tangan dan kakinya kecil dan masing-masing cuma 2. Tidak banyak hal yang bisa ia kendalikan. Dunia boleh memegang andil dalam kehidupannya namun ia sendiri yang memegang kontrol penuh atas dirinya. Tombol kebahagiaannya ada pada dirinya. Memikirkan itu bibirnya sedikit tersenyum.
Sambil menghabiskan sisa teh kotaknya, ia masuk ke dalam rumah. Dilihatnya seorang anak kecil tertidur pulas terlentang di pelukan seorang laki-laki yang juga tertidur. Televisi masih menyala dipenuhi oleh Tom si kucing dan Jerry si tikus sedang kejar-kejaran di dapur.
Perempuan itu lalu mengecup kening si anak. Diperhatikannya matanya yang tertutup sambil bertanya "kamu akan melihat dunia dengan pandangan seperti apa? Negatifkah? Positifkah?" Kemudian matanya mulai memperhatikan mulut si anak yang setengah terbuka "Akan kau gunakan untuk apa mulutmu ini? Mengeluarkan kutukan atau berkat?" Dengan lembut ia mengelus dada si anak "Akan kuatkah hatimu dan melakukan segalanya dengan tulus? Ataukah dipenuhi kepura-puraan?" Ia kembali mengecup kening si anak dan mengelus kepalanya, "Dunia boleh pegang andil untuk membentuk siapa dirimu nanti" Perempuan itu lalu menggenggam tangan anak itu. Kecil dan lembut. "Tapi ... kamu yang memegang kendali atas dirimu sendiri. Tombol kebahagiaanmu itu ada dalam dirimu dan bukan orang lain. Bijaksanalah, tidak perlu takut dalam bertindak"
Digendongnya anak itu dengan perlahan. Pelukannya erat sehingga ia bisa mendengar detak jantungnya. "bijaksanalah. dunia bisa jadi indah...Jika kau terjatuh masih ada dua orang yang akan tua ini yang selalu siap di sini"
Lalu pintu tertutup. Membiarkan semua doa itu meresap masuk melewati jalan-jalan tak terlihat. Bergelung-gelung di udara dan menembusi batas kulit, daging, dan batas sadar manusia. Bersemayam tanpa kelihatan...





Selamat Tahun Baru
CVB

Tuesday, December 27, 2011

Sebuah Epilog

Tinggal menghitung hari dan tahun 2011 akan tinggal menjadi sejarah. Ibarat sedang membaca buku, kita sekarang berada di akhir chapter yang terakhir, dan berada di awal chapter buku yang baru. Rasa-rasanya seperti sedang berada di puncak gunung dan melihat ke belakang, ke bawah, ke perjalanan yang telah kita lewati. Kadang kita nggak nyangka kita bisa sampai di situ. Kita jadi geleng-geleng kepala ketika mengingat kita tadi baru aja ngeloncatin jurang, menyebrangi sungai, merangkak, jatuh, lalu bangkit lagi. Tahu-tahu kita sudah berada di puncak.
Tentu hampir semua blogger bakal menulis evaluasi tahunan atau resolusi tahun baru, jangankan blogger, anak sekolah hingga pekerja pun rela menyisihkan waktu untuk menuliskan daftar panjang, entah yang disyukuri atau dikutuki, atau harapan-harapan baru. Saya juga termasuk orang-orang yang terdorong untuk melihat kembali chapter-chapter lama yang terlewati di kehidupan saya.
Ini bukan sebuah resolusi atau evaluasi. Ini hanya sebuah epilog dan mungkin sekaligus sebuah prolog untuk chapter yang berikutnya.

