Friday, December 9, 2011

2820 Menit Dalam "Hening"

Bulan Desember diawali dengan perasaan yang tak keruan. Hari pertama di bulan Desember, suasana hati saya jatuh sejatuh-jatuhnya. Seperti ingin berontak. Yang lucunya akhirnya membawa saya kepada keinginan untuk diam. Mengatupkan bibir dan membiarkan pikiran saya melantur dalam keheningan. Ya, saya hanya ingin diam. Sendirian. Biarkan pikiran saya ditranslasi ke dalam tulisan dalam diam. Tidak terganggu. Untungnya, tanggal 2,3,dan 4 itu saya sudah dijadwalkan untuk mengikuti ret-ret Adorasi yang kerjanya hanya... hening, makan, tidur, hening.

Peringatan: Postingan kali ini berisi banyak istilah-istilah dan intisari mengenai Katolik. Tidak ada maksud untuk mempengaruhi, ini hanya murni kebutuhan untuk melengkapi postingan in
Korelasi antara keinginan-saya-untuk-hening dan Adorasi yang memang intinya tentang KEHENINGAN ini murni sebuah 'kebetulan.' Tidak ada rencana saya untuk sedih dulu, atau pengen mengasingkan diri baru mengikuti ret-ret ini. Saya ikut ret-ret ini karena memang ada ketertarikan kepada yang namanya Adorasi. Ketertarikan ini muncul semenjak saya rutin mengikuti Salve di Minneapolis dulu. Oke... Oke... ada baiknya saya menjelaskan istilah-istilah yang belum tentu orang Katolik sendiri kenal. (heheheh) Kadang malah saya dulu masih tertukar pengertian antara Salve dan Adorasi.
Baiklah untuk mengawali kesemuanya ini, saya sebutkan dulu apa yang Pastor pembimbing ret-ret katakan - Pastor Willem.
Devosi Ekaristis adalah sebuah penghormatan terunggul, karena merupakan penghormatan kepada Yesus sendiri. Ekaristis adalah kehadiran Allah secara nyata. 
Begitu kata Pastor Willem Daia, pimpinan Seminari Menengah Santo Petrus Claver Makassar. Perlu diketahui terlebih dahulu, istilah devosi bagi umat Katolik adalah penghormatan secara khusus kepada Santo-Santa, Bunda Maria, atau Yesus sendiri. Adalah lazim bagi orang Katolik juga meminta bantuan doa kepada Santo-Santa serta Bunda Maria. Nah, karena ini merupakan devosi Ekaristis, yang tertuju langsung kepada Yesus sendirilah maka afdol jika dikatakan bahwa ini adalah devosi terunggul.
Tidak perlu muluk-muluk dalam melakukan devosi ini. Tidak ada jam khusus untuk berdoa atau jangka waktu tertentu. Hanya ada 1 peraturan - H.E.N.I.N.G. Kami percaya bahwa dengan keheningan ini, kami bisa merasakan secara spiritual kehadiran Yang Maha Kudus, Yesus itu sendiri. Ada 3 bentuk dari devosi ekaristis ini: Visitase, Salve, dan Adorasi.

Visitase:
Diambil dari bahasa Latin yang berarti kunjungan. Dan seperti artinya, kita melakukan kunjungan barang 10 atau 15 menit di depan tabernakel*. Visitase bersifat pribadi. Kita secara bebas boleh melakukannya kapan saja. Paling pas dilakukan ketika sedang tidak tahu sebab dari beban yang sedang dirasakan. Keheningan sangat efektif dalam membiarkan alam bawa sadar kita bereaksi. Ada bentuk-bentuk doa yang disarankan dalam melakukan visitase.
1. Hening
2. Curhat
3. Doa yang sudah kita hafal; Bapa Kami atau Salam Maria

Salve:
Kata Salve sebenarnya dikutip dari Salve Regina, Salam ya Maria. Dulunya digunakan untuk menghormati Bunda Maria. Namun, pada akhirnya dijadikan ibadat terpimpin untuk menghormati Sakramen Maha Kudus. Ada 4 unsur dari Salve ini.
1. Pengambilan
2. Puji-pujian
3. Penghormatan
4. Penyimpanan.
ada dua hal yang tidak bisa tidak dilakukan dalam Salve ini. Yaitu pujian kepada Maria dan Sakramen Mahakudus. Biasanya Gereja Katolik menetapkan untuk merayakan Salve di Jumat pertama tiap bulannya.

Adorasi:
Adorasi dilakukan secara bersama-sama namun tetap kita ber'cakap-cakap' dengan Tuhan secara pribadi dengan durasi yang lebih panjang. Inti dari Adorasi adalah Hening.

