Tuesday, January 24, 2012

Doa yang Tersebut

Teori saya tentang adanya eksistensi dari "Life Processor" itu sebenarnya bukan hanya bualan isi kepala saya yang kadang-kadang melantur. Doa-doa itu dirajam, diputar, dicincang halus dan menghasilkan sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya. Setelah lulus, saya tidak henti-hentinya bergumam dalam hati.....
"Saya masih ingin belajar"
"Saya masih ingin sekolah. Kalau kerja sudah tidak ada libur"
"Saya masih ingin belajar literatur dan mitologi"
Belum lagi dalam lubuk hati terdalam ada rasa jatuh cinta yang sangat besar terhadap anak-anak. Secara blak-blakan, punya anak adalah cita-cita saya.
Bisa dibilang, pekerjaan saya saat ini adalah hasil 'rajaman, cincangan, kerjaan' si "life Processor" itu.
Tidak pernah terbayangkan ... Sungguh... Tidak pernah terbayangkan setelah lulus dari University of Minnesota, saya memutuskan untuk pulang. Tidak pernah terbayangkan dengan titel Bachelor of Arts in Psychology melamar kerja menjadi seorang  p.e.n.g.a.j.a.r. Pekerjaan sebagai guru itu berada di bawah kolong tempat tidur. Tidak pernah terintip.
Aneh rasanya ketika saya menyadari ini semua.
Pertama ketika melamar, dalam pikiran saya itu menjadi guru pengajar anak-anak autis. Latar belakang pendidikan saya sejalan, berbau-bau sesuatu yang seperti itu, walaupun jujur saya masih merasa pengetahuan saya itu masih minim. Dulu, saya lebih banyak mengambil kelas-kelas yang berbau social.
Anyway!
Dalam sesi wawancara yang dilakukan dalam bahasa Inggris, si empunya sekolah menawarkan saya untuk "dicoba" dulu di sekolah National Plus nya. Yah... kata "dicoba" itu menurut saya temporary. Bisa saja, harapan saya untuk bekerja sesuai titel masih belum pupus. Alhasil, saya ditempatkan sebagai Teaching Assistant di K2 - TK A. Kelas itu berjumlahkan 26 anak pada awalnya. 10 anak perempuan, dan 16 anak laki-laki. Si empunya sekolah berkata bahwa saya diberikan waktu 1 bulan untuk 'dicoba.'
Sebulan pertama, perasaan saya campur aduk. Secara umum, sekolah ini masih harus memperkuat diri. Masih banyak hal yang harus diperhatikan. Disiplin anak misalnya dan lain-lain sebagainya. Tapi, postingan ini buat untuk bericara panjang lebar soal baik buruknya sekolah ini. Ini hanya sebuah ketikan panjang lebar soal doa-doa saya.

Pemandangan saya tiap pagi itu seperti lembar buku dongeng anak-anak yang penuh dengan warna-warni. Meja dengan warna kuning, merah, oranye, ungu, dipenuhi dengan tempat bekal yang juga berwarna-warni. Tas berwarna pink berjejer rapi di salah satu sisi, sedangkan sisi yang lain lebih banyak didominasi dengan tas Mickey mouse, atau super heroes. Pendengaran saya selalu diisi dengan suara lugu anak-anak yang berkata manis "Good Morning Ms. Chen" atau suara tangis anak-anak toddler yang memang masih berumur 2 tahun lebih. Saya dikembalikan ke dunia ini. Dunia yang tangis itu dikeluarkan semaunya tidak ditahan-tahan, tawa itu dikeluarkan jika hati senang bukan karena terpaksa, dan warna ungu masih berwarna ungu bukan biru yang dicampur merah.
Tidak bisa bohong kalau kadang darah saya seperti bergejolak gara-gara panas yang memuncak. Anak-anak itu kadang terlalu dimanja oleh orang tuanya. Apalagi kalau makin liar. Tapi, ya... saya juga luluh melihat mereka bermanja-manja dengan saya. Ketika menonton video, ada yang merayap dan langsung naik di pangkuan. Ada yang ketika berpapasan dengan saya langsung menghempaskan diri dan melingkarkan tangannya di kaki. Kadang-kadang mereka bisik dengan malu-malu berkata "I like Ms. Chen" ahh ternyata ini rasanya jika orang menyatakan perasaannya. Bisikkan mereka itu terdengar renyah sekali. Saya jadi tidak mau tanya "kenapa." Memang tidak perlu juga. Masuk ke bulan kedua, saya diminta untuk menjadi Subject Teacher and guess what, they asked me to teach English - Literature, Grammar, and Vocabularies.

Sastra... menurut saya pelajaran yang surprisingly saya nikmati. Sejalan dengan meningkatnya interest saya terhadap dunia tulis menulis, semakin saya tertarik pada dunia Literature. Apalagi saya mempunyai ketertarikan khusus dengan Mitologi. Mau Yunani, Indonesia, Viking, dan segala-galanya. Kalau bisa saya ingin melahap habis semua kitab-kitab tebal itu. Aneh memang. Dunia saya itu seperti ingin ke belakang terus. Bukan maju ke depan dan lebih memahami tentang ufo, hologram, atau bahkan dunia digital. Saya lebih tertarik menyelusuri perang Mahabharata, mengagumi pedang Excalibur, atau membaca cerita-cerita yang berisikan Hobbit, satyr, kraken, Fenrir, atau membayangkan adanya tongkat ajaib. Tawaran ini adalah tiket saya untuk mengunjungi dunia yang penuh fantasi itu. Aaahhh. Walaupun kadang-kadang bingung mau membawakan bahan apa, memutar otak untuk membuat soal, menerka-nerka di mana kemampuan mereka yang harus diasah, dan sebagainya. Belum lagi menghadapi murid-murid tingkat SD yang yah... memang lebih susah diatur. Tapi, kata teman-teman saya orangnya galak malah saya dibilangi biar nggak galak-galak sama anak-anak hahahaha..
Ah pekerjaan ini...

Ya untuk saat ini ... inilah jawaban.
Inilah doa yang terkabulkan.
Untuk itu... saya akan terus berdoa. Doa saya belum selesai....
Kadang ada rasa sesal karena saya merasa diploma saya bisa membuat saya mendapatkan gaji yang jauh lebih besar. Angkanya bisa jauuuuuuh dengan angka yang saya dapatkan sekarang. Tidak perlu berkata soal orang luar, keadaan di dalam rumah sendiri masih memberikan tekanan. Namun, gaji itu hanya nominal, ada yang jauh lebih penting daripada itu semua. Dan semua yang sekarang saya dapatkan itu adalah penting.
Saya rasa ... ini baru awal. Perjalanan saya masih jauh. Mimpi saya masih di sana. Namun, yaaa... doa saya dirajam, dihaluskan, diputar sana sini... supaya mendapatkan 'tingkat kehalusan' yang pas...


Dan doa-doa itu masih dipanjatkan

PS: Terlebih, sudah ada bukti nyata bahwa doa itu didengar...
I Am VERY PROUD of YOU MY Dear Friend... Sara Lea



CVB

No comments:

Post a Comment