Epilog
 
Kami tinggal di sini sudah cukup lama, kira-kira sudah hampir 13 tahun. Dimulai semenjak daun kami masih kecil dan tinggi kami tak lebih dari tembok rumah ini. Sebagai pohon bambu, kami cukup senang bisa tinggal di rumah ini walaupun akar-akar kami lebih banyak dikencingi anjing, tetapi toh kami tumbuh subur sehingga tinggi kami sudah melewati rumah bertingkat dua ini. Ada banyak kisah yang dibawa angin sehingga kami tahu apa yang sedang terjadi di dalam rumah itu. Keluarga ini hanya memiliki seorang putri. Dulu aku ingat ia itu orangnya gempal dan selalu berambut panjang. 4 tahun belakangan ini ia tidak pernah lagi sering kelihatan, kata burung perkutut yang selalu ngapel pagi-pagi mengatakan bahwa si putri itu bersekolah di negeri orang. Di Amerika kalau tidak salah, betul Bumbi?
Iya betul Bim
Ah baiklah. Ngomong-ngomong aku Bimbo, cabang yang paling tinggi dan sudah hampir melewati atap rumah, sedangkan Bumbi temanku itu tepat di bawahku. Dulu panjang kami berdua setara jendela si anak sehingga kami sering melihat gerak-geriknya. Sewaktu anaknya masih di sini, kami biasa suka sebal melihat tindak tanduk si anak. Suka sombong dan tergesa-gesa sehingga kalau tidak salah ada masa-masa di mana ia benar-benar jatuh. Teman-teman satu kelasnya nggak ada yang suka dia. Laki-laki yang sempat dekat dengannya malahan jadian sama sepupunya. Benar-benar kacau, padahal si anak itu penyayang. Terkadang ia berbicara kepada kami, walaupun tentu saja tidak bisa kami jawab begitu saja.
Ya Bim, si anak itu juga manjaa sekali. Apalagi jika sama bapaknya. Masih kekanak-kanakan
Betul Bumbi.
Hanya sekarang ia terlihat lain. Ia bukan lagi cewek gempal yang kita kenal. Kata angin malam bulan Desember tahun lalu, si putri itu turun hampir 12 kg. Bukan hanya penampilannya yang berubah derastis, tapi juga identitasnya sebagai manusia semakin jelas. Ia sudah tidak ragu-ragu lagi. Menurutku, ada pelajaran hidup yang membuatnya menjadi sadar bahwa kekuatannya tidak bisa menguasai waktu dan situasi. Ia sudah lebih banyak berserah. Dulu dia seperti ingin mengendalikan semuanya sehingga tak jarang ia disebut-sebut 'bossy'. Betul kan itu istilahnya Bim?
Yep yep...
Terakhir kami menelihatnya Desember tahun lalu yan Bum?
Yoi Bim, tepat setahun yang lalu.
Ketika itu kami sudah melihat perubahannya. Nampaknya ia lagi jatuh cinta saat itu, terlihat dari wajahnya yang makin berbinar. Kabar yang terakhir kami dengar dari percakapan bapak-ibunya bahwa putrinya itu akan segera wisudah. Sarjana psikologi. Mereka bersiap-siap untuk ke sana menghadiri acara wisudahnya, padahal si ibu itu sakitnya sudah parah sekali. Jarang kami melihat beliau jalan-jalan mengunjungi beranda lagi.
Kalau sekarang, aku pernah mendengar beberapa kali percakapan si anak di telepon jika jendelanya kebetulan terbuka bahwa ia sempat merasa tidak ingin lulus cepat-cepat. Ia menyukai tempat kuliahnya itu. Ia sayang teman-temannya, dan merasa sangat dicintai. Apalagi ketika ia sedang melewati masa-masa sulit di awal tahun ini. Ketika itu, salah satu sahabat terbaiknya mengacuhkan dia, tidak ngomong dengannya hingga berbulan-bulan, dan di saat yang bersamaan jiwanya sedang tercabik antara nggak mau lulus dan harus menyelesaikan studinya. Alasannya karena ia merasa belum siap. Namun, lihat saja sekarang, ia mendapatkan diplomanya dan pernah kulihat ia sedang asyik chatting dengan temannya itu. Ia berhasil bertahan dan belajar dari pengalaman hidup.
Menurutku mimpinya memang ada di sini, apalagi ia berada di rumahnya. Dekat dengan ibunya. Sekarang ibunya sudah bisa tidur malam lagi dan pelan-pelan bisa kudengar suara mereka tertawa-tawa.
Bumbi: Ya menurutku, si anak itu sudah berubah. Bukan lagi anak yang semuanya ingin cepat-cepat selesai. Ia lebih melihat kondisi. Ia tetap menjadi anak yang tidak kenal takut. Walaupun masih sedikit kekanak-kanakan dan manja, kubilang ia termasuk yang bijak. Lebih sering terdengar kata syukur darinya sekarang ini
Bimbo: Setuju Bumbi. Namun, kuharap ia lebih rendah hati lagi daripada sekarang. Sifat arogansinya kadang-kadang masih kelihatan.
Bumbi: Tetapi sudah lebih ia tekan sekarang.

Dan pohon-pohon bambu itu mengayun ke atas dan ke bawah, entah karena angin atau anggukan setuju.






