It's a perfect time to write on a blog again...
It's a perfect thing to start 2013...
It's a perfect way to tell you... that my mom took her leave with a peaceful heart...
Jika saya pensil, maka mambo itu adalah serutannya...Mambo telah mempersiapkan saya untuk hari itu selama kurang lebih 20 tahun. Ia berusaha mengikis semua sifat-sifat yang membuat saya menjadi lemah, ia mempertajam sifat-sifat dan bekal untuk menjadi seorang yang kuat... dan pada akhirnya ia merasa... cukup. Saya cukup dibekali... Perziarahannya di dunia juga sudah cukup... Ia sudah ke Amerika melihat saya berjalan memakai toga walaupun dengan keadaan sakit. Ia mempersiapkan kami berdua, papa dan saya, dengan amat sangat baik. Kepergian saya di Amerika, membuat papa dilatih untuk hidup tanpa saya, dan itu juga yang membuat saya bisa hidup mandiri... Ia ... adalah serutan yang baik..
It was her time....Nothing I can say other than the quote I just wrote... "It was just her time"
It was a privilege to be with my mom for over one year... She had accomplished so much...
Mulai dari ketemu keponakan beserta cucu-cucu lucu dari Inggris, sepupunya papa yang sudah lama tidak ketemu, Maureen..., sahabat-sahabat, dan juga sudah sempat kalomping Pangsit Goreng 2 KG!!! sendiriaaaan! Tidak ada yang lebih hebat daripada itu semua..Dan ia sudah betul-betul tahu apa artinya Bersyukur....Ia yang mengajari orang untuk bersyukur.
Tanggal 24 Januari 2013, ia pergi dengan tenang ditemani oleh saya, papa, tante Lenny, dokter kepercayaannya, anak dokter yang juga ia dekat, Retty (orang kepercayaannya), dan juga Pastor Ronny, MSc. She had a very good departure. God had let her to prepare for her last departure. Di sela desahan napasnya, ia bergumam pelan... "panggil pastor...". dan kami melepas mambo satu jam setelah menerima Sakramen Perminyakan Suci. Dalam sakratul maut, mama melakukan rekonsilias dengan banyak orang. Ia memohon maaf kepada nama-nama yang telah ia sakiti secara sengaja maupun tidak sengaja. Beliau pergi dengan dihantar oleh nama "Yesus... Yesus... Yesus..." yang keluar dengan lemah dari mulutnya sendiri.
Sudah genaplah perjuangan mambo untuk berperang dengan penyakitnya selama 20 tahun. Dan ia menangkan dengan menerima segala kekurangannya dan belajar untuk bersyukur... beryukur... bersyukur...
Bagi kami keluarga, mambo adalah pendekar wanita sejati.Kata Pastor Ronny dalam homilinya, ia berkata bahwa mama adalah pribadi yang terluka namun menyembuhkan. Memang itulah ajaibnya mama. Di tengah kelemahannya ia menguatkan orang lain, walaupun ia sendiri merasa lemah, namun aura yang ia pancarkan adalah aura keberanian dan semangat tinggi.
Ia juga dikenal sebagai wanita perfeksionis. Tidak boleh ada pigura yang bengkok, harus lurus simetris. Pakaian dari tumpukan paling atas sampai bawah, ukurannya sama. Jika ada yang 'salah' dari aturannya, ia bakal menjadi sangat sibuk, baik tangan dan mulutnya akan sibuk hahaha
Itulah dia... wanita cerewet namun berhati lembut, wanita yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain, teman menggila, tante pemburu diskon, dan orang yang sangat bersemangat bercerita soal makanan.
Bon Voyage mambo...
Selamat jalan tante Diskon...
We're going to miss you...
Good bye Mrs. Perfectionist...
Till we meet again...
PS. Proses kepergian mama dari mulai kematian hingga pemakaman adalah atas kehendak beliau. Kami semua (papa, dan keluarga) merasa bahwa apa yang kami lakukan dikontrol oleh satu sutradara. Semuanya terskenario. Mulai dari orang-orang yang hadir saat kepergian mama sampai cuaca pemakaman. Rintik-rintik, mendung, sejuk, tidak panas, padahal paginya sudah hujan keras... satu kata saja...
It was perfect...
CVB