Sunday, December 28, 2014

Langit Amat Indah

Aku tidak berbohong bahwa hari itu, langit luar biasa indah. Langit biru yang sama, bumi yang berputar mengelilingi matahari, dan aku yang menikmati langit dari dalam pesawat. Tak bisa mencemooh orang-orang yg hobi mengepost foto2 langit saat mereka ada di pesawat karena memang langit bisa menjadi begitu indah.
Dari waktu ke waktu tiap kali aku memandang ke luar jendela kecil itu, awan-awan ikut menghibur dengan segala bentuknya. Ada yang menggumpal besar, melambung lambung seperti kapas atau tersebar dengan bentuk tipis. Langit seperti terbelah dengan warna gradasi mengikuti tutupan awan dan letak cahaya matahari.
...
Kukira tak ada kata-kata yang bisa kuketik untuk memberi tahu kamu bahwa aku terpukau. Terpukau akan langit. Itu saja. Tak pernah aku tersenyum begitu rupa hanya karena langit.

Kau tahu, perjalanan 1 jam itu terasa begitu nyaman. Mirip seperti perjalanan antar kota melalui kereta di mana kau bisa saja terhibur melihat rumah-rumah, penduduk, pohon, atau bentangan sawah. Aku hanya melihat deretan awan yang tidak pernah berbentuk seragam. Semuanya mempunyai bentuk lain. Menghibur. Indah.

Belum cukup sampe di situ... aku lihat dia...

Pelangi

Di antara kerumunan awan.

Aku tak pernah tersenyum begitu lebar ketika melihat langit.

Aku pun tak pernah tersenyum begitu lebar melihat hidupku di tahun 2014 yang akan berakhir ini.

Sudah waktunya sisa 3 hari di tahun 2014, aku menikmatinya dengan lambat. Tidak perlu terburu-buru. Aku pun sadar betul bahwa kita tidak boleh berhenti berdoa untuk tahun 2015. Tahun sudah mau berakhir, tapi tiba-tiba terjadi tragedi air asia, Gassing hari ini tak pulang, dan banjir masih mengancam.

Namun, sejenak biarkan aku lamat-lamat mengingat langit yang amat indah itu.
Aku sadar... bahwa dunia boleh berubah tapi langit ada di situ terus. Langit hanya terlihat berubah sesuai dengan angin yang membawa kumpulan awan dan letak bumi saat mengelilingi matahari.

Sebelum mendarat, aku merasa beruntung bisa menyaksikan sesuatu yang menurutku patut dikagumi. Tempat kami masih cerah, namun tak lama lagi, kami akan memasuki daerah mendung. Di depan sana, awan-awan sudah menyatu menutupi cerahnya matahari yang masih ada di sini. Sinarnya terus ada di situ, namun awan gelap menghalanginya.

Hidup terup berjalan dan kita berevolusi menurut pengalamannya. Masing-masing mengalami awan yang tipis sehingga cahaya matahari masih bisa menyinari. Atau ada saatnya kita mengalami awan hitam tebal yang membuat kelam. Padahal matahari yang sama, awan yang sama, manusia yang sama. Situasi yang berbeda.

Sedetik ini masih terang. Besok hujan. Malam ini langit cerah tanpa awan.

Begitulah...

Aku tak sabar dengan 2015. Apakah langit kita akan cerah? Kelabu? Atau badai? Lalu apa pelangi akan muncul? Aku rasa... semua akan ada waktunya. Kita semua akan mengalami itu semua. Sudah ada porsinya. Tinggal bagaimana kita bersikap.
Bukankah begitu selalu?

