Tuesday, December 31, 2013

All is Well

Post pertama... di tahun 2014
"WOW"
I survived
We survived
From everything that had happened..
2013...adalah sebuah tahun perjalanan...
Dimulai dengan perjalanan mama yg aku sebut... a journey after life...
Dilanjutkan dengan papa Ge bulan Februari, tante Nancy bulan April, lalu disusul Erin Walker, Om Solihin, Troy Wollf my english 102 professor.
Mereka semua telah melakukan perjalanan penting dalam hidup mereka. Sebuah langkah akhir. Untuk kembali ke awal. Dan aku, kamu, kita semua akan melewatinya dalam sebuah waktu yg tidak kita ketahui.
Semua kehilangan diisi dengan kehangatan dari orang2 yang peduli. Orang yg masih ada. Dan di situ kamu tahu bahwa kamu masih ada dlam sebuah perjalanan...
Proses...
Sesederhana itu...
Tahun 2013 sudah selesai. Cerita baru akan dimulai di tahun 2014...
Malam ini adalah waktu kita untuk melihat lagi ke belakang dan tersenyum bangga karena ... sekarang kita ada di sini setelah melewati berbagai tantangan, situasi, keadaan.... ;)
Pada akhirnya kamu cuma bisa tersenyum
Joy...
Sambil mengucapkan terima kasih...

All is well...

Monday, December 16, 2013

Here it is - Bucket List

2 minggu lagi, tahun 2013 akan mengucapkan salam perpisahan, dan kita akan disambut 2014 berikut segala kejutan-kejutannya.
Entah mengapa yang terpikir olehku sekarang bukan evaluasi, bukan juga resolusi, melainkan "daftar keinginan" yang mungkin lebih dikenal sebagai "Bucket List" .
Setelah mampir di blog kesukaanku Puty's Journal, daftarku menjadi semakin solid. Puty (blogger) bahkan membuat satu page sendiri berisikan daftar panjang "Bucket List"nya dan juga hal-hal yang sudah ia lakukan. Hal itu membuatku berpikir bahwa "sungguh akan sangat menyenangkan jika aku pun bisa mencoret satu persatu daftar panjang itu." Seakan-akan, aku menyelesaikan satu tugas demi satu tugas. Accomplishment sounds so prestigious. Padahal tidak ada hadiah ketika menyelesaikan daftar itu. Hanya sebuah rasa puas bahwa "aku sudah menyelesaikannya"
Well, mungkin ini juga yang akan membumbui nasib kita, hidup kita, dan perjalanan itu sendiri. Proses.
Daftarku belum sepanjang Puty, hanya sebuah daftar pendek berisikan iming-iming seorang Chendani. Tak lebih.

Bucket List
1. 50 judul buku dalam 1 tahun
2. Java Jazz Festival
3. Perayaan Waisak di Borobudur

4. Leavesden studio trip, Warner Bross world of Harry Potter
5. Drinking butterbeer
6. Publish books/writings
7. Gets involve in a film making
8. Mengetahui ajaran Buddha
9. South Korea for a year.
10. learn photography
11. Hobitton


Daftar ini mungkin akan menjadi panjang. Mungkin akan terlupakan begitu saja. Namun, aku selalu bersemangat untuk menghadapi tahun baru. Apalagi kira-kira yang akan berlangsung di tahun 2014?
Tahun 2013 aku nobatkan sebagai "tahun perjalanan"
dan menulis bucket list ini adalah sebuah awal... ya sebuah awal perjalanan baru :)
Bukankah begitu? Sebelum aku mencoret satu item dalam daftar ini, aku akan berada dalam sebuah perjalanan, sebuah proses, untuk menyelesaikan satu item tersebut.

"Jika terlalu fokus sama tujuan, kita akan lupa sama perjalanan" - Abimanyu, film HELLO GOODBYE


