Tuesday, November 29, 2011

Ambon Manise (Timur)


Ingat-ingat dulu ketika sedang di Amerika, minggu terakhir di bulan November adalah pekan perayaan "Thanksgiving." Semua orang bersorak. Pertama, perayaan Thanksgiving itu berarti besar untuk warga di sana. Hari raya itu selalu jatuh pada hari Kamis di minggu terakhir bulan November. Mereka akan berkumpul bersama keluarga dan mengucap syukur atas setahun itu. Kedua, perayaan Thanksgiving berarti feast atau makan besar. Turkey, stuffing, mash potatoes, salad, and big portion of pumpkin pie are a must!! hahahah. Ketiga, Thanksgiving berarti Big SALE. Di hari Jumatnya seluruh toko-toko di Amerika akan memberikan SALE besar-besaran. Hari jumat keramat itu dimulai dari tengah malam hingga hari Minggu itu. Hari itu sendiri dinamakan Black Friday. Keempat, perayaan Thankgiving boleh dikata liburan weekend panjang. baik anak sekolah maupun orang kantoran super happy ketika Thanksgiving datang mendekat.
Saya boleh tidak tinggal lagi di Amerika,  but I can still celebrate thanksgiving with my own way... hehehehhe...

Perhaps, this is not a "thanksgiving" weekend. However, the plan to go out of city was planned on 25th-28th of November, so it is so called thanksgiving getaway. And my Thanksgiving getaway destination is Amboina!! And I am thankful of that... :) 

Ambon from the sky
Beta ada mengunjungi Ambon, ibu kota kepulauan Maluku.
Beta dipanggil.
Ya dengan sedikit sisa darah Maluku dari pihak ibuku, saya boleh dibilang anak Maluku.
Ayah-ibu ibuku berasal dari pulau kecil di Maluku sana bernama Dobo. Kata "beta" (saya), "tarada" (tidak ada), akrab di telinga.
Ayahku yang bukan berdarah Maluku fasih berdialek Maluku. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Ternate. Jadilah saya mengerti dan berbicara bahasa Ambon.
Singkat cerita, Ambon itu seperti dekat. Walaupun tidak ada hubungan secara langsung.
Suara hati memanggil tuk kembali 
Kembali bersama-sama denganmu 
Senyum manismuSurga di bumi 
Membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly
  Kira-kira lebih dari 10 tahun lalu, saya pernah mengunjungi Ambon. Diboyong oleh karyawan ibuku yang memang sudah kami anggap keluarga sendiri. Kali ini, ia juga yang men'culik' saya hehehe.
Kami tiba sore. Mungkin karena sudah lebih dewasa, saya jadi lebih menikmati. Perjalanan dari airport saja sudah merupakan pengalaman sendiri. Lihat kanan ada laut, lihat kiri ada gunung. Jalanan naik turun dengan memberikan view yang luar biasaaa.... Belum lagi kami berhimpit-himpitan di Hot Red Hartop.
Mereka itu semua famili dari karyawan yang saya sebut-sebut tadi. Well, sebenarnya lebih tepat jika beliau disebut-sebut sebagai inang pengasuh saya hahaha... (nanny). She has been working with us for 21 years now.

Lanjut.
Malamnya, saya dan inang saya itu diajak makan malam di salah satu rumah kawannya Kawan si inang. Rumahnya Buaguuuuus. Ternyata di salah satu bukit kota Ambon ada juga kawasan rumah elit nan modern. Menunya pun tak kalah sedap daripada Turkey.
Kobe Steak, Tuna Sashimi, Grilled Tuna, Fruit Salad, and Udang Mayonaise... hehehehe maaf ya jika membuat kalian ngiler...
Maka dari itu demi meringankan beban Anda-anda sekalian, saya tidak mengikut-sertakan gambar-gambar makanan tersebut. Toh gambar-gambarnya bisa jadi tidak membuat Anda bereselera, bahkan lebih mungkin jika gambar dalam pikiran Anda lebih sedap ketimbang gambar yang saya ambil. Sebab gambar yang saya ambil itu pada saat saya tengah makan, jadi sudah kurang appealing.


Anyway, Malam pertama kami di kota Ambon, hanya diisi oleh makan malam extravagant itu. GRATIS pula! hehe

Muria, ular kali, waii Ambon
Nah di hari berikutnyalah baru petualangan dimulai! Perjalanan kami mengarah ke Utara kota Ambon. Tempat perhentian kami yang pertama adalah daerah yang bernama Waii. Sebuah kawasan pertemuan muara Sungai dan Laut. Makhluk yang kami kunjungi adalah Muria atau ular kali.
Ular kali ini jinak dan lebih menariknya lagi mereka itu 'dengar-dengaran' sama si Om.

