Sunday, May 10, 2015

America, I'm in Love

Kenangan itu masih melingkar dengan mesra di sudut pikiran. Enggan diusir. Entah itu dingin yang menyapu-nyapu hidung hingga memerah, tangan yang membeku karena kedinginan, otot kaki yang meraung minta istirahat karena kebanyakan jalan, atau karena matahari yang terang menemani? Semuanya ingin diingat-ingat. Toh tiap harinya, selalu ada saja hal-hal yang mengundang senyum. Ini perihal kunjungan ke tempat-tempat baru yang asing namun terasa akrab. Tempat yang belum pernah aku kunjungi di Amerika Serikat (kecuali Chicago).


Perjalanan kemarin seperti menjalani cerita cinta. Tiap kota mempunyai 'cerita cinta'-nya masing-masing. Katakanlah Chicago itu adalah cinta pertamaku. Aku jatuh cinta dari pandangan pertama, kali kita bertemu di tahun 2011. Sampai sekarang pun, aku masih kesemsem setiap kali menyusuri jalan-jalannya yang cantik. Tak perduli seberapa jahatnya angin di sana, aku tetap jatuh cinta. Tetap suka, tetap terobsesi. Memimpi-mimpi apa yang bisa saja terjadi.

Art Institute of Chicago - Chicago



Washington DC adalah pertemuan dengan "pria idaman"ku. Aku tahu aku akan suka dengan Washington DC. Tertarik dengan gedung-gedun bersejarahnya, monumen-monumennya, Bapak Abraham Lincolnnya, semuanya. Dan benar, aku terkagum-kagum dengan bapak Abraham Lincolnnya, seperti sedang menemui patung dewa Zeus yang megah. Semuanya sempurna sejalan dengan kriteriaku, namun ada yang terasa kurang. Karena ternyata pada akhirnya, apa yang kita ingingkan belum tentu adalah yang terbaik bukan? Tapi, aku senang sudah pernah ke Washington DC dan masih ingin kembali lagi.
Lincoln Mermmorial Hall


Bertolak belakang dengan Washington DC, Philadelphia memberiku kejutan. Sebuah kota yang ada jauh sebelum Washington DC, benih negara Amerika Serikat. Dia yang kelihatan angkuh dengan segala museum seninya dan patung-patung indah di sudut jalan, namun ketika didekati malah kita merasakan betapa ramahnya kota ini. Seperti sedang bertemu pria di sebuah pesta. Kelihatan terlalu keren untuk didekati, namun ketika ngobrol, malah tak mau berhenti. Aku tidak menyangka Philadelphia adalah sebuah kota yang cantik dengan segala cerita sejarahnya. Semuanya setuju, belum mau beranjak dari Philadelphia.
Philly


Akhirnya, aku menemui si "the one" di Vermont. Kalau disuruh untuk menetap, aku akan memilih Burlington, Vermont. Dia tak besar untuk kota besar, namun tak terlalu kecil sampai merasa bosan. Tempat yang semuanya bisa diraih. Dia terlampau ramah dan membuatku merasakan seperti di rumah. Tentu saja, aku tak akan menolak melihat danau Champlain di bagian barat, dan gunung-gunung yang melingkari sepanjang mata memandang. Kau terlalu cantik Burlington. Terlalu. Gedung-gedung tua atau gedung pencakar langit memang keren, tapi tidak akan pernah mengalahi alam. Burlington seperti bertemu dengan seorang pria yang membuatmu terpukau sekaligus merasa nyaman. Yang membuatmu betah walaupun ia tak terlalu hebat. Burlington itu seperti pria yang biasa-biasa saja, namun entah kenapa kita ingin terus kembali dan kembali. Berlama-lama. Kota yang kokoh dengan segala prinsipnya. Tak boleh ada billboard, kurangi penggunaan botol plastik dan hal-hal lainnya lagi.
Burlington

Aku geli mengetik metafora ini. Berlebih, tetapi kota-kota ini pantas diberi perhatian lebih. Amerika Serikat itu lebih daripada sekedar Rodeo Drive, Golden Gate, atau Manhattan. Amerika Serikat juga menyimpan tempat sederhana yang membuatmu merasa di rumah. Ada lebih banyak lagi daripada sebatas gedung-gedung pencakar langit. Di tiap tempatnya, ia mempunyai cerita masing-masing. Mempunyai sejarah sendiri, wajah sendiri. Mulai dari arsitektur dan perilaku orang-orangnya. Chicago, kota megapolitan yang masih membuatmu merasa aman, walaupun keluar malam-malam. Dengan semua gedung dari tahun 1800an sampai 2000an masih berdiri saling bersebelahan. Washington DC dengan hal-hal yang berbau gedung putih dan gedung-gedung yang tak boleh lebih tinggi dari capitol building. Philadelphia, yang orang-orangnya ramah semua, tanpa mengenal kulit. Dengan gedung-gedung  bersejarah yang masih terawat.  Vermont yang tipikal orang gunung dengan pikiran yang modern. Dilengkapi dengan tatanan kota yang cantik. Amerika Serikat memang kadang sok jagoan, tapi oh well, tidak perlu alasan kan untuk jatuh cinta.



it is always good to be back. 
it is always good...

Aku akan kembali lagi, #akuberdoa...

CVB

No comments:

Post a Comment