CVB

Sunday, December 8, 2013

Scorpionism

 Aku sedang ingin mempelajari yang namanya "scorpionism." Sebuah istilah yang (maaf) kuciptakan sendiri. Karena, efek yang pernah aku dapatkan ketika bergaul dengan banyak "scorpus" - orang yang lahir di bawah bintang Scorpio.
Terlebih satu manusia itu, yang tak usah kusebut namanya.
Sederhana saja, 'dia yang namanya tak boleh disebut' (versi Chendani), telah membuat duniaku jumpalitan, dan membuka mata ku yang selama ini tertutup debu, terbentur kebiasaan buruk, menjadi terbuka.
Kebiasaanku terdahulu adalah mengambil impresi pertama secara cepat dan memakluminya sebagai teori paling benar. Padahal, itu masih varian pertama, tidak banyak yang kulihat, tapi sudah cepat aku menyimpulkan. Ini pun terbentuk karena memang... lingkungan ku dulunya seperti ini. Teman, mama, keluarga, dan sinetron. Ya, komunitas kolektif yang menyebut dirinya Indonesia yang pelan-pelan membentukku seperti itu. Bukan sebuah kesalahan teman. Tentu saja, aku tidak menyalahkan siapapun. Dan tidak ingin mengecam bahwa kebiasaan ini adalah kebiasaan buruk. Hanya saja, 'dia yang namanya tak boleh disebut' telah membuatku ... 'berpikir', menggunakan logika tanpa terlalu menumpu pada impresi pertama.
Pernah kusebutkan di sebuah postingan mengenai Persepsi  bahwa kadang kebiasaan orang Indonesia ini membuat satu individu menjadi bodoh, dan tertipu. Kusebut tertipu, karena suatu kejadian, atau seseorang tidak bisa disimpulkan hanya sebatas impresi pertama.
Mungkin judul ini terlalu menjereralisasi, tidak semua scorpus begini adanya, hanya saja, aku tidak bisa memikirkan judul yang lebih baik daripada ini hehehe.
Nah, kembali ke Indonesia, aku merasa efek yang diberikannya kepadaku mulai melemah, kadang menguat, kadang hilang sama sekali. Menurutku, ini sebuah peringatan. Ujian.
Menolak menelan bulat-bulat impresi pertama mirip dengan kriminalitas di sini haha, aku bahkan merasa diberi cap "outisder" dan sebagainya dan sebagainya. Ya, aku memang berbeda. Kadang, merasa terlalu blak-blakan, tetapi terus terang terlalu gemas untuk tidak berkomentar. Apalagi ketika ada orang yang langsung loncat pada kesimpulan impresi pertama.
Aku tidak menyalahkan siapapun. Ini hanyalah jalan untuk aku menginstropeksi diri sendiri.
Sekarang, mungkin adalah waktu buat aku untuk komtemplasi, menjadi "arian dewasa".
Aku memang seorang Arian - seorang yang lahir di bawah bintang Aries. Seorang yang selalu tergesa-gesa. Menurut teori astrologi, seorang Arian dikatakan dewasa ketika dia mampu untuk "slowing down."
Dan, kembali ke lingkungan seperti ini mengingatkanku untuk lebih "slowing down"
Komitmen aku ke depan, biarlah efek scorpionism yang diberikan "dia yang tak boleh disebut namanya" tumbuh lagi pelan-pelan. Karena aku membutuhkannya.
Sangat membutuhkannya...

   
CVB

Thursday, December 5, 2013

Encephalon - Homo Sapiens

Organ tercantik dan tersexy dari manusia adalah otak - Dian Sastrowardoyo
Yup ...  organ terletak di dalam puncak tengkorak kita. Otak. Dan Dian betul. Otak adalah pusat. Otak yang membuat jantung kita berdetak, otak yang membuat kita bisa mempelajari bahasa, dan otak yang mengirim sinyal-sinyal kepada organ-organ, neuron, hingga sel untuk bekerja. Encephalon bahasa kerennya (baca Latin).


Dari berbagai macam tugas otak, ada satu yang menarik perhatian saya.
Otak juga yang membuat kita merasakan berbagai macam perasaan. Takut, marah, bahagia...
Dan kali ini, otak aku berkata ... "saya takut" (past tense)



Takut....

Apa sih takut itu?

Sebuah perasaan yang muncul karena merasa terancam, adanya bahaya, atau... perasaan tersakiti...

Ini semua adalah penyebab perasaan takut itu.

