|
google |
Kata ibuku sendiri kasih ibu kepada anaknya itu bagaikan Air Terjun. Mengalir turun begitu saja. Deras. Tidak perlu kekuatan apa-apa. Seakan-akan kita, anak-anak, mempunyai daya gravitasi yang tinggi. Mau menangis tengah malam selama 40 hari, ia tetap bangun dan menemani sambil menggendong. Mungkin satu-dua kali ingin tertidur, tetapi terbangun lagi karena anaknya ngambek. Atau jika si anak malas latihan piano, ia akan menemani walaupun hanya diterangi cahaya lilin. Ia biarkan urusan lain. Anaknya dulu. Atau, jika hari pertama sekolah, anaknya menangis meminta mamanya temani, alhasil si mama duduk di bawah pohon dekat kelas si anak dan mengerjakan pekerjaannya.
|
google |
Sedangkan menurutku kasih anak kepada ibunya itu bagaikan Air Mancur. Membutuhkan tenaga yang lebih besar. Listrik yang lebih besar, dan segala rumusan fisika. Butuh kerja extra keras. Butuh pembuktian yang seharusnya tidak perlu. Itulah anak. Egois. Jiwa muda yang labil. Penuh dengan pencarian jati diri hingga melupakan arti ibu sendiri.
Air di sekelilingnya membuatnya merasa nyaman, dia sekali-kali muncul jika ada colokan listrik.
Kehadiran ibu itu ada ketika kita semua sadar bahwa Air terjun itu mengalir keras. Sedangkan Air mancur itu hanya kadang saja meluap tinggi namun kadang tidak.
ibu...
sebuah profesi termulia
Note: a dedication to my mambo
CVB
No comments:
Post a Comment