Kira-kira sudah 10 tahun berlalu. Sekarang aku betul-betul dikelilingi batu-batu nisan mewah dengan segala kemegahannya. Tinggal tunggu waktu aku ditebang sebelum bungaku gugur. Ada desas-desus bahwa aku bisa saja ditebang karena akan dibangun pagar besi di sekeliling kuburan seorang kakek tua. Kuburannya tepat di depanku. Kuburan yang sepi namun terawat.
Hari ini ada beberapa orang yang datang membawa alat ukur. Seorang wanita dengan 2 pria. Mereka mulai membicarakan rencana-rencana mereka. Aku hanya menatap lesu dan sambil bergerak seadanya karena tiupan angin yang tidak kencang. Merasakan tiap sengatan matahari dan membiarkan daun-daunku berfotosintesis. Tiba-tiba, salah satu pucukku bergerak kencang. Kukira habislah riwayatku. Gergaji segera mengeranyam dan memotong habis badanku yang masih muda ini. Lama-kelamaan, aku merasakan bahwa dahan-dahanku masih utuh, daun-daunku masih mengerjakan tugasnya dengan sukses, memberi makanan kepada tubuhku dan melepaskan oksigen ke luar.
Kupasangkan telingaku dengan hati-hati.
*"Janganmi. Nda usah mi ditebang. Biarmi saja, kita pasang pagar lalu nanti kita pasang kawat duri saja di sekitar pagarnya mengelilingi pohonnya" wanita itu berkata.
"Ya... cocokmi itu. Eh kau rasa ada bau-bau wangi?" kata seorang pria tegap.
"Itumi, makanya janganmi tebang, biar kasih angkong bau-bau wangi sedikit" jawab wanita itu dengan santai sambil membersihkan sisi-sisi kubur.
satu bunga terjatuh dibawa angin, terletak manis di atas pasir-pasir sepi sebagai tanda terima kasih
Taken from tumblr. |
CVB
No comments:
Post a Comment