Di setiap otak manusia, kita mempunyai bagian kecil yang mengontrol perasaan kita - terutama rasa takut. Namanya Amygdala. Dilihat dari letaknya, Amygdala itu terletak di ujung daripada Hippocampus yang dimana berfungsi untuk mengontrol memori (long term memory, short term memory). Makanya, orang biasa merasa takut terhadap sesuatu diakibatkan oleh pengalaman buruk yang pernah terjadi pada dirinya. Misalnya, orang yang mengalami trauma pernah pegang api saat dia kecil, sejak saat itu, dia selalu menghindari yang namanya lilin, korek api, kembang api, dan sebagainya.
Jadi, kesimpulannya, amygdala dan hippocampus secara tidak langsung membuat kita menghindari "ancaman-ancaman" yang akan menimbulkan perasaan "takut" itu. 

Nah...

Tapi, terus kita diam, mundur, bahkan berhenti?

Ungkapan bahwa Tuhan itu adil bisa dibuktikan dari cara Dia menciptakan otak kita. Psikologi modern mengatakan bahwa Prefrontal Cortex atau bagian depan daripada otak kita itu yang mengontrol facial expression, membantu kita dalam membuat keputusan, dan juga perilaku sosial termasuk mengatakan ini perilaku baik, ini perilaku buruk. Conscience atau hati nurani adalah salah satu bentuknya.Begitu canggihnya otak kita itu bahkan ia selalu memberi tahu kita DUA sisi sekaligus. Di sisi yang lain, kita secara insting akan merasa takut, lalu ada 'bisikan' lain yang mengatakan bahwa kita harus berani. Memang, masing-masing manusia mempunyai kapasitas yang berbeda untuk dua 'perasaan' yang saling berlawanan ini - berani & takut. Kedua perasaan ini mempunyai korelasi dengan maju atau mundurnya kita dalam satu keadaan.


Nah, jadi sekarang tinggal giliran Lateral Habenula (part of Prefrontal Cortex).Pengambil keputusan. Apakah kamu mau menyetujui ketakutan itu dan bersembunyi di balik selimut, atau berani melihat ke depan. Menatap ketakutan itu lurus-lurus.

Perkataan "tidak ada jalan keluar" sama absurdnya seperti mengklaim bahwa "manusia tidak akan mati."
Tuhan sudah menciptakan otak sebagai buah pemikiran yang menjadi mesin penggerak, penentu kelakuan kita. Tinggal kitalah yang menentukan ruang dan waktu kapan kita akan bergerak, diam, atau lari.

Setiap keputusan yang kita ambil adalah proses pembelajaran.
Klise.
Sesederhana itu memang... :)


Behind the post: 
Do you think I have no fear?
Do you see that I am a brave girl?
It's only an outer.
The process inside is full of fear.
I was haunted
I am haunted
I will be haunted, but...
there's always but... 

^____^
  #promisetomakealotofposts

CVB

Wednesday, December 4, 2013

Desember oh Desember

Cerita hari ke-4 bulan Desember membawa aku ke tahun 2011 di Minnesota, Dimana aku mengalami 2 kali kebajiran. Ya, teman di Minnesota, kebanjiran pun bisa terjadi, apalagi di Surabaya :D hahaha
Stories here: Mellow Minneapolis & Banjir Lagi
Nah, semalam tanggal 4 Desember, Surabaya diguyur hujan keras kurang lebih selama 1 1/2 jam. Beberapa menit pertama, bumi seperti diguyur air hujan deras, seperti air yang dibuang melalui ember super gede! hahaha. Aku saat itu masih leyeh-leyeh di tempat tidur, menunggu untuk terlelap. Eh, begitu turun tempat tidur untuk ke kamar mandi, aku merasa kakiku menginjak air. Genangan air lebih tepatnya. Begitu sadar, ternyata kamar saya sudah dialiri air.
Bagaimana menurutmu reaksiku? hahaha

Yang aku lakukan, hanya berjalan jingkrat-jingkrat, air sudah setinggi mata kaki di luar kamar. Halaman belakang sudah seperti taman air haha, bahkan kamar mandi di luar, sudah seperti kolam anak-anak. Aku cuma membangunkan si mbok dan mulai mengambil kain apapun dan mulai mengeringkan kamarku. Airnya mengalir pelan-pelan merembes. Awalnya kasurku belum kena air, tapi lama kelamaan kena. Untungnya spring bed, jadi bukan kapuk. Kalau dari kapuk, aku mungkin sudah mengungsi ke sofa ditemani nyamuk2 lapar hahaha.

