Tuesday, November 29, 2011

Ambon Manise (Timur)


Ingat-ingat dulu ketika sedang di Amerika, minggu terakhir di bulan November adalah pekan perayaan "Thanksgiving." Semua orang bersorak. Pertama, perayaan Thanksgiving itu berarti besar untuk warga di sana. Hari raya itu selalu jatuh pada hari Kamis di minggu terakhir bulan November. Mereka akan berkumpul bersama keluarga dan mengucap syukur atas setahun itu. Kedua, perayaan Thanksgiving berarti feast atau makan besar. Turkey, stuffing, mash potatoes, salad, and big portion of pumpkin pie are a must!! hahahah. Ketiga, Thanksgiving berarti Big SALE. Di hari Jumatnya seluruh toko-toko di Amerika akan memberikan SALE besar-besaran. Hari jumat keramat itu dimulai dari tengah malam hingga hari Minggu itu. Hari itu sendiri dinamakan Black Friday. Keempat, perayaan Thankgiving boleh dikata liburan weekend panjang. baik anak sekolah maupun orang kantoran super happy ketika Thanksgiving datang mendekat.
Saya boleh tidak tinggal lagi di Amerika,  but I can still celebrate thanksgiving with my own way... hehehehhe...

Perhaps, this is not a "thanksgiving" weekend. However, the plan to go out of city was planned on 25th-28th of November, so it is so called thanksgiving getaway. And my Thanksgiving getaway destination is Amboina!! And I am thankful of that... :) 

Ambon from the sky
Beta ada mengunjungi Ambon, ibu kota kepulauan Maluku.
Beta dipanggil.
Ya dengan sedikit sisa darah Maluku dari pihak ibuku, saya boleh dibilang anak Maluku.
Ayah-ibu ibuku berasal dari pulau kecil di Maluku sana bernama Dobo. Kata "beta" (saya), "tarada" (tidak ada), akrab di telinga.
Ayahku yang bukan berdarah Maluku fasih berdialek Maluku. Beliau menghabiskan masa kecilnya di Ternate. Jadilah saya mengerti dan berbicara bahasa Ambon.
Singkat cerita, Ambon itu seperti dekat. Walaupun tidak ada hubungan secara langsung.
Suara hati memanggil tuk kembali 
Kembali bersama-sama denganmu 
Senyum manismuSurga di bumi 
Membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly
  Kira-kira lebih dari 10 tahun lalu, saya pernah mengunjungi Ambon. Diboyong oleh karyawan ibuku yang memang sudah kami anggap keluarga sendiri. Kali ini, ia juga yang men'culik' saya hehehe.
Kami tiba sore. Mungkin karena sudah lebih dewasa, saya jadi lebih menikmati. Perjalanan dari airport saja sudah merupakan pengalaman sendiri. Lihat kanan ada laut, lihat kiri ada gunung. Jalanan naik turun dengan memberikan view yang luar biasaaa.... Belum lagi kami berhimpit-himpitan di Hot Red Hartop.
Mereka itu semua famili dari karyawan yang saya sebut-sebut tadi. Well, sebenarnya lebih tepat jika beliau disebut-sebut sebagai inang pengasuh saya hahaha... (nanny). She has been working with us for 21 years now.

Lanjut.
Malamnya, saya dan inang saya itu diajak makan malam di salah satu rumah kawannya Kawan si inang. Rumahnya Buaguuuuus. Ternyata di salah satu bukit kota Ambon ada juga kawasan rumah elit nan modern. Menunya pun tak kalah sedap daripada Turkey.
Kobe Steak, Tuna Sashimi, Grilled Tuna, Fruit Salad, and Udang Mayonaise... hehehehe maaf ya jika membuat kalian ngiler...
Maka dari itu demi meringankan beban Anda-anda sekalian, saya tidak mengikut-sertakan gambar-gambar makanan tersebut. Toh gambar-gambarnya bisa jadi tidak membuat Anda bereselera, bahkan lebih mungkin jika gambar dalam pikiran Anda lebih sedap ketimbang gambar yang saya ambil. Sebab gambar yang saya ambil itu pada saat saya tengah makan, jadi sudah kurang appealing.


Anyway, Malam pertama kami di kota Ambon, hanya diisi oleh makan malam extravagant itu. GRATIS pula! hehe

Muria, ular kali, waii Ambon
Nah di hari berikutnyalah baru petualangan dimulai! Perjalanan kami mengarah ke Utara kota Ambon. Tempat perhentian kami yang pertama adalah daerah yang bernama Waii. Sebuah kawasan pertemuan muara Sungai dan Laut. Makhluk yang kami kunjungi adalah Muria atau ular kali.
Ular kali ini jinak dan lebih menariknya lagi mereka itu 'dengar-dengaran' sama si Om.

Si om hanya masuk ke air dan mendekati si muria yang daritadi diam saja tak bergeming. Lalu tiba-tiba si muria bergerak mendekati si om, seakan-akan si om itu "bapak"nya.
Si muria ini hobi makan telur. Jadinya si om tadi sekalian membawa telur untuk memberi makan dia.

Di Waii ini airnya bersih sekali. Jadinya ada bagian dari muara pertemuan antara air laut dan tawar ini dijadikan tempat mencuci baju oleh warga setempat. Dan banyak muria yang berseliweran di situ. Baik warga manusia dan warga muria saling hidup berdampingan haha.

