kau selalu membuatku menangis, atau tersenyum hanya karena sekelebat batangan memori yang berdiam sejenak di pikiran. Kadang ingatan itu sedikit termodifikasi, atau masih lekat sejelas baru terjadi hari kemarin.
Kupilih kejadian setahun lalu, mencarinya di selubungan selaput frontal cortex, dan berusaha untuk memutarnya lagi. Kata orang hidup di masa lalu itu tak baik. Harus menyambut hari esok dengan gagah berani. Tapi, buatku, esok ada karena ada hari kemarin. Aku ada di sini, hanya ingin mengingat sebuah kejadian bahagia yang bisa membuat aku tersenyum bangga dengan apa yang aku peroleh sekarang.
Kepingan memori itu sederhana, hanya sebuah kejadian kurang lebih 12 jam di suatu hari Minggu. Aku disambut sebuah senyuman manis yang tulus. Ditemani telinga yang setia mendengar. Dan hanya sebuah keberadaan. Sesederhana itu. Ceritanya bukan yang megah. Hanya kisah dua orang bertemu saling melepas rindu ditemani dua es kopi di kedai tak bernama.
Hai masa lalu... jangan kira aku ingin mengulanginya. Tidak, aku tidak ingin. Aku hanya penasaran, seperti apa nanti kejadian yang serupa di masa mendatang, dengan pribadi yang sama, di situasi yang berbeda. Cerita seperti apa akan kejadian?
Aku menulis ini seperti sedang bercerita dengan teman lama. Kau tahu, hai masa lalu, aku ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi, karena walaupun cerita-cerita itu sudah menjadi lembaran yang terlewati, aku masih merasa tak kesepian ketika mengingat-ingatnya lagi.
Hai masa lalu,
baik-baik di sana...
Jangan sering memanggilku lagi, karena bukan aku tidak menyayangimu, tetapi karena aku perlu meniti cerita lain biar buku ini penuh.
Hai masa lalu, aku yakin kau mengerti.
Hey masa lalu...
satu yang tak berubah...
apapun yang terjadi padaku hari ini tak akan merubah perasaanku terhadapmu...
Tiap hari aku mengucap syukur untuk semua kisah yang terjadi.
Salam hangat
CVB
No comments:
Post a Comment