Kamu tahu, apa yang kurasakan saat itu?
"tidak ada"
Panik pun tidak, katakan aku aneh. Tapi, sekali lagi, aku cuma mengingat bahwa ada orang lain yang mengalami banjir yang lebih mengenaskan.
Aku hanya merasa syukur.Ini bagai paradoks, merasa syukur atas 'musibah'.
Merasa bersyukur. Tertawa-tiwi, malah aku mengenang pada saat aku kebanjiran di Minnesota. Saat itu, my lovely roomate lagi nggak ada di rumah, dua kali banjir, dua kali tidak ada di rumah. Alhasil, cuma aku yang menjadi saksi mata air merembes masuk tanpa diundang haha. Our landlord sampai ngasih kita banyak koin $1 untuk laundry, ada $30an hahaha. . 

Semalam, aku tertidur, dan paginya kasurku sudah basah semua di bagian bawahnya. Tidak bisa berharap kepada matahari hari-hari ini, jadi hal terakhir yang aku lakukan hanya mengangkatnya dan membiarkan air merembes keluar lagi dari kasur. Ditemani kipas angin pinjaman sang empunya kos, aku berharap kasurku bisa cepat kering. Dan tentu saja, semoga hujan tidak terlalu deras malam ini.

Paling pulang kantor, waktunya aku membersihkan kamarku dan mengatur ulang. Ya, ini bisa jadi karma karena aku jarang mengepel kamar (uups hihihihi).


CVB

Monday, December 2, 2013

Cerita awal Bulan Desember

Halo Desember, kamu ternyata mengawali bulan ini dengan hari yg campur aduk, mengetes intuisi.
Tanggal 1 Desember hari Minggu, pagi-pagi aku ke Gereja dengan semangat walaupun terlambat. Pasalnya temanku mengajakku ke sebuah paroki lain. Saya selalu semangat untuk mengeksplor sebanyak mungkin Gereja yang ada di Surabaya :) Dan pilihan saya tidak salah. Gereja itu unik berdiri di antara ruang kelas.
Umat bergelimang di tiap kelas. Kami mengikuti misa melalui layar televisi dengan zoom in zoom out seperti nonton live pidato. Hebatnya, tiap umat walaupun mengikuti misa melalui layar tv, kami tetap berdiri pada saat kami harus berdiri, menjawab setiap jawaban (ex: Tuhan Sertamu "dan sertamu juga"), bahkan memberi hormat ketika para misdinar ingin mendupai kami (perayaan masa adven).Padahal aroma wiruq hanya sebatas layar kaca. 
Bulan Desember itu diawali dengan perasaan unik oleh perayaan unik. Dan itu masih cerita pagi.
Cerita Siang berlanjut ketika dengan tidak sengaja aku mengikuti doa sel inti KTM (Komunitas Tritunggal Mahakudus), yang berarti dihadiri oleh para pelayan sel KTM, wakil pelayan sel, dan semua yg 'petinggi-petinggi'. Saya nyasar di situ karena ruwetnya cerita yg menyangkut soal mobil yg diparkir terhalang tak bisa keluar, waktu mepet, pindah mobil, dan akhirnya terseret ke pertemuan itu. Kapan lagi bisa mengikuti sel inti, padahal status masih dalam masa "probation" hahahaha
Lalu, cerita malam hari pertama bulan Desember menurutku adalah tindakan nekat ala Chendani.
Beberapa minggu lalu, tante Retty di Makassar mengatakan bahwa akan ada undangan pernikahan sepupu mama yg juga sudah almarhum di Surabaya. Saya diminta untuk hadir karena dia termasuk yg terdekat dengan mama. Saya awalnya agak malas, karena tidak ada yg menemani, dan saya tidak begitu kenal dengan mereka. Silsilahnya saja, saya tidak tahu hahahaa.
Tetapi, semakin dekat hari H, semakin kuat saya merasa bahwa saya harus hadir. Alasan pertama, karena kedua belah pihak yg awalnya bersaudara sudah meninggal. Almarhum papa dari penganten wanita adalah sepupu ibu saya yang juga seperti kalian tahu sudah menjadi almahumah. Tetapi, undangan itu dilayangkan kepada papa. Saya juga harus tahu diri, sekarang saya adalah wakil ibu saya mau tidak mau. Jadi, saya nekat pergi ke sana, berharap tidak mati gaya karena pergi sendirian. kalaupun tidak ada yang saya kenal, saya sudah berniat untuk makan sebanyak-banyaknya hehehehe.