CVB

Saturday, December 24, 2011

Laki-Laki Sederhana

Santo Yosep, source Google
Selama ini sosok sederhana ini hanya kita kenal lewat cerita natal. Ia adalah tunangan Bunda Maria yang kemudian menjadi bapak dari Yesus. Itu saja tidak lebih. Setelah itu ceritanya terkubur di tengah kesibukan kita.
Beliau yang sederhana ini sebenarnya perlu diberikan ruang yang lebih besar, waktu yang lebih khusus, untuk mengenang segala jasanya dan juga meneladani imannya. Bayangkan saja, apa yang ada di pikirannya ketika tahu bahwa tunangannya sudah mengandung sebelum pernikahan. Kandung anaknya pun tidak. Namun, ia tetap menerima Bunda Maria. Menerima Yesus sebagai anaknya. Mendidiknya. Hingga kita mengenal Yesus sebagai anak tukang kayu dari Nazaret.
Untuk hari yang berbahagia ini, sekiranya kita sejenak meluangkan waktu untuk mengucap doa syukur kepada Tuhan dan menghormati Santo Yosep sebagai ayah dari Yesus di dunia. Perwakilan Allah untuk merawat dan membesarkan Tuhan kita. Teladannya yang mengikuti amanat Tuhan juga perlu kita resapi.
Terima kasih Santo Yosep... :)

Nah... untuk kesempatan ini juga, saya ingin memberi ruang khusus untuk makhluk gila yang satu ini...
papo = papa pongoro (gila) hehehe
Saya nggak tahu kenapa laki-laki yang satu ini bisa jadi bapak saya, suami dari ibu saya. Saya juga nggak ngerti kok bisanya ibu saya mau dengan laki-laki ini. Padahal wujudnya dulu benar-benar menyedihkan  (hahaha peace papo)



yah bapak saya itu yang di gondrong di sebelah kanan


 Tapi oh tapi... tanpa kontribusi kegilaan, kreativitas, optimisme, kesabaran, dan kecerdasan, saya dan mama nggak mungkin bertahan seperti sekarang. Seperti yang mungkin sudah yang Anda-anda ketahui, ibu saya mengidap penyakit kronik selama 19 tahun sekarang.
Bapak saya ini hanya beranak 1, perempuan pula. Istrinya kena penyakit baru setelah 4 tahun mereka menikah. Namun, sampai sekarang, ayah paling ganteng (sekarang) ini rela nggak tidur untuk mijetin ibu saya ketika saya lagi bersekolah di negeri orang. Ayah yang gantengnya gila-gilaan (sekarang) ini selalu menghibur mama kalau lagi sakit. Ayah yang emang paling ganteng (sekarang) ini selalu menjadi penyejuk di tengah keluarga mungil kami...



Ia bukan saja hanya sebagai ayah tapi my Best Friend Forever. Kita bisa obrolin hal apa saja dari perang Mahabharata, Legenda Thio Samhong, Gereja Katolik, politik demokrasi, Soe Hok Gie, musik keroncong, dangdut, hantu-hantu, dewa Zeus, si A, si B, hipnosis, mantra, Harry Potter, intinya dia itu enslikopedi pribadi saya. Enslikopedi paling canggih yang juga mempunyai fungsi sebagai motivator terbaik. Sepertinya dari berjuta2 sel di dalam tubuhnya, sebagian besar didominasi oleh sel Positiv. Bapak saya ini saya nobatkan sebagai Bapak Optimis sedunia. Semua yang negatif bisa ia rubah menjadi positif. Kata-katanya, cara pandangnya, pemikirannya semuanya mengandung semangat optimis. Kadang saya sampai geleng-geleng. Soalnya saya punya juga contoh hidup yang hampir seluruh selnya didominasi sel Negatif (ibu saya). hahahaha Jadilah saya kadang terkekeh-kekeh mendengar percakapan mereka berdua. Langsung bagaikan dapat kuliah geratis seumur hidup. Langsung bisa lihat dua perspektif sekaligus.
Orang boleh berpendapat bapak saya ini orangnya kalem (ehm ehm...eng... beneran?) Memang, pembawaannya bener-bener tenang. Nyamuk pun nggak tahu kalau dia udah mati waktu ditepok sama ayahanda ini. Hanya saja, dia nggak kalem-kalem banget kok... makanya anaknya juga sedikit hyper kadang hehe...
His positive force gives me strength to fly high even though at the same time we are surrounded by negative forces. His deep voice calms my stormy day. His craziness keeps my sanity. His love opens my eyes and heart to see the world, the universe. His kindness is beyond the words... Papo nomor 1 di dunia.
Johannes Budhi, yang dari dulu hingga sekarang tetap menjadi papa paling ganteng....