Si om hanya masuk ke air dan mendekati si muria yang daritadi diam saja tak bergeming. Lalu tiba-tiba si muria bergerak mendekati si om, seakan-akan si om itu "bapak"nya.
Si muria ini hobi makan telur. Jadinya si om tadi sekalian membawa telur untuk memberi makan dia.

Di Waii ini airnya bersih sekali. Jadinya ada bagian dari muara pertemuan antara air laut dan tawar ini dijadikan tempat mencuci baju oleh warga setempat. Dan banyak muria yang berseliweran di situ. Baik warga manusia dan warga muria saling hidup berdampingan haha.

Di titik ini pula bisa ditemukan kehidupan bertenggang rasa antar ikan penghuni air tawar (ikan mas) dan air laut (ikan titang). Jadi, seharusnya orang Ambon atau orang-orang luar mencontohi ikan-ikan ini.
Biar asal boleh berbeda tapi Waii jadi tempat hunian bersama, biar agama boleh berbeda tapi Ambon jadi tempat hunian bersama...
ikan yang lebih kecil ikan titang (air laut), ikan yang lebih besar ikan mas (air tawar), dan yang paling panjang si muria
Berikutnya, tidak afdol kalau ke Ambon tanpa mengunjungi pantainya. Jadi, kami terus ke utara menuju pantai Liang.

Deburan ombak dan butiran pasir putih
Bagaikan mutiara yang menari-nari
Senyum manismu 
Surga di bumi 
Membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly
Pantai Liang, Ambon













Namun sayang sungguh sayang, I got my period on that day!!!















Padahal air jernih bukan main...
However, somehow I manage to "celup-celup" sedikit... hehehe (mind my mixed language here hehe)

Malam itu ditutup dengan memanjakan otot-otot kaki dan tangan di permandian air panas.

Hari itu selesai dengan tidur lelap di hotel Amaris yang juga GRATIS!! Maklum, ada orang penting datang berkunjung hahahaha...

Hari ketiga di sana, saya teler. Tepar. Tak bisa bergerak. Rasa ngantuk luar biasa menyerang di Siang bolong. Sungguh menyebalkan. Tetapi, rencana tidak boleh tertunda. Jadilah saya duduk terlunta-lunta di dalam mobil 'ranger' (pick up tetapi memuat lebih dari 4 orang, semacam mini truck kata orang Amerika). Apalagi medan yang kami tempuh untuk sampai ke teluk tempat berenang itu seperti naik roller coaster. Naik turun, tikungan tajam. Hanya, semuanya terbalaskan. Pemandangannya tidak bisa kita dapatkan di roller coaster manapun. Apalagi kecepatannya bisa kita atur. hahaha...
Dan dalam 40 menit, kami sudah sampai di pantai Huku~~~~ waka-waka. Kita sebut saja dengan waka-waka, karena namanya agak ruwet untuk diingat hahaha...


Tidak ada pasir melainkan pecahan-pecahan karang-karang halus. Airnya jernih luar biasa. Jika kita berenang agak menjauh dari perahu yang tertambat, kita bisa melihat-lihat kehidupan di air laut dengan bebas. Sayang, hari itu saya putuskan untuk tidur. Raga saya tidak kuat. (payah :( )

Sebelum pergi menempuh medan naik turun gunung untuk sampai ke tempat indah itu, kami sebagai warga Gereja Katolik yang baik dan budiman mengunjungi Gereja termegah di Ambon. Katedral. Hari Minggu itu adalah hari pertama memasuki pekan Advent. Kami duduk tepat di barisan belakang bagian dari Koor. Dan OMG!! Orang-orang Ambon pung suara pung baguuuuus laiiii!!!! hahahahah They sounded REALLY GOOD... apalagi om-omnya hahaha... bass dan tenor... gaaaah

Ikuti iramaku
berdendanglah bersamaku
menarilah denganku
aku di sini
engkau di sana
ayo kembali ke timur


Paduan suara tifa dan tarianmu
alunan irama tropikal memanggilku
senyum manismu
surga di bumi
membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly

Timur. Sebuah kawasan yang mungkin asing bagi orang Indonesia sendiri. Semakin ke timur, image orang negeri sendiri adalah orang timur adalah bangsa primitif. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa di pedalaman Irian sana, masih banyak mereka yang tidak memakai baju, makan masih dari berburu, dan tidur di atas pasir. Namun, untukku timur itu Rumah...