Terus terang, saya ketika tiba, hati saya agak riuh. Tempat undangan masih kosong kecuali keluarga mempelai sudah ada, tapi parahanya tidak ada satupun yang saya ingat. Bahkan ibu pengantin perempuan pun saya tidak tahu. Mau perkenalkan diri, tapi tidak tahu pada siapa. Alhasil masuk WC. Sengaja berlama-lama.
Ketika sudah tenang, baru saya keluar dan menyalami keluarga penganten, sambil menebak-nebak apakah mereka mengenali saya atau tidak? Maklum, saya terkenal seperti ciplakan ibu saya. Baiklah, urusan salam menyalam terlewat sederhana tanpa cerita. Masuk ke cerita pencarian tempat duduk.
Dengan trend masa kini, Event organizer yang mengambil alih posisi pengaturan tempat duduk yang dulunya diisi oleh para anggota keluarga. Alhasil, terjadilah percakapan berikut.
EO 1: ........ (diam menunggu sambil memberikan senyum tercantik)
Saya:... (berdiam sejenak menunggu ditanya, tapi karena si EO 1 diam tersenyum), "saya dari keluarga perempuan"
EO1: kartu mejanya ce...(masih tersenyum manis)
Saya: (kagok), saya tidak dapat kartu meja, tp saya dari keluarga perempuan
EO 1 bertemu EO2
saya disambut EO 3
EO 3: Kartu meja ce
EO4: teman kuliah ya?
Saya: bukan, saya dari keluarga perempuan dari Makassar. Di kartu souvenir cuma ada nama ayah saya
EO2 membaca peta meja rumit dengan nomor-nomor
EO2: meja 42 saja ya...
Saya: manggut-manggut
Sesampainya di sana, saya duduk dengan 2 orang lain yg saya tidak kenal tp mereka jelas keluarga perempuan.
Saya menunggu dan menunggu...
Selang beberapa waktu, meja mulai diisi. Kursi di samping saya ditarik ke belakang. Begitu saya menoleh, betapa bahagianya saya, orang yang menarik kursi itu adalah orang yang saya kenal baik :)
(Adegan wajah saya, tersenyum sumringah. Adegan hati saya berteriak gegap gempita, seperti meloloskan bola salju yang menggumpal... hahaha) 
Kursi itu ditarik oleh istri sepupu mama saya yang lain. Mantu dari saudara perempuan kakek saya.saya cukup akrab dengan beliau, Angkim Nirma, angkim favorit saya dengan gaya yang keren (ppsst; dia orang Bugis asli).  :) Lega... dan akhirnya wajah-wajah familier semakin bermunculan. Ketemu dengan Ai Shennie (yang ternyata saudara dengan papa si pengantin perempuan), yang bertahun-tahun cuma kenal lewat cerita mama, dan baru ketemu muka ketika dia datang melayat mama Januari lalu. Dan betapa ajaibnya, saudara ai Shennie yang tidak pernah saya temui (atau seingat saya begitu) mengenali saya dan memperkenalkan saya ke anak-anaknya lengkap dengan informasi di mana saya bersekolah.
Luar biasa sekali jaringan keluarga ini. Entah memakai sinyal apa.
Hahaha.
Pesta pernikahan tersebut sangat mengingatkan saya akan mama. Pasalnya, sudah lama mama tidak bisa pergi ke pesta-pesta seperti itu sewaktu mama hidup, sayalah yang selalu menjadi matanya. Saya selalu meng-update dengan sms. Siapa yang datang, si angkim ini pake baju apa, atau makanannya apa-apa saja. Semua saya lapor secara terperinci dan mama selalu bilang, dia seperti sedang ada di pesta :')
Saya merasa sangat bersyukur bahwa saya pergi ke pesta itu. Merasa sperti "sudah ditakdirkan"
Saya ingat, ai Shennie memandang saya lama, dan berkata "jangan sampai karena mamamu sudah tidak ada kau tidak cari-cari kita lagi :)" saya menjawabnya dengan janji akan selalu keep in touch.
 Ah Bulan Desember, hari pertama saja, saya sudah mengalami kejadian-kejadian yang menurutku bukan kebetulan.
yang pasti, Bulan Desember saya awali dengan mengikuti intuisi, dan intuisi saya mengatakan mengenai "bulan yang baik"
Tahun yang baik...
ya... "semua akan baik-baik saja"

CVB