Monday, August 1, 2011

Bensin yang tidak mahal namun berharga

Sudah cukup aku bersama mereka yang membuatku tersenyum lagi. Bukan tidak mungkin aku membutuhkan mereka lagi. Itu sudah mutlak. Sahabat itu adalah bensin. Makanan. Penambah energi yang tidak mahal. Mereka dengan cara, gaya, dan karater masing-masing, adalah sesuatu yang dapat kita miliki secara cuma-cuma namun harganya tak terjemahkan dalam benda bernama uang. Terima kasih... :)
Aku di sini bukan ingin mengeluh tentang hujan keras yang membuat basement kami banjir (lagi). Namun, aku di sini untuk mencatat tentang satu lembaran baru dari kisah perempuan lemah ini. Sudah dari akhir pekan kemarin, mereka yang aku sebut sahabat telah memberi aku "makanan" cukup. Minneapolis yang mendung tidak membuat perempuan ini meredup. Sebaliknya.
Ia berpikir kini waktunya sendiri, bermimpi kembali lalu bangun dan membuka pintu. Mulai berjalan menapaki hidup dengan arah yang pasti. Tujuan mutlak lenkap dengan denah sudah dipersiapkan. Ada gesekan mesin yang mendesis di hatiku untuk mendorongku menginjak gas, berjalan ala mesin ke sebuah tujuan. Sebuah persinggahan pertama. Simpangan di ujung sana. Aku tak tahu akan bagaimana rupanya, namun aku tahu bahwa aku ingin berhenti di ujung persimpangan itu. Dan dari sana, aku tidak akan berhenti.
Aku akan bermimpi lagi, lalu bangun dan melangkah ke tujuan berikutnya. Aku punya firasat bahwa aku tidak akan berhenti selagi napas masih berhembus dari raga perempuan ini.

Untukmu kawanku... terima kasih...
Kalian adalah bensin untuk mesin yang mogok selama 2 bulan ini.
 
Baiklah, sudah cukup saya berkata-kata. Aksi adalah satu-satunya bukti.
(long sigh......)

CVB

No comments:

Post a Comment