Laki-laki sederhana ini hanya perlu sepiring gado-gado dan setusuk sate untuk membuat hari dan perutnya senang. Laki-laki sederhana ini hanya perlu tinju untuk menghiburnya. Laki-laki sederhana ini hanya perlu meditasi untuk membasuh jiwanya...


Dan aku dengan senang hati memberikan ruang untuknya di postingan ini. Begitu juga untuk Santo Yosep.
I am a Daddy's girl... period






CVB

Thursday, December 22, 2011

Air Terjun Vs Air Mancur

google
Kata ibuku sendiri kasih ibu kepada anaknya itu bagaikan Air Terjun. Mengalir turun begitu saja. Deras. Tidak perlu kekuatan apa-apa. Seakan-akan kita, anak-anak, mempunyai daya gravitasi yang tinggi. Mau menangis tengah malam selama 40 hari, ia tetap bangun dan menemani sambil menggendong. Mungkin satu-dua kali ingin tertidur, tetapi terbangun lagi karena anaknya ngambek. Atau jika si anak malas latihan piano, ia akan menemani walaupun hanya diterangi cahaya lilin. Ia biarkan urusan lain. Anaknya dulu. Atau, jika hari pertama sekolah, anaknya menangis meminta mamanya temani, alhasil si mama duduk di bawah pohon dekat kelas si anak dan mengerjakan pekerjaannya.

google
Sedangkan menurutku kasih anak kepada ibunya itu bagaikan Air Mancur. Membutuhkan tenaga yang lebih besar. Listrik yang lebih besar, dan segala rumusan fisika. Butuh kerja extra keras. Butuh pembuktian yang seharusnya tidak perlu. Itulah anak. Egois. Jiwa muda yang labil. Penuh dengan pencarian jati diri hingga melupakan arti ibu sendiri.
Air di sekelilingnya membuatnya merasa nyaman, dia sekali-kali muncul jika ada colokan listrik.
Kehadiran ibu itu ada ketika kita semua sadar bahwa Air terjun itu mengalir keras. Sedangkan Air mancur itu hanya kadang saja meluap tinggi namun kadang tidak.
 ibu...
sebuah profesi termulia
Note: a dedication to my mambo




CVB

Tuesday, December 13, 2011

Apa ini?


Ada banyak yang ingin saya bagi. namun, kata-kata itu seperti terhambat. Tersumbat. Kata-kata itu seperti mengambang di got. Ada di sana, hanya tidak bisa terangkaikan dengan baik.
Apa ini???
ya, saya sadar bahwa ada banyak hal yang ingin saya lakukan, namun lagi-lagi terhambat, termasuk menulis. Siapa tahu, itu bukan terhambat namun diarahkan ke arah yang lebih benar. Saya tidak sepenuhnya bisa yakin.

Sama seperti hidup saya. Masa depan saya. Tidak bisa sepenuhnya yakin mau ke mana. Mau melangkahkan kaki yang kanan atau kiri? Mau naik gunung dulu, atau menyelam di laut. Tujuannya ada di sana, hanya terasa terlalu banyak 'gangguan' yang lain.
Apa ini??
Aku merasa tidak begitu terilhami lagi. Inspirasi dalam teoriku hanya datang ketika aku terbebat oleh kemelut. Ini bukan kemelut, namun ini realita yang tidak bisa terjelaskan. Terlalu menghimpit. Akhirnya hanya bisa terendap dan efeknya membuat dinding hati bertalu-talu ingin bergerak-gerak. Lari jika bisa.
Boleh lari. Asalkan ke arah yang tepat. Lari untuk secepatnya menyelesaikan perkara ini. Bukan lari menghindari. Lari. Bergerak cepat untuk semuanya selesai. Bergerak. Cepat.

taken from tumblr.com
CVB

Friday, December 9, 2011

2820 Menit Dalam "Hening"

Bulan Desember diawali dengan perasaan yang tak keruan. Hari pertama di bulan Desember, suasana hati saya jatuh sejatuh-jatuhnya. Seperti ingin berontak. Yang lucunya akhirnya membawa saya kepada keinginan untuk diam. Mengatupkan bibir dan membiarkan pikiran saya melantur dalam keheningan. Ya, saya hanya ingin diam. Sendirian. Biarkan pikiran saya ditranslasi ke dalam tulisan dalam diam. Tidak terganggu. Untungnya, tanggal 2,3,dan 4 itu saya sudah dijadwalkan untuk mengikuti ret-ret Adorasi yang kerjanya hanya... hening, makan, tidur, hening.