Sulawesi Selatan bukan bagian dari timur, tapi kami di sini adalah gerbang pintu timur. Apa-apa yang mau disadurkan ke kawasan Timur harus mampir di perairan kami. Jadilah orang-orang dan segala logatnya ikut masuk ke dalam kehidupan saya. Logat Flores, Ambon, Manado, Irian itu sudah akrab di telinga saya. Tidak heran jika saya bertemu orang dari Timur (Irian, Ambon, Manado) di Amerika, saya sudah merasa ketemu keluarga sendiri. Segala logat saya keluarkan, tidak perlu basa-basi berlogat tanah ibu kota. hahahaha..
Ya timur itu rumah.
Lidah ibu.
Apalagi ibu saya orang Dobo dan ayah saya besar di ternate, perlu ditambahkan jika saya diasuh oleh seorang yang dari Ambon, jadilah bahasa itu sudah seperti bahasa ibu saya sendiri.

Selain itu,Pantai-pantai di Timur itu adalah harta.

Pengalaman ke Ambon ini betul merupakan sebuah perjalanan penuh syukur.
So... that was my 'thanksgiving' getaway... that made me feel so grateful. 


Ambon Maniseee......
PS: penggalan lirik di atas itu karya bung Fredly yang berjudul Timur...


CVB

Wednesday, November 23, 2011

Perasaan Ingin Bermain-main....

Hari ini tepat seminggu saya "kembali ke sekolah." Rasa-rasanya saya di sana sudah tahunan. Sudah mulai beradaptasi. Sudah mulai rindu anak-anak saya ketika akhir pekan. Sudah mulai mengenal gelagat tiap anak. Sudah merasa menyayangi dan disayangi.
Di kelas ada 4 pengajar dan kelas itu dibagi dua - perempuan dan laki-laki. Mereka akan mengawali hari dengan bersama-sama, hanya saat ke WC untuk cuci tangan atau mengerjakan tugas adalah saat di mana laki-laki dan perempuan dibagi dua. SAya kebetulan mendapatkan bagian untuk mengawasi anak laki2. Memang lebih sibuk ke sana ke mari, namun terasa lebih enak. Makin ramai makin meriah.
Ada saat-saat di mana anak-anak saya berlomba ingin saya pangku ketika menonton video. Ada yang bercerita tentang kenapa dia terlambat, tentang ayahnya yang selalu capek ketika malam tiba. Ada yang ingin saya yang temani ketika datang masuk ke kelas. Semuanya itu membuat saya mulai sayang kepada mereka.
Kalian yang membaca postingan ini pasti merasa bahwa hidup saya sudah senang, bahwa keputusan saya untuk pulang itu tepat. Saya dengan entengnya bisa menyetujuinya, tapi lagi-lagi saya masuk ke dalam permainan perasaan. Senang sudah pasti, tapi rasa takut masih terus menghantui. Entah apa. Trauma mungkin. Saya belum berani bilang sepenuhnya kalau keputusan saya tepat. Tapi di saat yang bersamaan, rasa syukur itu benar-benar tidak terucapkan. Dan berbuah rasa tenang... Damai jika saya bisa tambahkan.Bisa saja ini kusebut sebagai awal sebuah yang baik, walaupun tidak menjanjikan absennya "kesusahan" di depan nanti yang tetap membuat saya merasa takut.


Lalu, yang paling membuat saya merasa dipermainkan perasaan adalah perasaan sesak karena rindu yang herannya selalu datang tiba-tiba. Tidak ada aba-aba. Rindu yang tidak menyimpan penjelasan. Tangis yang seperti terprogram setiap kali nama-nama itu singgah di kepala. Nama-nama itu seperti mantra...
Tidak cukup sampai di situ, tiap hari Minggu adalah jadwal saya untuk lebih merasakan rindu ini. Misa di sini berbeda sekali dengan di Minneapolis, sehingga membuat saya merasa seperti berada jauh dari mereka. Apalagi didukung oleh tingkat kekhusyukan yang berbeda. Saya merasa risih menjadi sedikit dari mereka yang masih berlutut ketika sebelum dan sesudah komuni. Saya rindu mendengar deruan bunyi tempat berlutut. Saya rindu menggenggam tangan-tangan hangat ketika mengumandakan doa Bapa Kami. Saya rindu menit-menit itu...



