Ini sebuah misi. Bukan sekedar short getaway. Ini sebuah perjalanan yang tidak saya lakukan sendiri. Saya... di temani...
Tepatnya, di minggu terakhir bulan February, saya memutuskan untuk 'menyingkir' dari Makassar barang sebentar. Cukup weekend saja.Sebuah keputusan impulsive yang didukung dengan serangkaian pencarian tiket yang terjangkau, maka ditetapkanlah bahwa tanggal 15 Maret adalah waktu yang tepat untuk misi 'penyingkiran' itu. Bagi saya... saya berharap 15 Maret itu "besok."
Kejadian demi kejadian yang saya alami di tahun 2013 membawa saya pada satu titik jenuh yang sangat. Ada keinginan untuk menikmati suasana baru. Kebetulan, kawan terbaik saya dari Seattle sedang berkunjung ke Indonesia. Apalagi kakanda beliau Stella Pacis berada di lokasi yang letaknya cuma 57 MENIT dari Makassar menggunakan kapal terbang. Jadi, kami mencapai kesepakatan untuk bertemu di tempat kakandanya itu.Tidak ada kata mundur dan tidak ada kata nanti. Yang ada cuma kata MAJU!!
3 minggu...
2 minggu
1 minggu.
Saya terus menghitung hari, dan benar-benar tidak sabar untuk melakukan misi 'penyingkiran' itu. Hingga tinggal beberapa hari, saya sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan di sekolah. Akhirnya, 2 hari sebelum berangkat pun, saya sudah mulai siap-siap. Padahal barang bawaan saya hanya untuk perjalanan 3 hari 2 malam, tepatnya 36 JAM. Tak lebih dan tak kurang. Namun, saya menyiapkannya dengan sepenuh hati.
Tempat tujuan saya ini tidak lain dan tidak bukan .... Bali, pulau dewata, sebuah bagian di Indonesia yang mempunyai warna tersendiri. Modern yet conservative. Tempat favorite mambo. Dan jujur, aku tidak begitu mengerti mengapa mambo begitu menyukai Bali. Bali seperti rumah kedua yang tak pernah benar-benar kusuka. Tiap kali liburan, pasti kami ke sana. Tetapi, aku selalu takut melihat patung-patung yang menjaga rumah-rumah Bali, bau kemenyan dan sesajen, dan segala cerita mistis tentang pulau Dewata itu. Semua itu tetap sama... hingga akhirnya... aku pikir bahwa aku sekarang mengerti mengapa mambo begitu menyukai Bali.
Bali... mempunyai trend sendiri yang disebut Baligenic (pertama kali dilontarkan oleh @DeeLestari dan kemudian saya tahu dari @saraleatunas). Jika di negara 4 musim mempunyai trend pakaian yang berbeda tiap musimnya, maka di Indonesia, ada trend berbeda di tiap tempatnya. Apalagi di Bali. Ada pakaian-pakaian yang hanya bisa dipakai di Bali. Sebagai seseorang yang cinta Bali, mambo saya ternyata menyimpan beberapa koleksi (*banyak sih) yang sangat Baligenic. Dan aku dengan bangga memboyong semua itu... hehehe
Berjam-jam saya mencoba semua pakaian yang Baligenic itu hingga dengan teguh, saya memboyong hampir semuanya hahahaaha. Padahal cuma untuk 36 JAM saja.
Keesokan harinya, senyuim tak lepas dari wajah saya. Rasa senang ketika mencoba pakaian itu terpatri penuh. Heran. Hanya mencoba baju, rasanya sudah senang sekaliii...
DAAN akhirnya, kalendar menunjukkan tanggal 15!
Tidak tunggu lama-lama, aku langsung ngebut ke bandara.
Begitu tiba... langsung sudah di sambut dengan pelukaaan panjaaaaaaang dari kedua sahabat saya itu. Dan, sesuai dengan rencana yang sudah kami susun ketika kami memutuskan untuk melakukan misi ini, kami langsung menuju ke daerah Seminyak untuk mengulang ritual kami terdahulu - - - - makan Sushi!
