Tuesday, February 28, 2017

Di balik Retina

Snapchat, insta story, bahkan what's app status sudah membuat kita semua secara tidak sengaja berlomba-lomba "pamer" secara instant. Travelling sekarang diibaratkan dengan foto-foto instagram-worth dibandingkan memori itu sendiri. Tidak banyak yang meng-hire professional photographer untuk membuat sesi foto panjang selama liburan. Memakai saltum (bayangkan summer dress di 15 derajat celcius). Dan banyak lainnya. Nggak jarang, momen jalan-jalan itu berhenti ketika kita sudah merasa kalau kita sudah mengambil foto yang bagus.
Memang tidak bisa dipungkiri, jalan-jalan ke tempat baru banyak hal yang menarik. Banyak hal baru dan unik. Nggak jarang, kita berasa seperti fotografer yang merasa "ini momen untuk foto." Tapi, pada akhirnya, kita jadi sibuk foto-foto atau merekam momen tersebut tanpa tersadar kalau kita nggak benar-benar berada di momen tersebut, menikmati.
Aku selalu percaya bahwa tiap tempat itu punya cerita. Mau kita sudah sering ke tempat itu, atau pertama kali, tiap tempat selalu memberi cerita baru. Salah satunya Jakarta kemarin. Menurutku, perjalanan kali itu termasuk istimewa di antara hal-hal biasanya saja.
Perjalanan kemarin itu, aku merekam dengan retina. Ada banyak hal yang membuatku gatal untuk merekam. Tempat air suci di Gereja ada tertulis - Tempat air suci, bukan tempat cuci tangan-, sinar-sinar matahari yang tembus dari mozaik di dinding Gereja, Jakarta dini hari, air mancur depan monas, dan seterusnnya dan seterusnya. Jakarta kali ini amat sangat menyenangkan. Aku sama sekali tidak terjebak macet. Memang, aku cuma jalan-jalan sekitar daerah Thamrin. Dalam 3 hari, aku mengagumi gedung-gedung pemerintahan yang megah-megah, dan hotel-hotel bintang lima di sekitar situ. Jakarta sebenarnya cantik. Akhir pekan yang lalu, aku menikmati setiap warna-warna yang berseliweran.
Subuh pukul 2 dini hari, Jakarta tetap belum sepenuhnya terlelap. Penjual tahu bulat dengan semi trucknya berada di sekitar bundaran HI, ada beberapa orang yang mengambil gambar berlatar belakang patung selamat datang dan Mandarin Hotel, ruas jalan Thamrin yang hanya terisi 2 sampai 3 mobil. Semua ini terjadi di balik retinaku. Terekam menuju hippocampus, dan sekarang dideskripsikan melalui kata-kata.

Sekali-sekali postingan tanpa gambar atau foto hanya berisikan huruf-huruf. Karena, menurutku aku lebih menikmatinya tanpa harus buru-buru untuk merekamnya dengan handphone.

Semuanya terekam di balik retina...



CVB

No comments:

Post a Comment