Sunday, September 22, 2013

Di Persimpangan Jalan

Pernahkah aku berkata bahwa aku adalah orang yang aneh? Tidak pernah mengikuti arus mainstream. Nampak sekilas seperti ikan salmon yang berlomba-lomba melawan arus untuk bertelur dan akhirnya mati. Pembawaanku yang aneh ini 'terbaca' oleh seorang psikolog yang sedang meneliti tanda tanganku. Ia menjelaskan bahwa aku adalah orang yang penuh pertimbangan, namun di satu sisi... aku orang yang skeptikal.
Cukup kompleks, dan tidak umum tentunya.
Ya, itulah aku.
Aku sendiri tidak pernah 100% mengerti kenapa aku tetap berada di sebuah posisi pada saat hati ini dipenuhi dengan kewaspadaan. Banyak orang yang akan beralih dan pergi ke jalur aman, di mana mereka merasa aman dan nyaman. Jangan kira aku tidak suka dengan kenyamanan...

Setelah melewati sekian banyak petualangan di tahun ini, aku mulai menyadari bahwa aku adalah orang aneh.
Saat jelas-jelas tahu bahwa di sana ada belokan tajam yang memungkinkan aku terjun ke jurang, aku tidak akan menginjak rem, malah sebaliknya, aku akan menginjak gas.
Aku sendiri tidak mengatakan bahwa aku adalah petualang sejati yang tidak kenal takut. Aku adalah penakut,
yang pemberani...

Kontradiksi...
sekali lagi...

Aku selalu dipenuhi ketakutan-ketakutan... tapi, anehnya, semua itu tidak pernah menghentikanku, walaupun tentu saja, semua ketakutan itu memperlambat tindakanku. Tapi, kerap kali, aku akan terus di jalur yang aku ambil, yang kutahu ada bahaya-bahaya yang akan ada.

Mereka menyimpulkan aku pemberani...
Aku sendiri tidak menganggap aku pemberani.
Namun, konsekuensi-konsekuensi yang sudah aku pikirkan tidak akan membuat aku berhenti.
Tentu saja tidak...
Aneh ya?

Baiklah...
Aku memulai pekerjaan ini dengan hati yang penuh dengan was-was. Tidak begitu kuungkapkan dalam post-post yang sebelumnya. Belum pernah kukatakan dengan gamblang. Akan tetapi, di satu sisi, aku mengatakan aku takut, dan excited sekaligus. Kita berbicara bukan hal 'ketakutan' akan sesuatu baru, ini berbicara mengenai 'hal-hal negatif'' yang sudah pernah diperingatkan. Dan itu... yang membuatku makin was-was.
Katakan aku gila.
Bukan aku tidak mengindahkan peringatan-peringatan itu. Hanya saja, aku hanya bertindak mengikuti alur.
Aku sendiri percaya bahwa setiap manusia sudah mempunyai alur sendiri. Naik turun berkelok-kelok.
Dan segala pengalaman pahit maupun baik akan membawa kita kepada satu titik dimana akan diawali dengan penyesalan, dan akan ditutup dengan suatu ucapan syukur...
Aku di sini.. sekarang... di persimpangan jalan sebelum memasuki jalan penuh kerikil yang mungkin akan menciptakan rasa menyesal dan sakit. Tetapi, aku juga sekaligus menanti momen itu. Di mana aku akan bersyukur... akan semuanya...
Ya semuanya...
Mulai dari senyum manis ibu tua pemilik rumah sebelah kos-kosan, hingga orang-orang yang memakai topeng...yang belum tentu adalah pilihan mereka...

CVB

No comments:

Post a Comment