Besok hari Sumpah Pemuda - 28 Oktober 2012. Entah mengapa gaungnya tidak kedengaran sama sekali. Beberapa intelektual sudah menyadari bahwa adanya pergeseran besar dalam menyadari ke-Indonesiaan kita semua. ke-Indonesiaan kita tercoreng oleh tindak kekerasan, korupsi, pendidikan sok internasional, terorisme, fanastime, dan lain-lain. Ingat-ingat ketika saya masih berada di bangku sekolah, kami semua berpendapat bahwa untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, pendidikan adalah cara terbaik. Namun, itu semua hanya bualan belaka ketika kita melihat pendidikan di negeri kita.
Ada benarnya bahwa saya adalah salah satu orang yang berpendapat bahwa menempuh pendidikan di luar membuka wawasan. Itu tidak dipungkiri, begitu juga sebaliknya. Orang-orang di luar negeri juga berpendapat sama. Namun, mengadopsi sistem pendidikan asing di tengah masyarakat yang kolektivis begini rasa-rasanya sama saja mencemarkan identitas diri. Harusnya, ada sistem-sistem serapan yang digunakan, bukan mengadopsinya mentah-mentah. Jangan lupa, bahwa kita ini orang-orang kolektiv dari jaman behula. Tidak bisa diporak-poranda dengan sistem kultur individualis.
Ironisnya lagi, saya mengajar di sebuah sekolah nasional plus. (menarik napas panjang). Mungkin harus begini jalannya supaya saya bisa mengamati betul apa yang sebenarnya terjadi. Saya tentunya tidak bisa menyamaratakan seluruh sekolah nasional plus dan internasional yang ada di Indonesia. Tentunya ada banyak kelebihan-kelebihan yang signifikan dari sekolah-sekolah nasional plus dan sekolah-sekolah internasional itu. Tetapi, saya masih berprasangka bahwa banyak di antaranya hanya dibangun untuk keuntungan bisnis belaka.
Hm....
Saya masih tidak begitu banyak membaca tentang sejarah hidup para pejuang sekolah dulu, hanya sebatas tahu dari sana-sini. Hanya, saya mendapatkan kesan yang sama, pendidikan dahulu mengutamakan sopan santun, dan rasa kebangsaan yang tinggi.
Ya... saya salah satu orang yang tidak mengindahkan arti upacara Bendera saking seringnya dilakukan. Saya juga bingung waktu disuruh melafalkan Pancasila setiap pagi. Tetapi... ssh... Pelajaran PKn, atau yang lebih dikenal Kewarganegaraan saya dulu cukup tinggi. hahaha, saya memang gila berdebat dan suka menghafal. Harusnya saya di IPS tapi itu dia, terkonsumsi sama diskriminasi kelas. ck ck ck. Yah... itu adalah beberapa penyesalan yang saya akukan.
Hm...
Sebaiknya dalam mencoba menyelesaikan masalah, kita coba dengan pertanyaan. (terbawa kebiasaan psikolog haha).
1. Sistem Pendidikan apa yang cocok dengan kultur kolektivis tetapi sekaligus ingin ikut dalam pergerakan globalisasi?
2. Sistem pendidikan second language yang bagaimana yang bisa membuat murid-murid mempelajari bahasa Asing dengan fasih.
3. SDM yang bagaimanakah yang pantas mengajari anak-anak bangsa?
4. Apa poin yang ingin dititikberatkan di setiap kurikulum?
5. Apa yang perlu dilakukan dengan perpustakaan publik?
6. Apa output yang ingin dihasilkan?
7. Input seperti apa yang diperlukan?
Tentunya daftar pendek ini hanya sebaagai pantolan saja. Bukan mutlak. Ada hal-hal penting yang harus diutamakan.
Di link ini, ada beberapa ulasan yang cukup rasional dan bisa menjadi insight untuk kita mengenai pendidikan ke depannya...
Hm... apa yang salah ya?
bagaimana caranya supaya meningkatkan pendidikan di Indonesia.
Terus terang, hati saya sedih ketika mengunjungi salah satu universitas negeri di Makassar, yang katanya terbaik. Tetapi, ketika sampai di sana, gedung, situasi, lingkungan, perpustakaan, hingga kantin tak lebih baik dari pasar sentral.
Sekali lagi, saya tidak ingin mengeneralisasikan semuanya, ini hanya dari kacamata saya yang kebetulan menyorot pendidikan di kota Makassar. Ini... membuat saya sedih...
Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia...
CVB
No comments:
Post a Comment