Di titik ini pula bisa ditemukan kehidupan bertenggang rasa antar ikan penghuni air tawar (ikan mas) dan air laut (ikan titang). Jadi, seharusnya orang Ambon atau orang-orang luar mencontohi ikan-ikan ini.
Biar asal boleh berbeda tapi Waii jadi tempat hunian bersama, biar agama boleh berbeda tapi Ambon jadi tempat hunian bersama...
ikan yang lebih kecil ikan titang (air laut), ikan yang lebih besar ikan mas (air tawar), dan yang paling panjang si muria
Berikutnya, tidak afdol kalau ke Ambon tanpa mengunjungi pantainya. Jadi, kami terus ke utara menuju pantai Liang.

Deburan ombak dan butiran pasir putih
Bagaikan mutiara yang menari-nari
Senyum manismu 
Surga di bumi 
Membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly
Pantai Liang, Ambon













Namun sayang sungguh sayang, I got my period on that day!!!















Padahal air jernih bukan main...
However, somehow I manage to "celup-celup" sedikit... hehehe (mind my mixed language here hehe)

Malam itu ditutup dengan memanjakan otot-otot kaki dan tangan di permandian air panas.

Hari itu selesai dengan tidur lelap di hotel Amaris yang juga GRATIS!! Maklum, ada orang penting datang berkunjung hahahaha...

Hari ketiga di sana, saya teler. Tepar. Tak bisa bergerak. Rasa ngantuk luar biasa menyerang di Siang bolong. Sungguh menyebalkan. Tetapi, rencana tidak boleh tertunda. Jadilah saya duduk terlunta-lunta di dalam mobil 'ranger' (pick up tetapi memuat lebih dari 4 orang, semacam mini truck kata orang Amerika). Apalagi medan yang kami tempuh untuk sampai ke teluk tempat berenang itu seperti naik roller coaster. Naik turun, tikungan tajam. Hanya, semuanya terbalaskan. Pemandangannya tidak bisa kita dapatkan di roller coaster manapun. Apalagi kecepatannya bisa kita atur. hahaha...
Dan dalam 40 menit, kami sudah sampai di pantai Huku~~~~ waka-waka. Kita sebut saja dengan waka-waka, karena namanya agak ruwet untuk diingat hahaha...


Tidak ada pasir melainkan pecahan-pecahan karang-karang halus. Airnya jernih luar biasa. Jika kita berenang agak menjauh dari perahu yang tertambat, kita bisa melihat-lihat kehidupan di air laut dengan bebas. Sayang, hari itu saya putuskan untuk tidur. Raga saya tidak kuat. (payah :( )

Sebelum pergi menempuh medan naik turun gunung untuk sampai ke tempat indah itu, kami sebagai warga Gereja Katolik yang baik dan budiman mengunjungi Gereja termegah di Ambon. Katedral. Hari Minggu itu adalah hari pertama memasuki pekan Advent. Kami duduk tepat di barisan belakang bagian dari Koor. Dan OMG!! Orang-orang Ambon pung suara pung baguuuuus laiiii!!!! hahahahah They sounded REALLY GOOD... apalagi om-omnya hahaha... bass dan tenor... gaaaah

Ikuti iramaku
berdendanglah bersamaku
menarilah denganku
aku di sini
engkau di sana
ayo kembali ke timur


Paduan suara tifa dan tarianmu
alunan irama tropikal memanggilku
senyum manismu
surga di bumi
membawaku kembali - Timur by Glenn Fredly

Timur. Sebuah kawasan yang mungkin asing bagi orang Indonesia sendiri. Semakin ke timur, image orang negeri sendiri adalah orang timur adalah bangsa primitif. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa di pedalaman Irian sana, masih banyak mereka yang tidak memakai baju, makan masih dari berburu, dan tidur di atas pasir. Namun, untukku timur itu Rumah...

Sulawesi Selatan bukan bagian dari timur, tapi kami di sini adalah gerbang pintu timur. Apa-apa yang mau disadurkan ke kawasan Timur harus mampir di perairan kami. Jadilah orang-orang dan segala logatnya ikut masuk ke dalam kehidupan saya. Logat Flores, Ambon, Manado, Irian itu sudah akrab di telinga saya. Tidak heran jika saya bertemu orang dari Timur (Irian, Ambon, Manado) di Amerika, saya sudah merasa ketemu keluarga sendiri. Segala logat saya keluarkan, tidak perlu basa-basi berlogat tanah ibu kota. hahahaha..
Ya timur itu rumah.
Lidah ibu.
Apalagi ibu saya orang Dobo dan ayah saya besar di ternate, perlu ditambahkan jika saya diasuh oleh seorang yang dari Ambon, jadilah bahasa itu sudah seperti bahasa ibu saya sendiri.

Selain itu,Pantai-pantai di Timur itu adalah harta.

Pengalaman ke Ambon ini betul merupakan sebuah perjalanan penuh syukur.
So... that was my 'thanksgiving' getaway... that made me feel so grateful. 


Ambon Maniseee......
PS: penggalan lirik di atas itu karya bung Fredly yang berjudul Timur...


CVB

No comments:

Post a Comment