Peringatan: Postingan kali ini berisi banyak istilah-istilah dan intisari mengenai Katolik. Tidak ada maksud untuk mempengaruhi, ini hanya murni kebutuhan untuk melengkapi postingan in
Korelasi antara keinginan-saya-untuk-hening dan Adorasi yang memang intinya tentang KEHENINGAN ini murni sebuah 'kebetulan.' Tidak ada rencana saya untuk sedih dulu, atau pengen mengasingkan diri baru mengikuti ret-ret ini. Saya ikut ret-ret ini karena memang ada ketertarikan kepada yang namanya Adorasi. Ketertarikan ini muncul semenjak saya rutin mengikuti Salve di Minneapolis dulu. Oke... Oke... ada baiknya saya menjelaskan istilah-istilah yang belum tentu orang Katolik sendiri kenal. (heheheh) Kadang malah saya dulu masih tertukar pengertian antara Salve dan Adorasi.
Baiklah untuk mengawali kesemuanya ini, saya sebutkan dulu apa yang Pastor pembimbing ret-ret katakan - Pastor Willem.
Devosi Ekaristis adalah sebuah penghormatan terunggul, karena merupakan penghormatan kepada Yesus sendiri. Ekaristis adalah kehadiran Allah secara nyata. 
Begitu kata Pastor Willem Daia, pimpinan Seminari Menengah Santo Petrus Claver Makassar. Perlu diketahui terlebih dahulu, istilah devosi bagi umat Katolik adalah penghormatan secara khusus kepada Santo-Santa, Bunda Maria, atau Yesus sendiri. Adalah lazim bagi orang Katolik juga meminta bantuan doa kepada Santo-Santa serta Bunda Maria. Nah, karena ini merupakan devosi Ekaristis, yang tertuju langsung kepada Yesus sendirilah maka afdol jika dikatakan bahwa ini adalah devosi terunggul.
Tidak perlu muluk-muluk dalam melakukan devosi ini. Tidak ada jam khusus untuk berdoa atau jangka waktu tertentu. Hanya ada 1 peraturan - H.E.N.I.N.G. Kami percaya bahwa dengan keheningan ini, kami bisa merasakan secara spiritual kehadiran Yang Maha Kudus, Yesus itu sendiri. Ada 3 bentuk dari devosi ekaristis ini: Visitase, Salve, dan Adorasi.

Visitase:
Diambil dari bahasa Latin yang berarti kunjungan. Dan seperti artinya, kita melakukan kunjungan barang 10 atau 15 menit di depan tabernakel*. Visitase bersifat pribadi. Kita secara bebas boleh melakukannya kapan saja. Paling pas dilakukan ketika sedang tidak tahu sebab dari beban yang sedang dirasakan. Keheningan sangat efektif dalam membiarkan alam bawa sadar kita bereaksi. Ada bentuk-bentuk doa yang disarankan dalam melakukan visitase.
1. Hening
2. Curhat
3. Doa yang sudah kita hafal; Bapa Kami atau Salam Maria

Salve:
Kata Salve sebenarnya dikutip dari Salve Regina, Salam ya Maria. Dulunya digunakan untuk menghormati Bunda Maria. Namun, pada akhirnya dijadikan ibadat terpimpin untuk menghormati Sakramen Maha Kudus. Ada 4 unsur dari Salve ini.
1. Pengambilan
2. Puji-pujian
3. Penghormatan
4. Penyimpanan.
ada dua hal yang tidak bisa tidak dilakukan dalam Salve ini. Yaitu pujian kepada Maria dan Sakramen Mahakudus. Biasanya Gereja Katolik menetapkan untuk merayakan Salve di Jumat pertama tiap bulannya.

Adorasi:
Adorasi dilakukan secara bersama-sama namun tetap kita ber'cakap-cakap' dengan Tuhan secara pribadi dengan durasi yang lebih panjang. Inti dari Adorasi adalah Hening.