Sewaktu kami di Seattle, ada sebuah tempat sushi yang cukup murah untuk makan Sushi. Lucunya, kami selalu bertemu dengaaan cowok-cowok ganteng saat makan di situ hehehehe. Suatu hari, kami sengaja duduk berlama-lama karena menangkap sebuah pemandangan indah yang dihadirkan oleh seorang waiter tinggi yang berwajah sedikit Asia. Nah, si Stella Pacis nekat untuk mengajak ngobrol si waiter ganteng. Maka terjadilah percakapan berikut.
Stella Pacis: "Are you Japanese?"
Waiter: " no" sambil menggeleng.
Stella Pacis: "Vietnamese?"
Waiter: masih menggeleng.
Stella Pacis: "Chinese?"
Waiter: menggeleng lebih keras
Stella Pacis: "KISMIS?"
Waiter: Ha? I am from Kyrgiztan
Stella Pacis: Ha?
Waiter: Kyrgiztan
Kami Bertiga: HA!???
Waiter membalik bill kami dan mengambil kertas...
Malam itu, perut berkata "senaaaaang." Aku pun melihat pemandangan yang lain dari Bali. Belum pernah aku melihat bagian dari Bali yang begitu mirip dengan suasana di luar. Tidak ada bau kemenyan yang mencolok, walaupun jalanan masih terdapat sesajen. Aku menikmati keberadaanku.
Malam berlalu, dan aku menunggu pagi dengan tidak sabar.
Pagi itu, kembali sesuai rencana, kami berangkat ke arah Seminyak lagi untuk breakfast., Tempat yang dipilih Stella Pacis, bernama Cafe Moka. Hari selalu lebih menyenangkan jika diawali dengan good breakfast.
our breakfast choices - taken by Stella Pacis |
I've got the best thing in my life - moccaSuddenly, I felt that I was in the other part of the world.
Had a very good Provencal Sandwich with Pita Bread, soothing music, and two French people were having conversation behind us.
Indeed, a good breakfast started out a better day.
Saya nggak perlu harus mengunjungi semua tempat, cukup hanya duduk di mobil dan menikmati jalanan, hati saya sudah tersenyum.
Kami semua menuju ke Ubud.
Saya sering ke Bali, namun belum pernah betul-betul menikmati yang namanya Ubud.
Pilihaaan kami memang tepat.
Taken by Stella Pacis |
Damed, I definitely felt that I was in Seattle. All the shops were small and pretty. The weather was nice too, somewhat chilly yet sunny. Excellent.
Kami cuma makan Gelatto yang seharga Rp 20000 per cup, but hello I could taste Baileys flavor HAHAHAH
Pulang-pulang ke kota, kami semua merasa lapar dan langsung mencari tempat untuk makan Siang. Dalam program kami, kami sudah berencana ke Restoran Han - ill, yang memang sudah sering saya pergi ketika di Bali bersama papa mama. Tapi, kita tidak menemukan yang namanya Restoran Han Il. Untung si Stella Pacis menemukan secara random di internet kalau Han Il sudah berganti nama jadi restoran Arirang.
lalala, finally - Korean food!!!
The last night, we went to Papaya, for 40% all items ;) and Guess WHAT! I met Ginaaa... my lovely cousin!!!
God had closed my journey sweetly by meeting her there... :) We already knew that we might not get a chance to meet, since I was only 36 hours.
This is the journey that has been planned perfectly!
I promised to myself to have another one like this again. I don't care about the length, I do care about quality. Next time, I will just stroll along the way in Ubud. And perhaps get me one of Uluwatu's collection :0
Bali is definitely a heaven on earth;)
Taken by Stella Pacis.. |
Perjalanan ini mungkin bisa dikategorikan sebagai perjalanan penghiburan. Jujur, setelah 40 malamnya mama, I still felt lazy and bored to the max. Jalan-jalan ke tempat favorit mama, rasanya lain. Saya pikir, saya bakal sedih karena apa-apa ingat mama. Tetapi, ternyata memori tersebut malah membuat saya tersenyum. Dan saya tahu, dia bahkan lebih dekat. Dulu, ada beberapa tempat yang tidak bisa kami pergi karena kondisi mama yang berkursi roda. Kebanyakan beliau akan tinggal di hotel, atau mobil. Sekarang... Kami bebas ke mana pun... :)
Kalian setuju?
*Stella Pacis - link
CVB