Ujung-ujugnnyaa saya hanya bisa mengetik...
T.erima kasih...

sebuah ungkapan sederhana. Hasil dari kepasrahan dan apresiasi atas apa yang saya terima.
Dan saya tidak menyesal atas keputusan saya ...


CVB

Wednesday, November 16, 2011

Back to School

Hm...
May I say that my decision to go home is right?
There's a hesitation to state it out loud though, to be honest. Based on my past experience, I logically thought that I was in the right place when I was in Seattle. Well... almost everything that I had thought of was happened before. However, things did not work out properly. Perhaps, because I "thought" not "felt"

At present situation, I slightly feel that I am in the right place and at the right time. Firstly, I feel free. Free to pursue my dream. There's a lot of chances are opened. I got my article on the magazine, and I am on my way to earn my own money. My driving lesson is almost finished as well.

Let me give you a short update.
I got one month trial at a National Plus School at my hometown. Originally, I applied for the "Special Needs School." Nevertheless, the owner asked me to try at the 'regular' school, and see if I am capable. Today is my first day back to school. hahaha...
Teaching K2. 4 years old students. It's not a new thing for me to teach children. I have seen worst hahaha. Today was fun, despite some things that I found could have been better, I enjoyed in the class. The fellow teachers were very friendly and welcoming. The children as well. However, is it funny to hear English with a Makassarian dialect? hahaha that's what I felt about a national plus or international school in Indonesia. Well, this will enrich my experience and yes I have plans to earn more money. I have been thinking to really back to school, 2 or 3 years later. About the major, I haven't decided yet. Perhaps, I will go to professional school for psychology or change my major to journalism/communication. hahaha. Still, I love writing.

When I got this offering, I automatically said to myself that I would not stop. Especially, I would not stop writing. I had no reason or explanation of why my brain generated such a sentence when I shook hand with the owner. LOL. A sign, that this will not be my 'last' stop. There are more to come.

I have jotted down what I want to do for the next 4 years. Including earning money, going to South Korea - learning Korean, working while going to school, and getting married hahahaha... Hopefully, the plan is matched with His will.

Anyway... I am getting accustomed to here. That's a good sign, though, it's just been a month. Nothing much that I can tell...

CVB

Saturday, November 12, 2011

UUPDaaaaaaTEEEEEEE

Judulnya harus dipanjang-panjangin karena update yang ingin saya paparkan di sini juga mungkin PUANJAAAANG! Masih mungkin sih hehehe...

Alrighty. it's all about what I have been doing, getting, and experiencing while I am in Indonesia. Noted, it's been a month and a week since I arrived in Makassar - home sweet home... or so called that...
Following the logic, I should be doing fine when I am here in terms of the lifestyle, society, and norms. I should have no problem to interact with those aspects. Nonetheless, how funny! I found almost everything is foreign yet familiar... hmmm... what do I mean by that?
Meaning, I just realize ity bity things that I have never realized when I lived in Indonesia before leaving for the U.S.

The first few weeks I only saw the "Bad(s)" including the traffic jams, garbages, law disoriented, absence of professionalism in MANY Professional firms.
The traffic jam is unavoidable if you are on the street around lunch time and unfortunately that's the time when I would be around on the street. Usually, I went out to buy lunch for my mom. Her appetite is tricky, we need to do our best to support her appetite. Therefore, almost every time, I would be trapped in the traffic jam to fulfill her will... grrrr sucks. Don't ever try to imagine what the traffic jam here in Indonesia looks like. You will be amazed. Motor cycles, big trucks, disfunction traffic light, and crazy people who wants to cut your way all the time are "regulars." They are easy to find in the traffic jam.
It is definitely not a new thing for me at all. I mean, I had lived in this madness for 18 years, but yes, the 4 years in the U.S. made me spoiled.
Keteraturan dan saling respek betul-betul kerasa. Udah ada peraturan nggak tertulis bahwa manusia itu sama derajat dan kita harus saling menghormati.

Writing this doesn't mean that I have no respect to collectivism, there are good things about it too...