Selamat menyonsong tahun baru.
Pray for air asia.
And dear Gassing, please come back home

Ku yakin hujan kan berhenti
Terpana indahnya mentari
Kita yang menari berlagu misteri
Yang tersingkap tanpa tersadari - Langit Amat Indah, by RSD (OST Perahu Kertas)

CVB

Monday, December 22, 2014

Perihal Hari Ibu

Oke. Di Indonesia ini ada Dualisme, termasuk dengan Hari Ibunya! Ada yang merayakan di bulan Mei, mengikuti penanggalan Amerika Serikat, tapi sebenar-benarnya, Indonesia merayakan hari ibu itu tanggal 22 Desember. Jadilah aku sekarang mengetik untuk menceritakan hari Ibu ala-ala Indonesia.
Seperti yang mungkin sudah Anda sekalian ketahui (atau belum), ibunda saya alias mambo agogo sudah berpulang di tahun 2013 kemarin (ada ceritanya di sini), Januari. Dihitung-hitung sudah 1 tahun 11 bulan, menuju 2 tahun. Boleh dibilang, waktu memang menyembuhkan. Rindu? Sudah pasti. Hanya saja, aku selalu percaya bahwa aku dan mambo hanya berjarak  sejauh doa. Nah! Mambo punya kebiasaan selalu bangun pagi-pagi! Dari duluuu hingga tahun 2013 kemarin. Bisa ditebak kalau mambo itu punya hobi bangunin aku yang kebetulan hobinya tidur. Waktu kecil sih sebal habis-habisan kalau mambo ngebangunin. Alasannya karena mambo selalu memabangunkan aku dengan gegap gempita. Menyahut satu kali nggak lantas membuat mambo berhenti. She would keep calling my nameee until I raised up from bed and headed to bathroom. Tapi, kebiasaan itu pun menjadi kebiasaanku juga yang tiap pagi biasa dibangunin mambo. Papo sampai rekam pas mambo manggil aku bangun. Makin hari mambo kalau ngebangunin aku makin loveable :).
Yang aku mau ceritain itu tanggal 21 Desember. Sehabis belanja sehariaaan (Yes! it was my cheating day for spending money after months of hard work), aku itu bisa tidur kayak beruang dan kerbau sekaligus. Terlalu nyenyak. Malam itu juga, mambo ada di mimpi. Lupa, kronologisnya kayak apa. Yang pasti mambo mampir di mimpi. Tapi, bukan mengaantarkan pesan deh, rasa-rasanya cuma mampir sekedar kangen. Nah! yang ajaib itu paginya, tanggal 22 Desember. Aku memang masih simpan HP Nokia N73 bututnya mama dengan gantungan hp Bae Yong Jun tersayangnya beliau. HP itu biasa aku pakai untuk telepon papo, karena bayarnya abodemen. Lalu hp itu masih aku simpan karena nomornya itu sudah ada dari tahun 1997 (yap, itu nomor HP pertama di keluarga kami), dan HP itu adalah reminder untuk ulang tahun dan anniversary seluruh kerabat dan kawan. Mambo agogo sudah punya kebiasaan dari dulu untuk mencatat ulang tahun semua orang dan keluarga yang dia kenal. Di kalender, catatannya sendiri, hingga punya HP yang sedikit canggih. Alarmnya selalu bunyi pagi-pagi.
Tanggal 22 Desember itu, aku dibangunin bukan dengan alarmku, tapi alarm hpnya mambo. Lagunya itu Power of Lovenya Celine Dion. Panggilan pertama, lagunya masih paralel dengan mimpiku. Panggilan kedua, sudah mulai sadar-sadar. Panggilan ketiga, sadar sepenuhnya bahwa itu hpnya mambo yang lagi meraung-raung. Panggilan keempat, penasaran siapa yang ulang tahun. Panggilan kelima, "Oh ternyata, ulang tahun perusahaan papo" dan "WHAAT!" sudah jam 8.05 PAGI!
JKAHDSY@(*&*HBU^#&*&*(#&)&##^&$&!@(&*(&)~!!!!!!!!!!

Loncat dan langsung ngacir ke kamar mandi. Selama beberes, aku jadi ketawa sendiri. Ini mambo yang bangunin pagi itu. Secepat kilat aku 'terbang' menuju kantor.

Fiuuh... absensi -- 08.29, 1 menit sebelum dikatakan TERLAMBAT.

