Tuesday, October 4, 2011

Hati Bisa juga Bingung Mau Rasa Apa

...
mmm
Saya beneran bingung mau mulai dari mana...
Dari kapan-kapan, pikiran saya sibuk dengan segala macam hal. Benar-benar bingung. Memutuskan untuk pulang sudah bukan hal yang main-main. Melihat barang-barang saya saja sudah membuat perut sembelit... Ditambah pikiran tentang meninggalkan teman-teman... membuat dada saya sesak.

Mau tidak mau saya harus mengucapkan kata perpisahan, dan ketika mendengarkan wish mereka satu-satus serta melihat mereka melambaikan tangan, sudah membuat saya seperti orang ling lung. Bahkan memikirkan untuk berpisah saja sudah membuat saya tidak bisa nge-pack 2 hari yang lalu. Tahu-tahu, saya sudah terbaring di tempat tidur dengan air mata bercucuran dan dada yang sesak. Apalagi sesudah mengucapkan perpisahan, masih banyaaak sekali hal-hal yang ingin sekali saya katakan, tapi pikiran saya sudah sibuk mencerna situasi saat itu. Hati saya sudah capek, jadinya waktu itu saya merespon lambat-lambat.

Saya menyempatkan waktu di sela-sela nge-pack untuk mengutarakan isi hati saya di atas kertas untuk teman-teman. Tapi, menuliskannya saja sudah menyerap setengah dari energi saya yang tersisa. 3 hari pertama di bulan Oktober telah menyita energi saya sampai hampir ke titik nol. Seperti sedang mengerjakan tugas akhir saja haha... Tidak bisa tidur, makan pun terlantar, untungnya sehari sebelum berangkat saya usahakan untuk tidur lebih dari 4 jam, biasanya cuma bisa tidur kurang dari 4 jam karena saat itu mata saya benar-benar capek, memerah.

Kelihatannya saya seperti melebih-lebihkan. Mungkin banyak dari kalian juga pasti sudah beradu komen "Kenapa nggak tinggal aja kalau begitu?"
Inilah lucunya hidup. Hidup itu bukan hanya sekedar hitam dan putih. Manusia juga bukan sekedar baik dan jahat. Kita semua ada di sisi abu-abu. Apa yang kelihatan belum tentu yang sebenarnya. Atau dengan kata lain, kontradiksi itu selalu hadir dan nyata.

Salah satu contohnya... saya merasakan kelegaan sekaligus sedih setelah memutuskan untuk pulang. Ada bagian dari hati saya yang bersorak gembira menyetujui keputusan ini. Saya belum bisa menjelaskan apa itu... tapi yang pasti... saya merasa keputusan ini adalah keputusan yang paling tepat. Sama seperti wanita yang ingin membeli baju. Ketika ia sedang mencoba, ia merasakan baju itu jatuhnya lebih pas di tubuh, dan membuatnya kelihatan lebih menarik, padahal ketika kita melihat baju tersebut, baju itu tidak terlalu berbeda dengan baju-baju lain...
Namun, di saat yang bersamaan... meninggalkan orang-orang yang sudah dianggap keluarga sendiri itu beratnya bukan main. Apalagi, Minneapolis berikut orang-orangnya telah membuat saya benar-benar merasa nyaman. Kalau yang ini diibaratkan seperti baju tidur yang lusuh yang sudah bolong sana-sini, namun yang seperti itu yang bikin nyaman.

Maafkan saya jika ilustrasi atau analogi saya kurang berkenan. Sungguh, otak saya masih susah bekerja... Hati saya sepertinya bingung mau rasa apa...
Rasa senang karena bakal pulang, menyambut pengalaman baru, bertemu papa mama, berbicara bahasa ibu - tidak perlu bersusah-susah berbahasa Inggris, dan tidak perlu membuang uang yang banyak hanya untuk semangkok bakso.
atau, rasa sedih... karena... saya terpaksa meninggalkan mereka-mereka yang telah membuat saya merasa 'penuh'. Melengkapi saya...

Siapa sangka, saya yang begitu liarnya dulu, bisa berinteraksi dengan orang-orang sensitive. Ya, saya masih seringkali menyakiti mereka dengan tingkah laku dan kata-kata saya... tapi melihat saya yang dulu, kalian pasti menyetujui kalau saya tidak berjalan di tempat.
Jangankan itu, siapa sangka saya bisa menyelesaikan studi hanya dalam 3 stengah tahun, padahal saya dulunya sering harus me'retake' kelas-kelas yang parahnya adalah kelas psikologi...
Ada banyak hal lain yang membuat saya bersyukur bisa ditempa di Amerika. Kejatuhan-kejatuhan saya di sini juga kesuksesan saya di sini telah membuat saya menjadi orang yang lebih matang.

4 tahun di sini surprisingly lebih berkesan daripada 18 tahun di Indonesia. Pasti yang senasib dengan saya mengerti maksud dari perkataan saya, dan menyetujuinya.

...

Nevertheless, saya lumayan jamin kalau keputusan saya kali ini bisa-bisa menjadi keputusan yang akan saya syukuri lagi. Mengingat, ada banyak symptom-symptom yang sama terjadi ketika saya memutuskan untuk pindah dari Seattle ke Minneapolis. Salah satunya adalah saya merasa besar hati dengan keputusan saya untuk pulang. Walaupun, saya sempat takut dan tentunya sedih, tapi... saya berdoa... moga-moga hati saya tidak bohong.
Dan dia sudah sering membuktikan bahwa dia tidak pernah bohong...

PS: saya sebenarnya masih bingung mau tulis blog seperti apa... ada banyak sekali yang ingin saya bagi... inspirasi sudah ada, tp tiba2 motivasi saya lenyap. Jadi, maklumi saja jika Anda harus membaca isi hati saya dulu, karena saya benar-benar bingung...
ada-ada saja chendani ini...


CVB

No comments:

Post a Comment