...
...
Yes I am speechless.
One thing that I am sure, my heart never tells a lie.
Betul katanya, perjalanan ke Malaysia tidak boleh dipandang remeh, Menurutku dari semua traveling yang pernah aku lakukan, this could be added as an amazing one.
Nah, ceritanya begini,
As I told you, semuanya serba last minute, dan itu berlanjut sampai menit-menit terakhir aku beada di Kuala Lumpur.
Long story short, aku tidak jadi menginap pada akomodasi-akomodasi yang telah disediakan. Merasa bersalah tentu saja. Namun, semua itu karena situasi dan kondisi yang tak bisa ku elak. Merasa bersalah karena, akomodasi-akomodasi itu dicover sekolah-sekolah yang akan saya kunjungi.
Berawal dari tanggal 19 Juni 2014, Lim Kok Wing University molor luar biasa. Aku tiba di hotel Pullman sekitar pukul 8 malam.
Kebetulan atau tidak, aku memberi tahu contact person pihak sekolah lain yang akan mengcover akomodasiku, dia menjawab kalau counter residential house tutup jam 6 sore.
Kebetulan atau tidak, aku menelpon residential house tersebut, dan tak aada jawaban.
Kebetulan atau tidak, aku menghubungi pihak sekolah yang berada di Malaysia juga tak ada jaawaban. Respon datang pada pukul hampir 9 malam. Terlalu larut dari Cyberjaya ke Slangor, setelah diyakinkan dan meyakinkan diri, aku pun memutuskan untuk stay di Pullman.
Kebetulan atau tidak, salah satu agent yang juga ikut conference masih tinggal di situ sampai besok pagi. Tempat aman.
Keesokan harinya, aku seperti sedang menjalankan tugas rahasia. Rencana awalnya itu dari Pullman ke daerah Cheras dahulu lalu ke daerah Slangor. Karena, ingin menaruh barang bawaan. Tapi, apa daya, walaupun aku sudah membeli tiket kereta dari Putrajaya ke Bandar Tasik Selatan - untuk ke Cheras, setelah kereta behernti di Bandar Tasik Selatan, aku tetap di dalam kereta untuk menuju ke KL Sentral yang di mana di situ aku bisa transfer ke daerah Subang Jaya - Slangor. Yap, kuputuskan saat berada di atas kereta, karena melihat jam yang terus berdetik tanpa ampun. Tak perduli pihak sekolah itu mengatakan apa dengan melihat koper yang terlalu besar untuk orang yang diketahuinya hanya menghabiskan 1 malam di KL. Apapun yang terjadi, terjadilah.
Tiba di Subang Jaya agak telat, sedikit kikuk bertemu dengan pihak sekolah. Tak enak hati, karena tak menginap di tempat yang telah dia sediakan. Tapi, sikap tak pusingku dan serba pasrah membuatku lolos dari tembakan pertanyaan-pertanyaan mautnya. Bahkan boleh dibilang dia mengiba dengan keadaanku yang setengah ngos-ngosan, membawa koper sana-sini naik transportasi umum.
Setelah urusan Subang Jaya selesai, aku pun kembali menuju KL Sentral dan langsung meluncur ke daerah Cheras. Buta arah, hanya mendengar informasi dan bertanya sana-sini akhirnya ketemu juga dengan shuttle bus yang menuju ke kampus yang aku mau. Di bus pun, aku ditolong mahasiswa Korea yang baik hati rela memegang koperku selama berada di bus, melewati jalan berkelok-kelok. Bahkan sampai dibawa turun ketika sampai ke tempat tujuan.
Urusan Cheras selesai dengan aman, dan aku tiba di residential house dengan tentram. Kamarnya agak aneh menurutku. Berada di antara meja-meja di kafetaria, kamar mandi nyambung ke kamar yang tak jelas arah keluarnya ke mana. Lumayan spooky, tapi apa daya, badan terlalu lemah untuk protes. I did my power nap for 15 minutes sebelum akhirnya harus bersiap-siap. Malam itu, saya bebas. Jadi, saya menghubungi kawan-kawan Melayu saya yang dulu bersekolah di UMN. Tak sangka bisa bertemu mereka kembali selepas 3 tahun berlalu!
Malam terlalu seru untuk dilewatkan begitu saja, dan ting tong, residential house yang tempat aku menginap itu tutup jam 12! Kami bahkan belum sampai di KL jam 12. kami pergi makan ke daerah Kuantan. Kiri kanan, gelap pekat ketika kami berada di jalan tol. Begitu masuk daerah kampung, teman saya orang Melayu sendiri terperangah melihat ada Excelso di kampung, bahkan ada Tresco. Saya malah terkagum-kagum melihat kuil Hindu kecil di kiri jalan. Berikut, teman saya menyeletuk "itu ada masjid" tak lama setelah kami melewati kuil Hindu. Beberapa waktu berikutnya, teman yang satu lagi tertawa sambil ngomong "itu ada church." Penemuan sederhana itu membuat saya senang entah karena apa. Mungkin karena bisa mengenal Malaysia dengan sisi yang berbeda. Mereka ada negara tetangga yang isinya ada 3 bangsa besar. Melayu, China, dan India. Negara Islam dengan 3 bangsa yang kuat budayanya. Dari dulu, saya selalu tertarik membahas Malaysia dan tidak jarang saya mengambilnya sebagai topik paper.