Begitu sudah leyeh-leyeh, sadar bahwa ternyata tanggal 22 Desember itu Hari Ibu. Dan izinkan aku untuk memparalelkan mimpi, alarm mambo, dan hari ibu. :) Mambo nggak lupa kebiasaannya untuk membangunkan anaknya yang tukang tidur ini. Selepas kepergian beliau pun, nggak sedetikpun mambo membiarkan aku merasakan penyesalan. Padahal, bisa dibilang hubungan kita dulu nggak mulus-mulus banget. Aku pun tahu bahwa mambo itu sudah berapa kali rasa kecewa. Namun, aku coba cari-cari perasaan menyesal selama 2 tahun ini, anehnya, aku tidak bisa menemukannya di mana-mana. Seperti uap. Menggantung hilang. Yang ada, ingat mambo, ingat yang hepi-hepinya.

Aku merayakan hari ibu dengan penuh kemenangan. Aku nggak takut kalau misalkan papo kawin lagi. Nggak ada istilah mama baru dan mama lama. Sekali jadi mambo, akan terus jadi mambo. Ibu. Orang yang melahirkan aku. Tapi, tunggu dulu, aku sendiri punya buuuuaaaaaaanyaaaaaaaaaaak mama. Dari kecil aku sudah 'diangkat' sana-sini untuk menghalang bala yang berasal dari kemiripan aku dan mambo yang sangat. Orang-orang percaya bahwa tidak terlalu baik untuk mempunyai anak perempuan yang terlalu mirip ibunya. Jadilah, aku mempunyai banyak orang yang kupanggil 'mama'. Kalaupun papo punya istri baru, dia akan jadi mama aku juga. Menurut definisiku, yang menjadi mama (dalam kehidupan aku) itu ibarat kepribadian ala teori Psikologi. Yang di mana, kepribadian dasar itu tidak bisa diubah, namun kepribadian itu bisa ditambah. Mama juga begitu. Kedudukan mambo tidak berubah, hanya ditambah :). Walaupun, dulu aku merasa marah kalau ada yang nanya kapan papa nikah lagi? Pasalnya, mereka bertanya bahkan mama belum meninggal 1 tahun. Tolong ya orang-orang di luar sana, pastikan tahu mana kategori pertanyaan sensitif atau pun tidak. Tapi, sekarang aku paham maksud mereka dan tersenyum sambil menjawab "dibawa dalam doa saja."

Aku tidak ambil pusing, kalian mau berpikir apa dan berpendapat apa. Hanya saja, aku yang selalu percaya pada hatiku ini tahu, bahwa kepercayaanku yang sekarang adalah bagian dari pertumbuhan iman. Tahu nggak hatiku sekarang rasanya apa?

Dia lega...

Aku tahu bahwa mamboku tidak ke mana-mana. Hanya sejauh doa saja. Bisa dibilang, aku mulai berdamai dengan rasa kehilangan. Jadi, mau merayakan hari ibu tanggal 22 Desember atau di bulan Mei, aku akan merayakannya dengan senyum. Tentunya, dengan bangga juga.  Aku ingin alam semesta berisinya tahu bahwa aku punya mama yang hebat. Pendekar wanita sejati. Dan aku tahu, kamu juga merasakan hal yang sama kepada ibumu.

Bagi kamu yang masih punya ibu dekat dengan kamu, berbahagialah. Kamu masih ada kesempatan belajar banyak. Bagi kamu yang sudah tidak mempunyai ibu, bersyukurlah. Kamu sekarang punya malaikat pelindung tambahan. Bagi kamu, yang pada akhirnya mempunyai ibu tiri, bersuka citalah karena kamu diberi kesempatan bonus.

Aku tahu semua orang tidak bisa menyetujui apa yang aku ketik di sini. Tapi, oh well. Masing-masing punya skenario sendiri-semdiri untuk bertumbuh, belajar, dan merasakan emosi. Jadi, aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku merayakan hari ibu dengan penuh kemenangan.