Inti dari devosi Ekaristis ini adalah 'bercakap-cakap' dengan Tuhan. Lalu, apa bedanya dengan doa?
Pastor Willem menjawab dengan tenang cocok dengan pembawaannya yang kalem.
Di dalam doa: kehadiran Tuhan secara spiritual dalam iman
Dalam Devosi Ekaristis atau Ekrasiti: kehadiran Monstran* atau Tubuh dan Darah Kristus adalah bentuk kehadiran Tuhan secara nyata.Jadi pada intinya, kita dan Tuhan 'ada' bersama-sama di dalam ruangan. 

Sebaiknya saya sudahi sampai di sini, jika saya menuturkan lebih panjang, akan banyak pertanyaan yang ditanyakan kepada saya, bahkan mungkin tudingan. Toh, maksud saya membuat postingan ini bukan mengenai Adorasi, namun mengenai H.E.N.I.N.G itu sendiri. Hanya, jika kalian ada pertanyaan seputar Adorasi dan Ke-Katolikan, bisa langsung bertanya melalui email atau jika dibutuhkan saya bisa membuat satu postingan khusus mengenai itu. Namun, diingat lagi, saya membuat blog ini bukan untuk mempromosikan Katolik. Katolik hanya bagian dari identitas saya.

Baiklah, kembali ke pokok permasalahan. H.E.N.I.N.G. Itulah yang saya butuhkan beberapa hari lalu. Dengan huruf kapital. Besar-besar. Tidak tanggung-tanggung. Rasanya sudah capek mental dan raga ini. Terlalu bising. Hingga rasa-rasanya ingin mengasingkan diri dan hanya merenung. Memberi waktu kepada diri sendiri. Ini juga yang membawa saya kepada pemikiran, apakah saya ini lemah? Bisa saja. Karena memang dikatakan (dan didoktrinasikan) bahwa "Manusia itu lemah."

Di saat-saat ret-ret itu saya mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya untuk diam. Biarkan pikiran saya berjalan-jalan semaunya dia. Memeriksa sudut-sudut hati. Bertanya-tanya "Mau kamu apa?" Di dalam hening itu, jawaban ada. Secara teori iman, Tuhan yang menjawab. Ada benarnya, walaupun secara biologis maupun psikis saya juga mempunyai argumen. Hanya, ya... sebagai orang Katolik, saya percaya 'Segala sesuatunya'   berasal dari yang Maha Kuasa. Bahkan sistem biologis dan psikis manusia. Sistem yang dirancang oleh Yang Maha Kuasa.

Kalaupun saya belum mau menuliskan apa pertanyaan saya dan apa jawaban yang saya dapatkan, ini hanya permasalahan waktu. Jika saya sudah yakin seyakin-yakinnya, maka akan lugas saya paparkan. Paling penting untuk diingat, bahwa ini menyangkut keinginan terdalam.

Satu lagi yang membuat saya menikmati ret-ret ini. Saya diberi kesempatan untuk berdoa. Mendoakan segala intensi dan juga orang lain. Luar biasa rasanya. Sepertinya memang hari-hari kita tidak meluangkan waktu yang cukup untuk berdoa. Situasi hening sangat membantu.

Nah... proses penyembuhan saya nggak hanya selesai dengan masalah hening tadi. Pulang walaupun dengan keadaan sedikit ter-charge, saya kembali 'lumpuh' ketika di rumah. Hati saya tidak pernah tenang. Puncaknya, 2 hari yang lalu. Bangun pagi, hati saya terasa lelah. Air mata saya tiba-tiba jatuh. Ya tiba-tiba. Tiap kali saya mengingat 'sesuatu', air mata itu kontan ada di pelupuk mata. Heran sungguh heran.
Kali ini, bukan hening lagi terapinya, tapi N.G.O.M.O.N.G. Dengan huruf Kapital. Besar-besar. Syukurnya di dalam skenario kehidupan saya, saya dipertemukan dengan orang-orang baik. Tidak peduli perbedaan umur, waktu, dan tempat... mereka ada. :)

Sehabis bicara dengan sedikit air mata keluar, saya merasa betul-betul aman. Hati saya enteng.

hahaha...



dan sekarang... hati saya menikmati 'hening'. Bebas dari amukan emosi. Walaupun masih ada 'energi-energi negaitf' di sekitar...Hati saya diam. Acuh. 
*Tabernakel: tempat untuk menaruh/menyimpan tubuh dan darah Kristus
*Monstran: tempat khusus untuk menaruh tubuh Kristus yang biasanya dipakai untuk pentaktahan

CVB