Kembali ke jalan. Begitu masuk ke daerah yang kita tuju - restoran seafood, ada klenteng di kiri jalan lagi. Lngkap sudah penemuan rumah ibadah. Kami makan ketam - kepiting kari hijau.
Mendekati jam 10, aku memberi pengumuman bahwa benar Residential house tempat aku tinggal tutup jam 12 malam. Bagai Cinderella kesasar, aku resmi homeless lepas tengah malam. Lalu, yang membuatku makin terperangah dengan apa yang aku alami selanjutnya. Karena istilahnya "terlanjur basah", saya pun dibawa ke bukit dan kami melihat KL dari atas. Malam itu kota KL cantik dengan lampu-lampu, sekalipun pohon pisang harus dimasukkan ke pemandangan kami. kami duduk-duduk di mamak, warung-warung pinggir jalan. Mamak itu sebutan untuk orang India Muslim walaupun penjual di sana sepertinya orang Melayu asli. Kami minum teh seharga RM 2 alias Rp 8000 dan percakapan ngelindur mencakup 'bang Toyib" dan "Siti Dont Give Up!" hahaha
Lepas dari bukit entah apa namanya, kami turun ke kota. Meuju KLCC! alias menara kembar Petronas, landmark Kuala Lumpur, alias Monasnya Malaysia. Nggak special, tapi yang bikin istimwa, karena jalanan sepi, dan kami bebas memotret. Teman-teman Melayuku pun beraksi layaknya turis. Aku melewati downtown yang sepi. Love it.
Lepas pukul 2 dini hari barulah ada titik terang di mana Cinderella kesasar ini akan tidur. Tak lama setelah menutup telepon, kawanku itu bilang kalau aku sudah ada tempat tinggal. Apartment mewah di daerah Changkat dengan 3 kamar besar. "Ok?!" Letaknya pun tak jauh dari Bukit Bintang, salah satu mall besar.
Malam itu, aku seperti Cinderella yang menjadi putri ketika lewat tengah malam dan bukan sebaliknya. Selama hampir 24 jam aku merasa menjadi seorang putri. Menjadi satu-satunya cewek di situ tidak membuatku tak nyaman. Mereka santun. Walaupun, kalau mambo tahu, dia pasti merasa terbagi antara murka atau senang.
"mambo, they are really really polite guys"
Lagipula, begitu datang, langsung aku mengunci diri di kamar, dan membiarkan mereka menonton bola di luar. Kamarnya memang besar dengan kamar mandi dalam.
Besoknya, karena kami sudah di daerah shopping, mereka, para cowok-cowok itu rela menemani saya. Awalnya, tidak berencana untuk shopping sama sekali, hanya kebetulan ada barang yang dititipkan. Saya pikir saya juga sudah berada dekat dengan daerah shopping tersebut. Jadi, saya memutuskan untuk ke daerah shopping walaupun agak risih juga ditemani 4 cowok sekaligus. Mereka bahkan memegangkan hasil belanjaan!
Keterlaluan!
hahahahaha
Too good to be true.
Saya sampai bingung mau memutuskan rasa apa. Too perfect.
Perfection rises from Imperfections...
Sebelumnya kami brunch di kedai namanya LOKL, western food. NYUM! Recommended.
Boleh di kata...
Saya merasa perjalanan ini tidak berjalan sesuai rencana, tetapi dia berjalan sesuai rencana tangan yang tak terlihat. Semuanya seperti sudah diatur.
Tak ada kata-kata yang mampu mendeskripsikan apa yang aku alami.
Terlalu surreal!
Pada kesempatan ini, saya mengtahui KL saat jalan lengang malam hari, maupun pagi. Melihat Kuala Lumpur dari atas bukit, mmpelajari kehidupan mahasiswa, mengenal keramahan penduduk di sana, Gentleman bukan hanya ditemui di negara Barat, Timur pun mempunyai gentleman dengan gayanya sendiri, mengetahui sisi modern dan tradisional yang hidup berdampingan walaupun di tempat yang metropolitan. Mempelajari bahasa Melayu dengan sudut yang berbeda. Malaysia dan Indonsia memang serupa tapi tak sama.
Betul kata hati ini,
traveling ke KL mempunyai cerita sendiri, cerita yang luar biasa.
KL di nobatkan sebagai tempat yang paling punya cerita untuk saat ini.
Traveling solo seperti ini tak afdol kalau tak memberi wejangan hidup.
Betul kata Puty, traveling gives you so much more than just a trend or leisure.
It enriches yourself, "Travel is the only thing you buy that make you richer. Clothes and gadgets can go outdated, but experience has no expired dates" - taken from Puty
Betul, tak perduli tempatnya apa, bisnis trip semata, atau sekedar kewajiban, "traveling pushes you to go beyond the limit you drew yourself back home" Benar, ada banyak hal yang membuatmu harus keluar dari comfort zone.
yes, the trip has made me grow... which I could not define it right now. Too many things happening. The trip has left me thoughts that jumbling around. Still, I do believe.. my heart never tells a lie. It can lead you to the light when you feel at the darkest.
In the end, never gets bored when I say...
Thank you
Terima kasih...
I had fun...
tired, but happy
CVB