Anyway.. I become aware of something else. Something that I have never realized before. Things like:
1. Indonesians are "uncivilized (?)"
2. Toko Kelontongan is JJANG (translated: Mini market is great)

Uncivilized
Hm... It is true that we (Indonesian) still have tribes that perform a primitive lifestyle. It's a very extreme example. Indonesia is a developing country anyway; thus, there are many-many aspects that need to be "fixed" Let me simplify my words in pictures.
If you go to public places in Indonesia, you will find 'signs' or 'announcements' on their walls.
Sorry for inconvenience, It is out of service

Attention, please do not throw toilet paper or sanitary napkins into the toilet. Thank you
These signs are normally displayed in anywhere including the United States.

However... there were signs which blew my mind. I feel like got a lightning attack. 
It is forbidden to dissemble, Dissembling meaning buying. 


 These pictures did not shock me. I have seen this quiet often before. The difference is based on my consciousness. I just consciously realize that most Indonesians are not really "civilized". It is necessary to put up signs like this to let them know what to do and not to do.



Sorry, it's forbidden to bring food and drink from outside
Then, these next couple pictures are those which shock me even more...I found these in Dunkin Donuts outlet.
Attention! please don't put feet on the sofa and table. Thank you

We hope you to be polite and keep the etiquette

!!!!
Hm... perhaps I should not make a comparison. I theorized that in the States, there will be no sign like those because it is NORMAL to see people put their feet on the sofa while sitting at the cafe. In other words, they don't really care. Here in Indonesia, there is a certain degree of norms that we need to obey. The culture is already different, so there is no use to compare. Nevertheless, I still find this 'unique' hahaha.

Funnier...
I found this sign yesterday. I just conclude that Indonesian love signs. They communicate with signs!! hahaha. Actually I don't have a good solid explanation. Ideas about it still floating in my mind.
It is forbidden to throw away garbage, strangers - this is for private use
Capturing these pictures motivate me to do some more "research" about Indonesian behavior. hahahaha There is something unique, odd, a little bit unusual about this kind of behavior. ah I feel so much like a social scientist. LOL...
I will not make a deeper explanation in this post. I don't want to be too serious in this post hehehe...

Next...
Traditional Minimarket is great!!!
It is still accessible to find a small house with a small shop in the front part of their house. We call it "Toko Kelontong" They sell almost anything. From diapers to chili peppers. From local product to imported products. Nowadays, I enjoy buy things from these kind of shops...
It was used to be a small toko kelontongan, but now you can tell that this is a mini market
a Traditional Toko Kelontong. Manually calculate and the hand written bill
 Yes, I admit that I was too arrogant. I was annoyed when the service was not good and complained about it all the time. Well, now, I am enjoying almost everything about Indonesia, my home land. I have seen it in three different ways. Firstly, I was so accustomed, so I did not really care. Then, I already knew "a better" way, so I was disappointed. Now, I enjoy it even more. I found little things are interesting and laugh at their "stupidity" hahaha. Believe me, people here can do things that are unbelievebly ridiculous.
Moreover, how come I am not enjoy my living here. I live closed with my beloved family and friends... :)
my papo, mambo, and indok (a nickname that I give to my nanny - on the right :P)
my mambo enjoy "sion", her 4th generation ipod
dinner at the bedroom :P

Lastly, finally!! I can have a meal under $4!!!!! hahahaha
avocado, coconut

we call it "es putar": jackfruit, avocado, cocoa powder, crushed peanuts, and many good things

Mie BAKSO!! (Meatballs)

Ayam Goreng Sulawesi

Es Teler!! (drunken Ice) hahahaah



Ah... it is good to be home :)
CVB


Sunday, November 6, 2011

"Kalau Jodoh Pasti Ketemu Lagi"