Mari kita ramaikan hari Ibu dengan nonton video lagu kesukaannya mambo agogo haha


Selamat hari ibu, mamboku

CVB

Thursday, December 4, 2014

Surat kepada Matahariku

Dear Matahariku,

Pagi ini matahari bersinar cerah di tengah musim hujan. Bukan memberikan panas yang menyengat seperti biasa, tetapi membagi hangat sebentar. Dan kau tahu? Aku terbangun dengan sumringah. Bukan karena kau datang menghampiri lewat mimpi, tetapi karena aku merasa hari ini berbeda. Kata orang, hati tidak bisa berbohong. Hari ini frontal ia membuat aku merasa excited sepanjang hari hanya dari hal-hal yang sederhana. Good hair day, notifikasi yang mengejutkan sekaligus menyenangkan (kau pasti tahu itu dari siapa), ke kantor tepat waktu. Remeh temeh, tapi entah mengapa aku excited.

Ah kau tahu...
Kejadian baik masih berlanjut hari ini.. Suratku masuk ke majalah, kiriman datang tepat waktu, dan malam ini aku bertemu kawan baru.

Hari baik ini membuat aku berpikir satu hal. Tak bisa aku bohong bahwa aku selalu berharap kau juga merindukan aku seperti aku selalu merindukanmu. Tapi, sekarang itu tak penting lagi. Kita sama-sama tahu bahwa hidup ini berputar ke depan. Tidak ada yang bisa diulang. Jika kau rindu akan hari yang kita habiskan bersama sebaiknya kau jangan buang-buang energi. Jika kau rindu aku sebagai aku, tak perlu malu. Kata orang hati tak pernah berbohong. Satu saranku, dengarkan baik-baik hati itu. Apa ia akan membiarkan kata yang belum terucap tetap terbungkam. Ataukah dia tahu bahwa kini kita telah siap?
Aku tak ambil pusing dengan keputusanmu. Walaupun aku sepertinya tahu seperti apa pada akhirnya. Sudah, itu tak penting lagi.

Karena kau tahu? Sinar matahari hari ini menemani aku ketika tiba-tiba aku tersenyum mengingatmu. Tidak. Aku tidak menangis seperti dulu lagi. Kau tahu apa artinya? Karena aku mengindahkanmu sebagai sosok. Bukan sebagai kenangan. Aku tidak mau lagi sedih mengenangmu karena apa yang kita lewati tak bisa terulang lagi. Tapi, aku mengenangmu karena kau pernah ada untuk menyatakan aku yang sekarang. Kuharap kau pun begitu. Entah aku bisa benar-benar dekat dengan mu lagi atau tidak, aku tak tahu. Tapi satu yang aku tahu bahwa kau matahari, tak akan ke mana. Sinarmu akan aku rasakan terus. Itu sudah cukup.

Aku tahu surat ini terjadi dalam kepalaku saja, tapi bukan berarti this is not real right?

Karena hatiku yang tak berbohong itu berkata...

'doa selalu didengar'

dan begitu adanya

CVB

Monday, December 1, 2014

DE-SEM-BER

Desember, bulan terakhir di penghujung tahun
Desember, masa Advent
Desember, sebuah penantian akan tahun yang baru
Desember, wujud perayaan
Desember, adalah reuni
Desember, musim hujan
Desember, waktunya menunggu Mudik...

Namun heran, kali ini... aku menunggu pulang hanya untuk leyeh-leyeh. Tak ada daftar acara panjang yang ambisius. Aku hanya merindukan pianoku, Echong dan Gassing, album-album foto lama, masakan oma, dentingan gelas martini saat tahun baru, senyuman opa, dan pelukannya papo.
Tidak ada acara melancong. Hanya di rumah jalan Beruang berhibernasi.

Ah Desember...
Akhirnya kau datang juga.

Sebuah persimpangan untuk menengok ke belakang sejenak hanya untuk melangkah lagi. 

Ketika kita menengok, secara tak sadar kita sudah mencetak banyak cerita. Secara tak sadar pula, kita sudah beradaptasi dengan banyak peristiwa. 

Presiden baru.
Baju baru dari kado ulang tahun.
Resep baru
Ketemu teman lama...
Marahan sama pacar
Dan cerita-cerita lain. 

Desember...

Ujung sebuah babak...

Desember...
Baik-baiklah terhadapku...

CVB