Aku tidak berbohong bahwa hari itu, langit luar biasa indah. Langit biru yang sama, bumi yang berputar mengelilingi matahari, dan aku yang menikmati langit dari dalam pesawat. Tak bisa mencemooh orang-orang yg hobi mengepost foto2 langit saat mereka ada di pesawat karena memang langit bisa menjadi begitu indah.
Dari waktu ke waktu tiap kali aku memandang ke luar jendela kecil itu, awan-awan ikut menghibur dengan segala bentuknya. Ada yang menggumpal besar, melambung lambung seperti kapas atau tersebar dengan bentuk tipis. Langit seperti terbelah dengan warna gradasi mengikuti tutupan awan dan letak cahaya matahari.
...
Kukira tak ada kata-kata yang bisa kuketik untuk memberi tahu kamu bahwa aku terpukau. Terpukau akan langit. Itu saja. Tak pernah aku tersenyum begitu rupa hanya karena langit.
Kau tahu, perjalanan 1 jam itu terasa begitu nyaman. Mirip seperti perjalanan antar kota melalui kereta di mana kau bisa saja terhibur melihat rumah-rumah, penduduk, pohon, atau bentangan sawah. Aku hanya melihat deretan awan yang tidak pernah berbentuk seragam. Semuanya mempunyai bentuk lain. Menghibur. Indah.
Belum cukup sampe di situ... aku lihat dia...
Pelangi
Di antara kerumunan awan.
Aku tak pernah tersenyum begitu lebar ketika melihat langit.
Aku pun tak pernah tersenyum begitu lebar melihat hidupku di tahun 2014 yang akan berakhir ini.
Sudah waktunya sisa 3 hari di tahun 2014, aku menikmatinya dengan lambat. Tidak perlu terburu-buru. Aku pun sadar betul bahwa kita tidak boleh berhenti berdoa untuk tahun 2015. Tahun sudah mau berakhir, tapi tiba-tiba terjadi tragedi air asia, Gassing hari ini tak pulang, dan banjir masih mengancam.
Namun, sejenak biarkan aku lamat-lamat mengingat langit yang amat indah itu.
Aku sadar... bahwa dunia boleh berubah tapi langit ada di situ terus. Langit hanya terlihat berubah sesuai dengan angin yang membawa kumpulan awan dan letak bumi saat mengelilingi matahari.
Sebelum mendarat, aku merasa beruntung bisa menyaksikan sesuatu yang menurutku patut dikagumi. Tempat kami masih cerah, namun tak lama lagi, kami akan memasuki daerah mendung. Di depan sana, awan-awan sudah menyatu menutupi cerahnya matahari yang masih ada di sini. Sinarnya terus ada di situ, namun awan gelap menghalanginya.
Hidup terup berjalan dan kita berevolusi menurut pengalamannya. Masing-masing mengalami awan yang tipis sehingga cahaya matahari masih bisa menyinari. Atau ada saatnya kita mengalami awan hitam tebal yang membuat kelam. Padahal matahari yang sama, awan yang sama, manusia yang sama. Situasi yang berbeda.
Sedetik ini masih terang. Besok hujan. Malam ini langit cerah tanpa awan.
Begitulah...
Aku tak sabar dengan 2015. Apakah langit kita akan cerah? Kelabu? Atau badai? Lalu apa pelangi akan muncul? Aku rasa... semua akan ada waktunya. Kita semua akan mengalami itu semua. Sudah ada porsinya. Tinggal bagaimana kita bersikap.
Bukankah begitu selalu?
Selamat menyonsong tahun baru.
Pray for air asia.
And dear Gassing, please come back home
Terpana indahnya mentari
Kita yang menari berlagu misteri
No comments:
Post a Comment