Friday, September 28, 2012

Sebuah Kebenaran

Bolehkah aku membuat sebuah pengakuan?
Sebuah pengakuan tentang satu "penyakit" yang sudah menggerogoti tulang batinku dari akhir tahun lalu?
Sebuah kebenaran yang membuat hatiku terasa perih seperti tersiram alkohol.
 
Katakan aku bodoh. Karena hingga sekarang aku masih merasakan sakit. Sakit yang timbul tenggelam. Sama seperti pasien-pasien terminal disease. Pelan-pelan menggeregoti. 

Diawali dengan sebuah pengakuan ...
pengakuan yang menyakitkan sekaligus manis dari seorang sahabat. Direnteti dengan sebuah kebenaran lain yang membuatku 'melihat'... bahwa... apa yang aku lihat 'indah' itu hanyalah sebuah panggung sandiwara. Panggung boneka. Tak lebih. Hanya beberapa lakon dari panggung itu adalah jiwa-jiwa murni tanpa topeng. Lainnya... tak lebih dari manusia picik berkedok dan berpikiran sempit. 
Saya mengaku... saya bukan makhluk sempurna... Tidak. ... Saya adalah makhluk menyebalkan... dan kadang menyusahkan orang sekitar...
Tapi... mereka... adalah orang-orang yang juga menutup mata... tidak melihat aku dan keadaanku... hanya bermain dengan apa yang mereka lihat, mengambilnya sebagai hipotesis sekaligus kesimpulan, sebelum dites kebenarannya. 
Ini cerita bulan Desember tahun lalu... tetapi... kenangan akan ini terus menghantui aku dan selalu membuatku sedih dan kecewa. sakit,...
Kenangan akan 'hidup yang indah itu' ... ternoda karena kebenaran itu... saya tidak pungkiri... kenangan indah itu seperti kamuflase... ilusi. 
Dari 10 jari, hanya 3 atau 4 jari yang bertahan untuk menghitung orang-orang yang memang benar-benar murni dan melihatku secara utuh tanpa kacamata palsu. 
Namun... lagi-lagi... 1 dari 4 jari itu memberikan aku kebenaran lain. kebenaran yang... membuatku sedih sekaligus bahagia...

matahari itu...bukan hanya milikku seorang...

Kebenaran yang ingin aku katakan hari ini...


aku rindu... tapi bingung mau rindu kenangan yang mana... karena kenanganku sudah terkontaminasi. dan aku makin sedih karenanya. tak bisa lagi bebas memutar film di kepalaku mengenai sebuah periode masa laluku yang membuatku tersenyum lebar. karena ternyata... itu palsu. dan kau tidak membantu






Biarkan ini menjadi pengakuanku yang terakhir. Semoga dengan mengakui ini, aku mengeluarkan racun itu pelan-pelan. karena sebenar-benarnya... aku masih mendaulat kamu-kamu adalah hal terbaik yang penarh aku lalui di hidupku. Kamu-kamu memabantu aku bertumbuh karena perbedaan kita.



 

CVB

No comments:

Post a Comment