Inti dari devosi Ekaristis ini adalah 'bercakap-cakap' dengan Tuhan. Lalu, apa bedanya dengan doa?
Pastor Willem menjawab dengan tenang cocok dengan pembawaannya yang kalem.
Di dalam doa: kehadiran Tuhan secara spiritual dalam iman
Dalam Devosi Ekaristis atau Ekrasiti: kehadiran Monstran* atau Tubuh dan Darah Kristus adalah bentuk kehadiran Tuhan secara nyata.Jadi pada intinya, kita dan Tuhan 'ada' bersama-sama di dalam ruangan. 

Sebaiknya saya sudahi sampai di sini, jika saya menuturkan lebih panjang, akan banyak pertanyaan yang ditanyakan kepada saya, bahkan mungkin tudingan. Toh, maksud saya membuat postingan ini bukan mengenai Adorasi, namun mengenai H.E.N.I.N.G itu sendiri. Hanya, jika kalian ada pertanyaan seputar Adorasi dan Ke-Katolikan, bisa langsung bertanya melalui email atau jika dibutuhkan saya bisa membuat satu postingan khusus mengenai itu. Namun, diingat lagi, saya membuat blog ini bukan untuk mempromosikan Katolik. Katolik hanya bagian dari identitas saya.

Baiklah, kembali ke pokok permasalahan. H.E.N.I.N.G. Itulah yang saya butuhkan beberapa hari lalu. Dengan huruf kapital. Besar-besar. Tidak tanggung-tanggung. Rasanya sudah capek mental dan raga ini. Terlalu bising. Hingga rasa-rasanya ingin mengasingkan diri dan hanya merenung. Memberi waktu kepada diri sendiri. Ini juga yang membawa saya kepada pemikiran, apakah saya ini lemah? Bisa saja. Karena memang dikatakan (dan didoktrinasikan) bahwa "Manusia itu lemah."

Di saat-saat ret-ret itu saya mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya untuk diam. Biarkan pikiran saya berjalan-jalan semaunya dia. Memeriksa sudut-sudut hati. Bertanya-tanya "Mau kamu apa?" Di dalam hening itu, jawaban ada. Secara teori iman, Tuhan yang menjawab. Ada benarnya, walaupun secara biologis maupun psikis saya juga mempunyai argumen. Hanya, ya... sebagai orang Katolik, saya percaya 'Segala sesuatunya'   berasal dari yang Maha Kuasa. Bahkan sistem biologis dan psikis manusia. Sistem yang dirancang oleh Yang Maha Kuasa.

Kalaupun saya belum mau menuliskan apa pertanyaan saya dan apa jawaban yang saya dapatkan, ini hanya permasalahan waktu. Jika saya sudah yakin seyakin-yakinnya, maka akan lugas saya paparkan. Paling penting untuk diingat, bahwa ini menyangkut keinginan terdalam.

Satu lagi yang membuat saya menikmati ret-ret ini. Saya diberi kesempatan untuk berdoa. Mendoakan segala intensi dan juga orang lain. Luar biasa rasanya. Sepertinya memang hari-hari kita tidak meluangkan waktu yang cukup untuk berdoa. Situasi hening sangat membantu.

Nah... proses penyembuhan saya nggak hanya selesai dengan masalah hening tadi. Pulang walaupun dengan keadaan sedikit ter-charge, saya kembali 'lumpuh' ketika di rumah. Hati saya tidak pernah tenang. Puncaknya, 2 hari yang lalu. Bangun pagi, hati saya terasa lelah. Air mata saya tiba-tiba jatuh. Ya tiba-tiba. Tiap kali saya mengingat 'sesuatu', air mata itu kontan ada di pelupuk mata. Heran sungguh heran.
Kali ini, bukan hening lagi terapinya, tapi N.G.O.M.O.N.G. Dengan huruf Kapital. Besar-besar. Syukurnya di dalam skenario kehidupan saya, saya dipertemukan dengan orang-orang baik. Tidak peduli perbedaan umur, waktu, dan tempat... mereka ada. :)

Sehabis bicara dengan sedikit air mata keluar, saya merasa betul-betul aman. Hati saya enteng.

hahaha...



dan sekarang... hati saya menikmati 'hening'. Bebas dari amukan emosi. Walaupun masih ada 'energi-energi negaitf' di sekitar...Hati saya diam. Acuh. 
*Tabernakel: tempat untuk menaruh/menyimpan tubuh dan darah Kristus
*Monstran: tempat khusus untuk menaruh tubuh Kristus yang biasanya dipakai untuk pentaktahan

CVB

No comments:

Post a Comment