Omongan "kalau jodoh bakal ketemu lagi" itu bukan bualan sama sekali.
Pasalnya, malam minggu kemarin, saya ketemu dengan dua orang sahabat dari SMP. Hitung-hitung kami sudah bersahabat selama hampir  10 tahun. Memang, dalam kurun waktu tersebut ada saat-saat di mana komunikasi kami tidak begitu lancar. Tapi kevakuman itu diisi oleh pengalaman dengan orang-orang lain yang uniknya membawa kami ke satu titik temu. Kami mengalami hal yang sama dengan proses yang berbeda-beda. Untuk itu, ketika kami dipertemukan setelah 1 setengah tahun, tidak ada 'gap' sama sekali. Yang ada malah makin klop. Saling mengiyakan dan menyetujui pendapat dan perspektif masing-masing. Di situ menjadi titik 'start' untuk jenjang berikutnya.
Kisah kami dimulai dari SMP. Kami bertiga tidak sekelas ketika kelas satu SMP. Namun, kami kenal satu sama lain. Kelas sahabat saya yang laki-laki itu adalah kelas tetangga, jadi dari situ kami kenalan karena saya sering melewati kelasnya jika ingin ke kelas saya. Sedangkan sahabat saya yang wanita itu sekelas dengan kedua sepupu saya. Jadinya, saya sering bertemu dengannya ketika mengunjungi sepupu saya. Ketika kelas dua, saya dan sahabat wanita sekelas. Saya bahkan lupa kelas mana sahabat laki-laki saya.
Kelas tiga SMP, kami akhirnya sekelas. Di situ kami makin akrab.
Masuk SMA, kami melanjutkan ke SMA yang sama dan kami bertiga sekelas lagi. Di situ juga kami duduk berdekatan, jadilah kami membentuk "kelompok belajar." Bukan kelompok belajar yang keren itu yang belajar bersama-sama. Maksud saya dengan "kelompok belajar" ala kami adalah jika ada praktikum, kami akan melakukannya bersama-sama. Jika ada tugas membuat drama, kami akan secara naluriah membentuk kelompok, dan juga tugas-tugas kelompok yang lain. Kelas dua, sayangnya kami harus berpisah dengan sahabat laki-laki kami. Tapi, nasib membawa saya tetap bersama sahabat wanita. Dan akhirnya kelas tiga, kami bareng-bareng lagi. Nah, pertemanan kami dengan sahabat laki-laki sama sekali tidak putus. Si sahabat laki-laki pindah berserta keluarganya ke Bali. Namun, tiap kali ibunya pulang ke Makassar, saya diberi oleh-oleh. Kacang Rahayu, keripik kulit babi, bahkan diary. Singkat cerita, kami masih berhubungan.
Kami akhrinya dipertemukan kembali ketika kami lulus SMA. Si sahabat laki-laki akan berkuliah di Makassar, Unhas jurusan kedokteran. Sebelum keberangkatan saya ke Amerika, kami bertiga dan sahabat-sahabat lain berkumpul. Lalu, tiap kali saya pulang libur, kami pasti menyempatkan diri untuk bertemu. Begitulah hingga hanya kami bertiga berkumpul lagi semalam.
Taken in 2004 hahaha
Saya merasa senang bahwa kami nyambung padahal sudah tidak berhubungan selama setahun lebih. Ternyata, begitu kami ketemu, ada 'angin' yang sama. Situasi tidak berubah. Si Bayu (sahabat laki2 saya) masih tetap saja cerewet dan penuh dengan cerita-cerita menarik tentang pengalamannya sebagai mahasiswa kedokteran. 

Chiu (si sahabat wanita) masih saja sama dipenuhi dengan perkembangan terbaru teman-teman almamater...
Ketika mendengar cerita-cerita masing-masing, kami secara tidak terlisan merasa sepakat bahwa kami berada di titik yang sama. Di titik awal jalan kami masing-masing sebagai pribadi. Di titik di mana kami merasa tanggung jawab menunggu kami. Masa depan bukan lagi ditentukan orang tua, melainkan di tangan kami. Logika, emosi, dan intuisi diuji. 
Sungguh menarik... 

Taken in 2005 or 2006
Kembali ke perkataan "kalau jodoh pasti bertemu kembali." Alasan saya mengikutsertakan perkataan tersebut, karena menurut saya, Bayu, Chiu, dan saya itu berjodoh. "Kelompok Belajar" kami itu nggak cuma beranggotakan kami bertiga. Kami juga dari dulu nggak selalu lengket kayak perangko. Apalagi, Bayu sempat ke Bali selama 2 tahun, dan Bayu nggak punya Facebook ataupun Friendster account. Jadi, ada kemungkinan besar kalau kita bakal nggak ketemu lagi atau nggak nyambung lagi akibat adanya kesenjangan komunikasi. 

Eh... yang terjadi, ketika kami ketemu, level persahabatan kami boleh dikata meningkat satu level. Pemikiran-pemikiran kami terarah ke arah yang sama. Perspektif kami pun begitu. 

Jadinya, buat kalian... sahabat-sahabat saya di manapun Anda berada... "kalau jodoh pasti ketemu lagi..." 
:)... and thanks for being the "helper" for me in my growth... :)
I love you ...

Sebuah video untuk Sahabat-sahabat saya Di Seluruh DUnia

:)!!!!!







CVB